Friday, April 26, 2024
Google search engine
HomePendalamanNubuatanUMAT ALLAH DILEPASKAN (2)

UMAT ALLAH DILEPASKAN (2)

[AkhirZaman.org] Dengan jelas sekali para imam dan para penguasa mengingat kembali peristiwa-peristiwa Golgota. Dengan ketakutan yang menggetarkan mereka mengingat bagaimana mereka dengan menggoyang-goyangkan kepala dengan ejekan kesetanan, berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah, baiklah Allah menyelamatkan Dia, jika Allah berkenan kepada-Nya.’ (Mat. 27:42,43).

Dengan terang mereka mengingat kembali perumpamaan Juru Selamat mengenai para petani penggarap yang menolak memberikan kepada tuannya buah dari kebun anggur, dan yang memperlakukan secara kasar hamba-hambanya dan membunuh anak tuannya. Juga mereka mengingat keputusan yang mereka sendiri umumkan: Tuan dari kebun anggur “akan membinasakan orang-orang fasik dengan menyedihkan.” Dalam dosa dan hukuman orang-orang yang tidak setia itu, para imam dan tua-tua melihat perjalanan dan nasib mereka sendiri. Dan sekarang terdengarlah tangisan penderitaan fana. Lebih nyaring dari teriakan “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” yang terdengar di jalan-jalan Yerusalem, terdengarlah raungan keputusasaan yang mengerikan, “Ia adalah Anak Allah! Ia adalah Mesias yang sebenarnya!” Mereka berusaha melarikan diri dari hadapan Raja segala raja itu. Dengan sia-sia mereka berusaha mencoba bersembunyi di dalam gua-gua di tanah, yang reka-retak karena beradunya elemen-elemen bumi.

Dalam kehidupan semua orang yang menolak kebenaran, ada saat-saat di mana hati nurani mereka dibangunkan, di mana ingatan menampilkan kenangan-kenangan yang menyiksa perasaan mengenai suatu kehidupan kemunafikan, dan jiwa diganggu oleh penyesalan-penyesalan yang sia-sia. Tetapi apalah artinya ini dibandingkan dengan penyesalan yang mendalam pada hari itu “apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai!” (Ams. 1:27). Mereka yang bermaksud membinasakan Kristus dan umat-Nya yang setia, sekarang menyaksikan kemuliaan yang turun ke atas Kristus dan umat-Nya itu. Di tengah-tengah ketakutan mereka, mereka mendengar suara orang-orang kudus dalam nada sukacita berseru, “Sesungguhnya inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan supaya kita diselamatkan.” (Yes. 25:9).

Di tengah-tengah bumi yang sedang bergoyang, sambaran kilat dan deru halilintar, suara Anak Allah memanggil orang-orang kudus yang sedang tidur. Ia memandang kepada kuburan orang-orang benar, lalu mengangkat tangannya ke langit dan berseru, “Bangun, bangun, bangun, kamu yang tidur di lebu tanah, bangkitlah!” “Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai!” (Yes. 26:19). Dari seluruh penjuru dunia ini orang mati mendengar suara itu, dan mereka yang mendengar akan hidup. Dan seluruh dunia dipenuhi dengan bunyi derap langkah pasukan yang amat besar yang terdiri dari segenap bangsa, suku, bahasa dan kaum. Dari penjara maut mereka keluar, berpakaikan kemuliaan kekal, berseru, “Hai maut, dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?” (1 Kor. 15:55). Dan orang-orang benar yang masih hidup dan orang-orang kudus yang dibangkitkan itu menyatukan suara mereka dalam pekik kemenangan yang panjang penuh kegembiraan.

Semua keluar dari kubur dengan perawakan yang sama pada waktu mereka dimasukkan ke dalam kubur. Adam, yang berdiri di antar orang-orang yang dibangkitkan itu, adalah seorang yang tinggi dengan bentuk yang mulia, dengan perawakan sedikit lebih rendah dari Anak Allah. Ia memperlihatkan suatu perbedaan yang menyolok dibandingkan dengan generasi yang kemudian. Dalam satu hal ini saja telah tampak kemerosotan luar biasa umat manusia. Tetapi semuanya bangkit dengan kesegaran dan tenaga kemudaan kekal. Pada mulanya, manusia diciptakan dalam keserupaan dengan Allah, bukan saja dalam tabiat, tetapi juga dalam bentuk dan roman wajah. Dosa merusakkannya dan hampir melenyapkan citra atau gambaran ilahi itu; tetapi Kristus datang untuk mengembalikan apa yang telah hilang. Ia akan mengubahkan tubuh kita yang hina ini dan membentuknya menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Tubuh yang fana dan korup, tidak enak dipandang yang sekali telah dicemari dosa, menjadi sempurna, cantik dan baka. Semua noda cacad telah ditinggalkan di dalam kubur. Dipulihkan kepada pohon kehidupan yang ada di taman Firdaus yang telah lama hilang itu, umat tebusan “akan berjingkrak-jingkrak” (Mal. 4:2) bertumbuh kepada perawakan penuh manusia pada kemuliaan permulaan dunia dijadikan. Bekas-bekas terakhir kutuk dosa akan dihilangkan, dan umat Kristus yang setia akan tampak “dalam kemuliaan Tuhan, Allah kita,” di dalam pikiran, jiwa dan tubuh memantulkan gambar sempurna Tuhan mereka. O, penebusan yang ajaib! yang telah lama dibicarakan, telah lama diharapkan dan direnungkan dengan kerinduan yang mendalam, tetapi yang tidak pernah dimengerti sepenuhnya.

Orang benar yang masih hidup “diubahkan dalam sekejap mata.” Pada waktu Allah bersuara mereka telah dimuliakan, dan dengan bangkitnya orang-orang kudus mereka diangkat untuk menemui Tuhan mereka di awang-awang. Malaikat-malaikat “mengumpulkan orang-orang pilihan dari keempat penjuru mata angin, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.” Anak-anak kecil dibawa oleh malaikat-malaikat suci keharibaan ibu mereka. Teman-teman yang sudah lama dipisahkan oleh kematian dipersatukan, tidak pernah lagi akan berpisah, dan dengan nyanyian kesukaan naik bersama-sama ke dalam kota Allah.

Pada kedua sisi kereta kencana awan itu terdapat sayap-sayap dan di bawahnya ada roda-roda hidup, dan sementara kereta kencana itu bergerak menuju ke atas, roda-roda itu berbunyi, “Kudus,” dan sayap-sayap itu berbunyi “Kudus, kudus, kudus Tuhan Allah Yang Mahakuasa.” Dan umat yang ditebus itu berseru, “Haleluyah!” sementara kereta itu terus bergerak menuju Yerusalem Baru.

Sebelum memasuki kota Allah, Juru Selamat menganugerahkan kepada para pengikut-Nya lambang kemenangan dan menyematkan kepada mereka lencana kerajaan. Barisan arak-arakan yang berkilauan itu di tarik ke atas dalam bentuk lekuk segiempat mengelilingi Raja mereka, yang bentuk perawakan-Nya lebih tinggi mengatasi orang-orang kudus dan malaikat, yang wajah-Nya bercahaya kepada mereka penuh dengan kasih yang besar. Rombongan besar umat tebusan yang tak terhitung banyaknya itu menujukan pandangan mereka kepada-Nya, setiap mata memandang kemuliaan Dia yang “tampang-Nya telah dirusakkan lebih dari manusia manapun dan bentuk-Nya melebihi anak-anak manusia.” Di atas kepala orang-orang yang menang, Yesus dengan tangan kanan-Nya sendiri meletakkan mahkota kemuliaan. Ada mahkota bagi setiap orang yang bertuliskan “nama baru” (Wah. 2:17) masing-masing, dan tulisan yang berbunyi “Kekudusan bagi Tuhan.” Kepada setiap tangan diberikan daun palem kemenangan dan kecapi yang bercahaya. Kemudian, pada waktu pemimpin malaikat memainkan lagu, setiap tangan memetik tali kecapi dengan mahirnya, menghasilkan musik yang bersuara lembut merdu. Kegembiraan yang tidak terkatakan menggetarkan setiap hati, dan setiap suara diangkat dalam pujian syukur, “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya — dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, — bagi Dialah kemuliaan dan kuasa selama-lamanya. Amin.” (Wah. 1:5,6).

ilstrasi yesus CopyDi hadapan umat tebusan tampaklah kota suci itu. Yesus membuka lebar-lebar pintu-pintu gerbang mutiaranya dan bangsa-bangsa yang telah memelihara kebenaran masuk ke dalamnya. Di sana mereka memandang Firdaus Allah, tempat kediaman Adam sebelum ia berdosa. Kemudian suara itu, yang lebih merdu dari musik manapun yang pernah didengar telinga fana, terdengar berkata, “Perjuanganmu telah berakhir.” “Marilah, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, warisilah kerajaan yang disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”

Sekarang digenapilah doa Juru Selamat bagi murid-murid-Nya, “Ya Bapa, Aku mau supaya di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku.” (Yoh. 17:24). “Tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” (Judas 24). Dalam mempersembahkan mereka yang dibeli dengan darah-Nya kepada Bapa, Kristus berkata, “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku.” (Iber. 2:13). “Yang Engkau telah berikan kepada-Ku, Aku telah menjaga mereka.” (Yoh. 17:12). Oh, betapa ajaibnya kasih yang menebus itu! Kesukaan besar saat itu bilamana Bapa, memandang mereka yang sudah ditebus itu, akan melihat gambar-Nya, perselisihan karena dosa dihapuskan, kutukan dosa dibuangkan, dan sekali lagi manusia selaras dengan ilahi.

Dengan kasih yang tak terkatakan, Yesus menyambut umat-Nya yang setia kepada “kesukaan Tuhan mereka.” Kesukaan Juru Selamat adalah dalam melihat jiwa-jiwa yang telah diselamatkan oleh penderitaan dan kehinaan-Nya ke dalam kerajaan kemuliaan. Dan yang ditebus itu akan turut mendapat bagian dalam kesukaan-Nya, sebagaimana mereka lihat di antara orang-orang yang diberkati, mereka yang telah dimenangkan kepada Kristus melalui doa-doa mereka, usaha-usaha mereka dan pengorbanan kasih mereka. Sementara mereka berkumpul di sekeliling takhta putih yang agung itu, kegembiraan yang tak terkatakan akan memenuhi hati mereka, pada waktu mereka memandang orang-orang yang telah mereka menangkan bagi Kristus, dan melihat bahwa seseorang telah memenangkan yang lain, dan juga masih yang lain lagi, semuanya dibawa ke pelabuhan yang tenang. Di sana mereka meletakkan mahkota mereka di kaki Yesus, dan memuji Dia selama-lamanya.

Sementara umat yang sudah ditebus disambut ke dalam kota Allah, berkumandanglah di udara sorak pujian. Dua Adam sudah hampir bertemu. Anak Allah berdiri dengan mengedangkan tangan untuk menerima bapa umat manusia, — makhluk yang diciptakan-Nya, yang telah berdosa terhadap Pencipta-Nya, dan yang dosanya telah memberikan tanda-tanda penyaliban di tubuh Juru Selamat. Pada waktu Adam melihat dengan jelas bekas-bekas paku yang kejam itu, ia tidak merebahkan dirinya di pangkuan Tuhan-Nya, tetapi dalam kerendahan menjatuhkan dirinya di kaki-Nya sambil berseru, “Layaklah Anak Domba yang tersembelih itu!” Dengan lembut Juru Selamat mengangkat dia berdiri, dan menyuruhnya untuk melihat sekali lagi rumah taman Firdaus, dari mana ia telah lama terbuang.

Setelah ia diusir dari taman Firdaus, kehidupan Adam di dunia ini telah dipenuhi dengan kesedihan. Setiap daun yang mati, setiap korban persembahan, setiap kutukan pada wajah alam yang indah, setiap noda pada kemurnian manusia, semuanya mengingatkan dosa-dosanya. Sangat mengerikan penderitaan penyesalan itu pada waktu ia melihat kejahatan merajalela, dan dalam jawaban kepada amaran-amaran-Nya, menghadapi teguran-teguran yang dilemparkan kepadanya sebagai penyebab dosa. Dengan kesabaran dan kerendahan hati ia menanggung hukuman pelanggaran hampir seribu tahun lamanya. Dengan setia ia menyesali dosa-dosanya dan berharap kepada jasa-jasa Juru Selamat yang dijanjikan, dan ia mati di dalam pengharapan akan suatu kebangkitan. Anak Allah menebus kegagalan dan kejatuhan manusia, dan sekarang, melalui pekerjaan pendamaian, Adam dikembalikan kepada kedudukannya yang semula.

Dengan diliputi sukacita ia memandang pepohonan yang dahulu pernah menjadi kesenangannya, — pohon-pohon yang buahnya dikumpulkannya sendiri pada waktu ia masih belum berdosa dan masih dalam kesukaan. Ia melihat pokok anggur yang telah dirawatnya sendiri dengan tangannya sendiri, dan bunga-bunga yang pada suatu waktu ia senang memeliharanya. Pikirannya menangkap realitas pemandangan itu. Ia mengerti bahwa sesungguhnya inilah Eden (Firdaus) yang telah dipulihkan, sekarang lebih indah daripada waktu ia dihalau dari dalamnya. Juru Selamat menuntunnya ke pohon kehidupan, dan memetik buahnya yang mulia, lalu menawarkannya kepada Adam untuk dimakan. Ia melihat ke sekelilingnya, dan melihat rombongan besar keluarganya yang telah ditebus, berdiri di Firdaus Allah. Kemudian ia meletakkan mahkotanya di kaki Yesus, dan merebahkan dirinya ke dada-Nya dan memeluk Penebus itu. Ia memetik kecapi emas dan kubah-kubah Surga menggemakan naynyian kemenangan, “Layaklah, layaklah Anak Domba yang tersembelih, namun hidup kembali!” Keluarga Adam menyanyikan nyanyian mereka sambil meletakkan mahkota mereka di kaki Juru Selamat dan tunduk di hadapan-Nya dengan pujian.

Pertemuan ini disaksikan oleh malaikat-malaikat yang menangis pada waktu kejatuhan Adam, dan bersukacita pada waktu Yesus, sesudah kebangkitan-Nya naik ke Surga, telah membuka kuburan bagi semua yang akan percaya kepada nama-Nya. Sekarang mereka melihat pekerjaan penebusan itu diwujudkan, dan mereka menyatukan suara dalam naynyian pujian.

Di atas laut kristal yang di depan takhta itu, laut kaca yang bening itu seakan-akan bercampur dengan api — begitu berkilau-kilau dengan kemuliaan Allah — berhimpunlah rombongan yang “telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya.” (Wah. 15:2). Mereka berdiri bersama Anak Domba di Bukit Sion memegang “kecapi Allah” bersama 144,000 orang yang ditebus dari antara manusia. Dan kemudian terdengarlah, bagaikan desau air bah, dan bagaikan deru guruh yang dahsyat, “bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.” (Wah. 15:1-2). Dan mereka menyanyikan “nyanyian yang baru” di hadapan takhta itu, suatu nyanyian yang tak seorangpun dapat mempelajarinya selain dari yang 144,000 orang itu. Nyanyian itu ialah nyanyian Musa dan Anak Domba, — suatu nyanyian kelepasan. Tak seorangpun, kecuali yang 144,000 orang itu, dapat mempelajari nyanyian itu, karena naynyian itu adalah nyanyian pengalaman mereka — suatu pengalaman yang tidak pernah dialami oleh rombongan lain. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. “Mereka ini, setelah diubahkan dari dunia ini, dari antara yang hidup, dianggap sebagai “korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.” (Wah. 14:4). “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar” (Wah. 7:14), mereka telah melewati masa kesesakan seperti yang belum pernah terjadi sejak adanya suatu bangsa. Mereka telah menanggung penderitaan masa kesesakan Yakub. Mereka telah berdiri tanpa pengantara selama pelaksanaan terakhir penghakiman Allah. Tetapi mereka telah dilepaskan, karena telah “mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” “Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta, mereka tidak bercela” di hadapan Allah. “Karena mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang dan malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” (Wah. 7:14-15). Mereka telah melihat dunia ini dilanda kelaparan dan bala sampar, matahari berkuasa menghanguskan manusia dengan panasnya yang hebat, dan mereka sendiri telah menanggung penderitaan, kelaparan dan dahaga. Akan tetapi “mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” (Wah. 7:16-17).

Dalam segala zaman umat pilihan Juru Selamat telah dididik dan didisiplin di sekolah pencobaan. Mereka berjalan dalam jalan-jalan sempit di dunia ini. Mereka dimurnikan di dalam dapur api penderitaan. Demi Yeus mereka menanggung perlawanan, kebencian dan fitnahan. Mereka mengikuti Dia melalui pertentangan yang menyakitkan. Mereka menanggung penyangkalan diri dan mengalami kekecewaan pahit. Dari pengalaman mereka yang menyakitkan, mereka mengetahui bahayanya dosa, kuasanya, jahatnya, kutuknya, dan mereka memandangnya dengan kebencian. Suatu kesadaran akan pengorbanan yang tak terhingga yang dilakukan untuk menyembuhkan akibat-akibat dosa itu membuat mereka merendahkan hatinya dalam pandangan mereka sendiri, dan hati mereka dipenuhi dengan rasa syukur dan pujian. Mereka yang tidak pernah jatuh dalam dosa tidak bisa mengerti dan menghargainya. Mereka mengasihi dengan limpah sebab mereka telah diampuni dengan limpah. Oleh karena telah turut mengambil bahagian dalam penderitaan Kristus, mereka telah dilayakkan untuk turut ambil bagian bersama Dia dalam kemuliaan-Nya.

Bumi ilstrsi CopyPara pewaris Allah telah datang dari rumah-rumah bertingkat, dari gubuk-gubuk, dari penjara-penjara bawah tanah, dari tiang-tiang penggantungan, dari gunung-gunung, dari padang-padang gurun, dari lobang-lobang di tanah, dari gua-gua di tepi laut. Di atas dunia ini mereka menderita “kekurangan, penderitaan dan siksaan.” Berjuta-juta memasuki liang kubur dengan kehinaan, oleh karena mereka tetap teguh menolak menyerah kepada penipuan Setan. Mereka divonis sebagai penjahat-penjahat yang paling keji oleh pengadilan-pengadilan manusia. Tetapi sekarang “Allah sendirilah Hakim.” (Maz. 50:6). Sekarang keputusan-keputusan dunia menjadi terbalik. “Dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi.” (Yes. 25:8). “Orang akan menyebutkan mereka ‘bangsa kudus,’ ‘orang-orang tebusan Tuhan.'” Ia telah menentukan “untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar.” (Yes. 62:12; 61:3). Mereka tidak lagi lemah, menderita, tercerai berai dan tertindas. Sejak saat ini mereka akan selalu bersama Tuhan. Mereka berdiri di hadapan takhta mengenakan jubah yang lebih mewah daripada yang pernah dipakai orang yang paling terhormat di dunia ini. Mereka dimahkotai dengan hiasan yang lebih mulia dari yang pernah diletakkan di atas kepala raja-raja dunia. Hari-hari yang menyakitkan dan tangisan sudah berakhir untuk selama-lamanya. Raja kemuliaan telah menyapu air mata dari semua wajah, dan setiap penyebab dukacita telah dibuangkan. Di tengah-tengah lambaian daun-daun palem mereka mengumandangkan nyanyian pujian yang jelas, merdu dan harmonis. Setiap suara menyanyikan lagu, hingga lagu itu memenuhi seluruh kubah Surga, “Keselamatan bagi Allah kita yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba.” Dan seluruh penghuni Surga menyambut dengan kata, “Amin! Puji-pujian dan kemuliaan dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!” (Wah. 7:10,12).

Dalam kehidupan ini kita baru saja mulai mengerti tema ajaib penebusan. Dengan pengertian yang terbatas kita boleh memikirkan dengan sangat bersungguh-sungguh kehinaan dan kemuliaan kehidupan dan kematian, keadilan dan belas kasihan, yang bertemu di kayu salib. Namun walaupun kita menggunakan kuasa pikiran kita sekuat tenaga, kita akan gagal untuk menangkap arti sepenuhnya. Panjang dan lebarnya, dalam dan tingginya kasih yang menebus itu hanya dimengerti dengan samar-samar. Rencana penebusan tidak akan dimengerti sepenuhnya, meskipun pada waktu umat yang ditebus itu melihat sebagaimana mereka dilihat dan mengetahui sebagaimana mereka diketahui, tetapi sepanjang zaman kekekalan kebenaran baru akan terus dibukakan terus menerus kepada pikiran yang penuh dengan kekaguman dan kesukaan. Meskipun kedukaan, kesakitan dan pencobaan dunia telah berakhir, dan penyebabnya telah dibuangkan, umat Allah akan selalu mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai harga keselamatan mereka.

Salib Kristus akan menjadi ilmu pengetahuan dan nyanyian umat tebusan selama-lamanya. Dalam Kristus yang dimuliakan itu mereka akan melihat Kristus yang disalibkan. Tidak akan pernah dilupakan bahwa Ia yang berkuasa menciptakan dan menopang dunia-dunia yang tak terhitung banyaknya di seantero jagad raya ini, Allah Yang Mahakasih, Penguasa Surga, Ia yang dipuja oleh kerub dan serafim yang bersinar dengan sukacita, — merendahkan diri-Nya untuk mengangkat manusia yang jatuh, yang menanggung kejahatan dan kehinaan dosa, dan wajah Bapa-Nya yang disembunyikan, hingga kutukan dunia yang hilang ini meremukkan hati-Nya, dan menyerahkan hidup-Nya mati di salib Golgota. Bahwa Pencipta segala dunia, Penentu semua tujuan, harus mengesampingkan kemuliaan-Nya, dan merendahkan diri-Nya kepada manusia, akan selalu membangkitkan keheranan dan kekaguman alam semesta. Sementara bangsa-bangsa yang diselamatkan memandang Penebus mereka, dan memandang kemuliaan Bapa yang bersinar di wajah-Nya, sementara mereka memandang takhta-Nya yang dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan mengetahui bahwa kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir, mereka mengangkat suaranya dalam naynyian kegembiraan, “Layaklah, layaklah Anak Domba yang tersembelih itu, yang telah menebus kita kepada Allah oleh darah-Nya sendiri yang paling mulia!”

Misteri salib menjelaskan semua misteri lain. Dalam terang yang memancar dari Golgota, sifat-sifat Allah yang telah memenuhi kita dengan ketakutan dan kedahsyatan tampak indah dan menarik. Belas kasihan, kelemah-lembutan dan kasih orangtua tampaknya dipadukan dengan kesucian, keadilan dan kuasa. Sementara kita memandang keagungan takhta-Nya yang mulia dan ditinggikan, kita melihat tabiat-Nya dalam manifestasi yang berkemurahan, dan mengerti, seperti belum pernah sebelumnya, makna dari panggilan, “Bapa kami.”

Akan tampak bahwa Ia yang tidak terbatas dalam hikmat, tidak merancang rencana lain bagi keselamatan kita kecuali pengorbanan Anak-Nya. Imbalan pengorbanan ini adalah kesukaan yang memenuhi dunia ini dengan umat tebusan yang kudus, bahagia dan baka. Akibat dari pertentangan Juru Selamat dengan kuasa-kuasa kegelapan adalah sukacita bagi umat tebusan, yang akan menyumbang kepada kemuliaan Allah selama-lamanya. Dan demikianlah nilai jiwa yang membawa kepuasan bagi Allah dengan harga yang dibayar. Dan Kristus sendiri merasa puas dengan memandang buah-buah pengorbanan-Nya yang besar.

 

-KA

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?