[AkhirZaman.org] Puluhan penganut Saksi Yehuwa di Korea Selatan tiba di penjara setelah menolak ikut serta program wajib militer tetapi, untuk pertama kalinya, mereka tidak di sana sebagai narapidana.
Sebaliknya, mereka sekarang bekerja sebagai administrator dari warga sipil.
Program wajib militer, seperti namanya, wajib diikuti semua laki-laki berusia 18 hingga 28 tahun di Korea Selatan, yang secara teknis masih berperang dengan Korea Utara.
Tetapi menurut skema baru, mereka yang keberatan ikut wajib militer atas dasar agama atau alasan pribadi tidak akan dihukum dan dipenjara.
Kelompok Saksi Yehuwa di Korea Selatan secara historis menolak wajib militer atas dasar moral dan agama, dan memilih menerima hukuman penjara selama 18 bulan atau lebih.
Hampir 20.000 anggota gereja dilaporkan telah dipenjara sejak 1950.
Namun keputusan Mahkamah Agung pada tahun 2018 mengakui perlunya bentuk pengabdian alternatif – yang tidak melibatkan penggunaan senjata api atau senjata lain – bagi mereka yang menolak wajib militer atas dasar keyakinan atau hati nurani, disebut conscientious objector.
Setelah keputusan itu, dakwaan terhadap ratusan pria, kebanyakan dari mereka penganut Saksi Yehova yang menolak wajib militer, dibatalkan.
Pemerintah membebaskan ratusan pria yang sudah menjalani hukuman penjara dan telah menghabiskan semua kesempatan banding mereka.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan para conscientious objector yang menjalani hukuman penjara kerap menghadapi stigma sosial, dan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan setelah hukuman penjara mereka.
Skema baru ini mulai berlaku pada hari Senin (26/10), ketika 63 orang conscientious objector melapor ke pusat pelatihan di Daejeon untuk mengabdi sebagai administrator penjara.
Mereka akan bekerja di sana selama tiga tahun, lebih lama dari 21 bulan pengabdian militer di angkatan darat, 23 bulan di angkatan laut, atau 24 bulan di angkatan udara.
“Sebagai anggota Saksi Yehova, saya percaya itu adalah tugas saya untuk menafsirkan Alkitab seperti yang tertulis dan mengikuti ajaran Yesus,” kata Jang Kyung-jin kepada kantor berita AFP.
Jang mengutip ayat dari Alkitab, di mana Yesus mengatakan kepada murid-muridnya agar tidak menggunakan kekerasan untuk membelanya karena “semua yang mengambil pedang akan binasa oleh pedang”.
Ke-63 orang tersebut akan bekerja, makan, dan tidur di penjara, tetapi akan dipisahkan dari narapidana lain dan diberi cuti tahunan selama beberapa minggu.
Meskipun putusan Mahkamah Agung dianggap sebagai kemenangan bagi Saksi Yehova, kelompok hak asasi berpendapat bahwa persyaratan kerja tiga tahun yang berat hanyalah hukuman alternatif.
Wajib militer di Korea Selatan
Korea Selatan memiliki hubungan yang tegang – serta salah satu perbatasan yang paling dijaga ketat di dunia – dengan Korea Utara, dan wajib militer dipandang sebagai kunci pertahanan negara.
Semua laki-laki berbadan sehat di Korea Selatan wajib untuk bertugas di militer selama 24 bulan, dilakukan paling lambat ketika usia mereka 28 tahun.
Dalam kasus yang jarang terjadi, seseorang dapat diberikan pengecualian dari dinas militer, seperti atlet yang menang di Olimpiade atau Asian Games, karena telah meningkatkan profil global negara mereka.
Pemerintah Korea Selatan juga memberikan pengecualian kepada para atlet misalnya, ketika negara tersebut menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 dan berhasil mencapai semifinal.
Saat ini juga sedang ada perdebatan tentang apakah superstar K-pop, seperti BTS, sebaiknya dibebaskan, atau setidaknya diizinkan untuk menunda wajib militer sehingga mereka dapat terus tampil selama tahun-tahun puncak mereka.
Melalui aturan saat ini, ketujuh anggota BTS, salah satu ekspor terbesar negara itu, akan diminta untuk mengikuti wajib militer dalam beberapa tahun ke depan, pada saat mereka berusia 28 tahun.
Saat ini, Gereja-gereja yang hanya tercatat sebagai nama, tetapi tidak dalam perbuatan dipenuhi oleh percabulan dan perzinahan sebagai akibat dari gairah nafsu yang rendah. tetapi hal ini, sebagian besar ditutupi. Para pemimpin yang memiliki posisi tinggi bersalah, namun jubah kesalehan menutupi perbuatan gelap mereka dan kemunafikan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun. Dosa-dosa mereka sudah mencapai langit.
Orang-orang yang mengaku Kristen menganggap percabulan dan perzinahan sebagai dosa yang dipandang sebelah mata oleh Tuhan. Dosa-dosa ini dilakukan dengan bebasnya. Mereka tidak mengakui tuntutan hukum Tuhan atas diri mereka. Mereka sudah melanggar perintah Yehova yang agung dan dengan bersemangat mengajarkan pendengar mereka untuk melakukan hal yang sama, mengumumkan bahwa hukum Tuhan sudah ditiadakan, dan tidak memiliki tuntutan atas mereka. Dengan pernyataan ini, dosa tidak tampak lagi keberdosaannya karena melalui hukumlah kita mengenal dosa. Kita bisa mendapati beberapa dari antara mereka yang mengajar nantinya akan menipu dan berbohong serta membiarkan hawa nafsu mereka terlepas. Akan tetapi, manusia yang mengakui sepuluh hukum itu mengikat harus menjalankan prinsip-prinsip dari sepuluh hukum yang diberikan Tuhan dalam kemuliaan yang dahsyat dari gunung Sinai itu dalam kehidupan mereka. (Seruan Khidmat, hal.83, pf 1,2)
“Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kejadian 18:25)
“Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.” (Mazmur 89:15)