“Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni Iemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahann ya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” (Kejadian 4:3-5).
[AKhirZaman.org] Dengan demikian Injil diberitakan dalam setiap korban; dan pekerjaan orang-orang percaya terus-menerus menyatakan iman mereka terhadap kedalangan Seorang Juruselamat. Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku,
sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan” (Yohanes 5:46, 47).
Namun, tidaklah mungkin bagi Adam, melalui teladan dan perintah-perintahnya, untuk merendahkan air pasang kecelakaan yang pelanggarannya timpakan kepada manusia. Ketidakpercayaan merangkak ke dalam hati manusia. Anak-anak Adam memberikan teladan yang pertama sekali tentang dua jalan yang ditempuh oleh manusia sehubungan dengan tuntutan-tuntutan Allah. Habel melihat Kristus yang digambarkan dalam persembahan-persembahan korban. Kain adalah seorang tidak percaya sehubungan dengan perlunya korban; ia tidak mau mengerti bahwa Kristus dilambangkan oleh domba yang disembelih; darah binatang tampak baginya tanpa manlaat. Injil diberitakan kepada Kain sebagaimana kepada adiknya; tetapi bagi dia adalah suatu bau kematian untuk kematian, oleh sebab ia tidak mau tahu, di dalam darah anak domba yang dikorbankan, Yesus Kristus satu-satunya jaminan yang diadakan untuk keselamatan manusia.
Juruselamat kita, dalam hidup dan kematian-Nya, menggenapi semua nubuatan yang menunjuk kepada diriNya sendiri, dan adalah wujud semua Iambang dan bayangan yang ditunjukkan. la memelihara hukum moral, dan meninggikannya dengan menjawab tuntutan-tuntutannya sebagai wakil manusia. Mereka dari antara Israel yang berpaling kepada Tuhan, dan menerima Kristus sebagai wujud yang dibayangkan oleh Iambang korban-korban, mengerti akhir dari apa yang harus dihapus. Kegelapan yang menyelubungi sistem orang Yahudi sebagai suatu tudung, bagi mereka adalah tudung yang menutupi kemuliaan pada wajah Musa. Kemuliaan pada wajah Musa adalah pantulan terang yang Kristus bawa ke dalam dunia demi keuntungan manusia.