Friday, April 26, 2024
Google search engine
HomePendalamanNubuatanPencipta Berkata Ingatlah: Kebenaran Menjelaskan Kepalsuan (2)

Pencipta Berkata Ingatlah: Kebenaran Menjelaskan Kepalsuan (2)

 

[AkhirZaman.org] Pada artikel nubuatan sebelumnya kita telah mempelajari bahwa Sabat ditetapkan Allah untuk menjadi suatu peringatan bahwa Dia adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Sehingga bila kita melihat kepada Wahyu 14:7b mengatakan untuk “sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air”, maka sangat erat hubungannya antara menyembah Tuhan yang mencipta langit dan bumi dan laut dan semua mata air dengan Sabat serta pengakuan dan pemeliharaan hari itu.

Ketika seseorang mengaku menyembah Tuhan namun mengabaikan Sabat dan menolak pemeliharaan hari Sabat hari ketujuh yang menjadi peringatan bahwa Allah adalah Pencipta kita, maka sesungguhnya dia belum sepenuhnya menyembah Dia seperti yang Tuhan katakan dalam Wahyu 14:7b.

Tetapi ada begitu banyak orang yang mengatakan, “Hari yang mana pun adalah baik. Tidak ada bedanya hari apa pun yang kita pelihara, asalkan kita memelihara salah satu dari ketujuh hari itu.”

Akan tetapi coba perhatikan dengan jelas apa yang Alkitab ajarkan. Hari apa yang Allah kuduskan? Sabat hari ketujuh. Tak ada ayat mana pun dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah berhenti, memberkati, atau menguduskan hari pertama atau hari ketiga atau hari keenam atau hari yang selain hari Sabat hari ketujuh.

Satu-satunya hari yang Allah tetapkan hanyalah hari ketujuh. Sehingga hari itulah satu-satunya hari yang dapat menjadi suatu peringatan akan Penciptaan-Nya. Dalam enam hari Allah bekerja dan menciptakan karya agung-Nya. Kemudian pada hari ketujuh Ia menetapkan suatu tanda peringatan akan karya agung-Nya itu di mana Ia berhenti pada hari Sabat itu. Tidak ada hari lain yang cocok untuk itu.

Misalkan Anda berulang tahun pada 19 Juni. Pada tanggal itulah Anda dilahirkan. Jikalau seseorang berkata, “Apa bedanya? Anda boleh saja merayakan hari ulang tahun itu pada tanggal 18 Juni atau 20 Juni. Tidak masalah, bukan?” Tanpa ragu-ragu Anda akan menjawab, “Tentu saja ada bedanya! Tanggal lahir saya adalah 19 Juni, dan semeriah apa pun perayaan itu pada tanggal sebelum atau sesudah 19 Juni, tidak ada fakta apa pun yang dapat mengubah hari ulang tahun saya dan tanggal kelahiran saya!”

Atau misalkan Anda menikah pada satu tanggal tertentu. Setiap tahun pada tanggal itu, Anda merayakan pernyataan janji setia Anda kepada pasangan Anda. Hari pernikahan itu mengingatkan Anda akan janji setia Anda dengan pasangan Anda. Hari itu adalah hari yang istimewa bagi Anda dan pasangan Anda untuk dirayakan.

Begitu juga dengan hari Sabat. Hanya ada satu hari khusus yang ditetapkan dan dikuduskan Allah, yaitu hari ketujuh.

Sepanjang sejarah dunia, hari Sabat sudah dipelihara sebagai suatu peringatan akan kuasa Penciptaan Kristus. Hari itu merupakan tanda kesetian-Nya, kebebasan-Nya, dan kasih-Nya sepanjang zaman. Bacalah Yehezkiel 20:20, “Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.

Sepanjang zaman Perjanjian Lama, hari Sabat menjadi suatu tanda kesetiaan. Hari itu membedakan umat Allah dengan umat yang tidak percaya pada Allah. Hari itu telah ditetapkan pada saat penciptaan yang dipelihara sebelum munculnya bangsa Israel. Hari itu telah dipelihara umat Allah sepanjang zaman Perjanjian Lama.

Sekarang, bagaimana dengan Perjanjian Baru? Bagaimana dengan Yesus? Apakah yang menjadi kebiasaan-Nya? Oleh karena Dialah teladan agung kita, dan “barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6). Dengan demikian sangat masuk akal untuk mengikuti teladan-Nya sebagai penuntun.

Mari kita baca Alkitab Perjanjian Baru dalam Lukas 4:16, “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.” Kebiasaan Kristus, praktik hidup-Nya, adalah menghadiri rumah ibadat pada hari Sabat. Seandainya kita membayangkan ke belakang ke tempat Yesus bekerja di pertukangan kayu yang kecil (karena sebelum memulai pelayanan-Nya Yesus adalah seorang tukang kayu), maka kita akan mendengar suara pukulan martil dan gergaji, paling tidak pada hari pertama dalam pekan itu atau pun hari keduanya atau pun salah satu dalam minggu (pekan) itu, kecuali hari ketujuh karena itu adalah hari Sabat.

crpntr CopyBoleh jadi kita akan melihat satu tanda di depan pertukangan itu, “Buka.” Akan tetapi pada hari ketujuh pertukangan itu akan kosong. Suara martil dan gergaji akan berhenti, dan tanda kecil di depan pertukangan itu akan berubah menjadi, “Tutup pada hari Sabat.”

Namun beberapa orang mengatakan, “Yesus adalah seorang Yahudi dan itulah sebabnya Ia memelihara hari Sabat.” Apakah yang dikatakan dalam Keluaran 20:10? “…tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu.” Dari ayat ini kita melihat bahwa hari Sabat bukanlah milik orang Yahudi! Hari Sabat adalah harinya Tuhan. Itu adalah hari Kristus, satu tanda peringatan akan kuasa penciptaan-Nya. Hari Sabat sudah ditetapkan pada saat penciptaan manusia berabad-abad sebelum orang Yahudi muncul sebagai suatu bangsa. Benarlah bagaimana Yesus menyatakan dalam Markus 2:27, “Hari Sabat diadakan untuk manusia.” Ayat itu tidak mengatakan bahwa hari Sabat diadakan untuk orang Yahudi.

Ada yang mengatakan bahwa Kristus telah mengubah hari Sabat ketika Ia datang ke bumi dua ribu tahun silam. Mari kita teliti hal ini. Masuk akalkah itu? Jikalau Yesus datang untuk mengubah Sabat, jikalau Dia datang untuk mengubah hukum yang ditulis oleh jari Allah sendiri di Bukit Sinai, bukankah Ia akan mengubahnya selagi Dia masih hidup? Bukankah Ia akan mengatakan kepada murid-murid-Nya tentang perubahan ini? Sebaliknya, Ia bahkan menyatakan bahwa Ia meninggalkan bagi kita suatu teladan dalam pemeliharaan hari Sabat.

Ia berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Matius 5:17.

Marilah kita lihat pernyataan Yesus itu lebih lanjut sehubungan dengan itu. Matius 24, Yesus sedang berbincang-bincang tentang kebinasaan Yerusalem yang akan terjadi kemudian pada tahun 70 M (sekitar 40 tahun setelah penyaliban-Nya), dan Ia menasihati: “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.” Matius 24:20.

Tentu saja berarti nasihat Yesus ini kepada pengikut-Nya yang paling dekat. Hal ini tentunya menegaskan bahwa Yesus tidak berencana untuk mengubah hari Sabat.

Akan tetapi bagaimana setelah Yesus kembali ke sorga? Apakah yang dilakukan oleh para rasul itu? Apakah Alkitab mengatakan kepada kita hari yang dipahami para rasul dan jemaat mula-mula sebagai hari Sabat? Diberitahukankah kepada kita hari yang dusucikan oleh jemaat Perjanjian Baru? Kisah 13:14 mengatakan: “Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.”

Pada saat upacara kebaktian Sabat pagi itu, Paulus dan Barnabas mendapat kesempatan untuk mengkhotbahkan Yesus sebagai kegenapan apa yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama (ayat 15). Walaupun banyak orang Yahudi marah, namun orang-orang kafir yang ada di tempat itu suka untuk mendengarkan. Ayat 42 melanjutkan: “Tatkala mereka itu keluar, maka sangatlah orang-orang itu minta supaya perkataan itu dikatakan kepada mereka itu pada hari Sabat yang akan datang.” (Terjemahan Lama).

Orang-orang kafir (bangsa-bangsa lain selain Israel) itu masih ingin mendengar Paulus berkhotbah pada hari Sabat berikutnya. Coba perhatikan bagaimana ayat itu berlanjut dalam ayat 44: “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah.” Seandainya Paulus adalah pemelihara hari Minggu, yaitu hari pertama dalam minggu (pekan), maka ia akan mengatakan kepada orang-orang itu seperti ini: “Kamu tidak perlu menunggu sampai hari Sabat berikutnya, tetapi datanglah pada hari Minggu besok pagi.”

altrAkan tetapi Paulus tidak mengatakan seperti itu. Alkitab mencatat bahwa orang-orang itu mendengarkan Paulus pada hari Sabat berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa empat belas tahun sesudah kebangkitan Yesus, murid-murid masih memelihara Sabat.

Jadi jemaat Perjanjian Baru adalah pemelihara hari Sabat. Jelaslah bahwa tidak ada satu perintah untuk memelihara dan menguduskan hari lain selain hari Sabat. Tidak terdapat satu ayat pun yang menyatakan bahwa para rasul itu mengajarkan kalau Yesus sudah mengubah hari Sabat.

Rasul Yohanes, murid yang dikasihi itu, memberikan suatu bukti yang lain. Sementara dibuang ke pulau Patmos yang berbatu, Yohanes menulis: “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,…” Wahyu 1:10).

Yohanes menyatakan bahwa ada satu hari yang istimewa di mana para pengikut Yesus beribadah sepanjang abad pertama itu. Dan hari itu disebut “Hari Tuhan.” Akan tetapi Yohanes tidak memberitahukan kepada kita hari manakah yang dimaksud sebagai hari Tuhan. Beberapa orang berspekulasi tentang hal itu. Namun demikian, satu-satunya otoritas adalah perkataan Yesus sendiri.

Sudah tentu Yesus mengetahui hari manakah di mana Dialah Tuhannya! Dalam Matius 12:8 Ia menyatakan, “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Dalam ayat ini kita dapat melihat satu satu pernyataan yang jelas. Hari Sabat adalah hari Tuhan. Kristuslah Tuhan atas hari Sabat. Hari itu adalah milik-Nya.

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?