Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. Kolose 4:6.
[AkhirZaman.org] Kesopanan adalah salah satu dari karunia Roh. ltulah suatu ciri Sorga. Malaikat-malaikat tidak pernah menjadi berang, tidak pernah dengki ataupun mementingkan diri sendiri. Tidak pernah perkataan kasar dan yang menyakiti keluar dari bibirnya. Jika kita menjadi sahabat-sahabat malaikat, maka kita juga haruslah sopan dan ramah tamah. Kebenaran Allah direncanakan untuk meninggikan orang yang menerima kebenaran itu, menyempurnakan citarasanya dan menyucikan pertimbangan pikirannya. Tidak ada orang dapat menjadi orang Kristen tanpa memiliki roh Kristus; dan jika ia memiliki roh Kristus, hal itu akan dinyatakan di dalam sikap yang dimurnikan dan ramah tamah. Tabiatnya akan menjadi kudus, Budi bahasanya menarik hati, perkataannya tanpa tipu daya. la akan memiliki kasih yang tidak mudah luntur, tahan lama dan manis, yang mengharapkan segala sesuatu, dan menahan segala sesuatu.
Orang-orang yang mengaku menjadi pengikut-pengikut Kristus dan pada saat yang sama pula mereka bersikap kasar, tidak ramah tamah, dan tidak sopan di dalam perkataan dan tingkah laku belumlah belajar tentang Yesus….
Kelakuan sebagian orang yang mengaku Kristen ada yang kurang di dalam kebaikan hati dan kesopanan sehingga kebaikan mereka menjadi pembicaraan yang tidak baik. Ketulusan hati mereka mungkin tidak diragukan lagi, kejujurannya mungkin tidak menjadi tanda tanya lagi; akan tetapi ketulusan hati dan kejujuran bukannya akan menutupi kekurangan kebaikan hati dan kesopanan. Orang Kristen haruslah menaruh belas kasihan sama seperti berbuat benar, sopan, sama seperti halnya jujur serta tulus hati….
Kesopanan yang benar bertautan dengan kebenaran dan keadilan membuat hidup tidak saja berguna, tetapi juga indah dan harum semerbak. Perkataan yang manis, pandangan yang menyenangkan, wajah yang gembira, melemparkan daya penarikan kepada orang Kristen yang membuat pengaruhnya hampir tak dapat dihalang-halangi. Di dalam melupakan diri sendiri, di dalam terang dan damai sejahtera dan bahagia yang senantiasa dianugerahkannya kepada orang lain, ia mendapat kesukaan sejati.
Biarlah kita melupakan diri sendiri, selalu bersedia menggembirakan orang lain, meringankan beban mereka oleh tindakan yang lemah lembut dan perbuatan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Jangan mengucapkan perkataan yang tidak baik; biarlah sifat mementingkan diri yang tidak mengindahkan kebahagiaan orang-orang lain diganti dengan kasih yang menaruh simpati. Keadaan hati yang memikirkan orang lain, yang dimulai di dalam rumah tangga dan meluas keluar lingkaran keluarga, lebih jauh lagi untuk melengkapi kebahagiaan hidup, dan melalaikannya berarti tidak sedikit mendatangkan kesengsaraan hidup.”