Bangkitlah, mari kita pergi; lihatlah, dia yang mengkhianati aku sudah dekat. [Markus 14:42. KJV].
[AkhirZaman.org] Waktu kristus dikhianati, Ia pun merasakan apa yang Anda rasakan. Dan sekarang mereka mendengar derap berat prajurit Roma ke taman….
“Tetapi Yesus berkata kepadanya, Yudas, mengkhianati Anak Manusia dengan ciuman?”
Kata Yesus kepada mereka: “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci.”
Catatan Yohanes mengenai peristiwa ini adalah
“Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata; Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: “Siapakah yang kamu cari?”
Baca Juga:
- Dikhianati oleh Para Sahabat dan Kaum Kerabat.
- Penganiayaan Pada Zaman Kristus; Penganiayaan Sekarang.
- Kristus mengentarai untukmu.
Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya kepada mereka: “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.
Kata Yesus kepada Petrus: “Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” Mendengar perkataan ini, ketakutan melanda para murid. Mereka sekarang berkumpul lagi, mengelilingi Tuhan mereka; tetapi atas usulan Petrus, mereka “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri”
Sifat manusiawi Kristus adalah seperti Anda. Dengan penderitaan benar-benar lebih dirasakan oleh-Nya, karena sifat rohani-Nya bebas dari segala noda dosa. Keengganan terhadap penderitaan sebanding dengan tingkat keparahannya. Keinginannya untuk menghilangkan penderitaan sama kuatnya dengan yang dialami manusia.
Betapa kuatnya keinginan kemanusiaan Kristus untuk melepaskan diri dari ketidaksenangan Allah yang terhina; bagaimana jiwa-Nya merindukan kelegaan ditunjukkan dalam kata-kata Penderitaan, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Semua dosa dunia yang berakumulasi ditimpakan ke atas sang Pembawa Dosa, Pribadi yang tidak bersalah atas segala dosa, Pribadi satu-satunya yang hanya bisa menjadi pendamaian dosa, karena Dia sendiri taat. Hidup-Nya menyatu dengan Allah Bapa. Tidak ada noda kebejatan pada-Nya. —Manuscript 42, 1897.