[AkhirZaman.org] Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiāul Awal Tahun Gajah, atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Adapun sebabnya dinamakan tahun Gajah karena pada tahun itu kota Mekah diserang oleh pasukan tentara orang Kristen yang kuat di bawah pimpinan Abrahah, Gubernur dari Kerajaan Kristen yang Abessinia yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Kaāabah. Pada waktu itu pasukan yang dipimpin Abrahah itu berkendaraan gajah (Mukaddimah Qur-an Terbitan Dep. RI, halaman 54).
Peristiwa itu riwayatnya dengan singkat sebagai berikut seperti yang diceritakan dalam Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid IA, halaman 85-92:
āDalam petengahan abad VI Masehi, pemerintahan di negeri Hijaz yang berpusat di Mekah ada di dalam tangan Abdul-Muththalib. Dan pemerintahan di Negeri Yaman dalam tangan seorang yang beragama Kristen bernama Abrahah Al-Asyram, seorang Panglima Perang dari Kerajaan Kristen Habsy (catatan sejarah lain mengatakan bahwa sejak tahun 538-1798, lamanya 1260 tahun berdirinya Kerajaan Kristen Roma Katolik, sebagai pengganti Kerajaan Dunia Roma Kafir Purbakala. Kerajaan Dunia Romawi diperintah oleh Kaisar, tetapi Kerajaan Roma Katolik di bawah pimpinan Paus sebagai Kepala Negara merangkap sebagai Kepala Gereja atau Imam. Itulah sebabnya maka Abrahah Al-Asyram disamping menjadi Panglima Perang, menjadi Kepala Pemerintahan merangkap pula pembesar agama, sebab Kerajaan Roma Katolik menyebarkan agamanya melalui pemerintahan, karena pemerintahan adalah juga Imam dalam Gereja Roma Katolik-catatan tambahan).
Setelah Abrahah Al-Asyram ditetapkan menjabat selaku Wali Negara di Yaman dengan bertempat kedudukan di ibu kota negeri itu yang bernama Shanāa. Lalu ia membangun dan mendirikan sebuah tempat yang besar dan indah di sana. Pada waktu itu juga didirikannya sebuah gereja yang besar, luas dan indah di sana yang dinamai āGereja Quraisyā (gereja tempat orang berkumpul dari mana-mana. Quraisy artinya apa-apa yang dikumpulkan dari sana-sini-Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid IA, halaman 72).
Ia ingin kota itu menjadi pusat berkumpulnya segenap rakyat dalam jajahannya, dan berhimpunnya segenap bangsa Arab dari seluruh Jazirah Arab. Tempat itu nanti dapat juga dipergunakan untuk mengurus segala sesuatu yang menjadi keperluan mereka, baik yang berhubungan dengan urusan keduniaan ataupun yang berkenaan dengan urusan keagamaan. Pendek kata tempat itu hendak dijadikannya seperti Mesjidil Haram di Mekah yang ada Kaāabahnya itu.
Abrahah Al-Asyram mengerti bahwa keinginan dan tujuannya yang penting itu tidak akan tercapai jika Kaāabah yang ada di kota Mekah itu belum dihancurkan lebih dahulu. Oleh sebab itu dengan sengaja dia hendak menghancurkan dan membinasakan Kaāabah di kota Mekah itu lebi dahulu. Abrahah mempersiapkan tentaranya yang gagah serta perkasa dengan berkendaraan gajah yang besar-besar yang dihiasi beberapa macam perhiasan yang indah.
Selain daripada itu ada pula 60.000 orang yang berjala di belakangnya sebagai barisan tentaranya. Lalu diikirimkanlah berita ke Mekah, kepada Abdul Muththalib menyatakan maksud kedatangan Abrahah Al-Asyram yang hendak memusnahkan Kaāabah itu bukannya akan memerangi penduduk yang diam di kota Mekah itu.
Setelah Abdul Muththalib mendengar berita kedatangan pasukan besar yang dipimpin oleh Abrahah Al-Asyram itu akan memusnahkan Kaāabah, bukannya akan memerangi penduduk Mekah, ia menyerahkan hal itu kepada Tuhan karena dia dan penduduk Mekah tidak akan dapat menghalangi atau melawan pasukan yang besar dan kuat itu.
Banyak orang yang telah menghalangi perjalanan pasukan Abrahah itu seperti Dzu Nafar, seorang pahlawan Bangsawan Arab Yaman berteriak-teriak mengobarkan semangat kaumnya untuk merintangi perjalanan pasukan itu, tetapi ditawan oleh Abrahah. Mereka tidak dibunuh melainkan dibawanya sebagai tawanan yang harus menunjukkan jalan ke Mekah.
Adalagi yang lain, yaitu Nufail dan Habib di Qabilah Banu Khatsāam dan Banu Himyar, juga ditawan dan dijadikan penunjuk jalan ke Mekah.
Setelah angkatan perang Abrahah itu tiba di desa Thaif yang tidak jauh dari Mekah itu, pasukanya diterima baik oleh penduduk, lalu mereka menjadi petunjuk jalan untuk masuk ke Mekah.
Angkatan perang Abrahah yang gagah perkasa itu bergerak mendekati kota Mekah, kemudian beristirahat di luar pintu kota Mekah. Abrahah mengirimkan utusan ke Mekah untuk menemui para pembesar dan pimpinan kota Mekah itu, dan memberitahukan bahwa kedatangan pasukannya ke sana bukan untuk memerangi penduduk Mekah melainkan memusnahkan Kaāabah.
Abdul Muththalib dengan anaknya bernama Harits, pergi mendapatkan Abrahah bersama utusan Abrahah yang datang kepadanya. Ia disambut oleh Abrahah dengan baik dan dihormatinya. Pada permulaan pembicaraan menyebut-nyebut tentang unta-unta yang dirampas oleh tentara Abrahah agar dikembalikan kepada penduduk Mekah. Tetapi akhirnya setelah tiba kepada tujuannya untuk memusnahkan Kaāabah Mekah itu, Abdul Muththalib katakan: āBahwa itu bukan urusanku, melainkan urusan Tuhan, karena Tuhan yang memelihara Kaāabah itu.ā
Setelah semua binatang-binatang ternak kepunyaan Quraisy dikembalikan, pulanglah Abdul Muththalib bersama-sama anaknya ke Mekah, dan mendapat penjelasan bahwa Kaāabah itu akan dihancurkan oleh pasukan Abrahah yang gagah perkasa itu.
Abdul Muththalib selaku Wali Negeri dan Pemegang kunci Kaāabah itu, sebelum berangkat ke luar kota tempat perlindungan, lebih dulu mengerjakan Tawaf (mengelilingi Kaāabah) dan berdoa kepada Tuhan semoga Tuhan melimpahkan rahmatnya atas rumah itu dan kepada segenap penduduk yang memelihara rumah suci itu.
(Catatan: Menurut riwayat, berhala Hubal ditaruh dalam Kaāabah dan dijadikan berhala yang paling besar di dalam dan luar Kaāabah . . . Berhala-berhala mereka yang paling besar ialah Hubal, dibawahnya Manata kemudian Al-Lata, Al-Uzza . . . Bangsawan Quraisy pada umumnya menyembah berhala, maka kepada berhala-berhala itu mereka meminta pertolongan dan kepada berhala-berhala itu mereka mengorbankan hewan ternak, kadang-kadang mereka membawa anaknya sendiri untuk dikorbankan kepada berhala-berhala itu, sebagaimana terjadi pada Abdul Muththalib yang bernazar akan mengorbankan salah seorang anaknya kepada berhalanya di sisi Kaāabah di Mekah itu ā Kitab Kelengkapan Tarikh Muahammad SAW, jilid IA, halaman 48, 50, 52).
Oleh karena Abdul Muththalib itu adalah penyembah berhala (ber-Tuhan-kan kepada Hubal, Al-Lata, Al-Uzza dan bernazar mengorbankan anaknya kepada berhala di sisi Kaāabah itu), maka ia mengelilingi Kaāabah itu minta tolong allah-allah yang ada di dalam rumah suci (Kaāabah) itu, yaitu Hubal, sebagaimana disebutkan di atas.
Ketika Abdul Muththlaib berangkat ke luar kota untuk mencari tempat berlindung, datanglah kabar bahwa Angkatan Perang Abrahah yang gagah perkasa telah musnah oleh wabah penyakit yang hebat. Sedangkan Abrahah Al-Asyram sendiri telah tewas.
Timbulnya penyakit yang sangat hebat itu, sepanjang riwayat yang masyhur, ketika Angkatan Perang Abrahah hendak menyerbu Kaāabah Mekah itu, gajah mereka tidak mau berangkat, hendak mundur tetapi mereka paksakan maju. Lalu dengan mendadak datanglah burung berbondong-bondong, masing-masing membawa batu hitam bertanah dan berapi, melontari dan menjatuhkannya kepada semua Pasukan Abrahah itu dan gajah-gajah tersebut.
Siapa pun yang kena batu hitam itu merasa gatal, lalu orang dan binatang itu mati. Tidak seorangpun dapat meluputkan diri dari lemparan batu itu. Dengan demikian Abrahah Al-Asyram beserta pasukannya yang membawa tentara gajah itu musnah semuanya. Alhasil Kaāabah itu mendapat perlindungan dari Tuhan.ā — demikianlah menurut catatat Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid I, halaman 85-92.
Itulah cerita yang terjadi pada tahun kelahiran Muhammad, dicatat pada tahun gajah, karena sebelum ia lahir, Pasukan Gajah Abrahah Al-Asyram menyerang Kaāabah Mekah untuk memusnahkannya, tetapi yang musnah bukan Kaāabah itu, melainkan pasukan Abrahah itu.
Cerita itu cocok dengan keyakinan bangsa Arab kuno di masa itu, karena Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW pada halaman 51 mengatakan: āMereka (kaum Quraisy) berkeyakinan bahwa barang siapa mencela atau mencaci maki berhala Al-Lata atau Al-Uzza yang ada di sekeliling Kaāabah itu akan mendapat penyakit sopak.ā
Abrahah beserta pasukan gajahnya itu, bukannya mencela Al-lata dan Al-Uzza yang ada di sekeliling Kaāabah itu, melainkan akan memusnahkannya bersama Kaāabah itu. Dan sebelumnya Abdul Muththalib, pemegang kunci Kaāabah itu telah menyerahkan rencan Abrahah itu kepada berhala-berhala tempat mereka meminta pertolongan, sebelum berangkat ke tempat perlindungannya itu ia mengelilingi Kaāabah yang di sisinya terletak 300 patung, sebagaimana diceritakan di atas.
Tuhan tidak mau memaksa seseorang untuk meyakini-Nya secara paksa. Dia mau supaya manusia secara bebas menurut keyakinannya sendiri. Oleh karena itu, apabila seseorang yakin bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan pertolongan (sebagaimana keyakinan kaum Quraisy Mekah, termasuk Abdul Muththalib), maka itu akan terkabul jika itu saja yang mereka ketahui tentang Tuhan.
Tetapi bukan berarti kita diperkenankan untuk menyembah berhala dan berdoa kepadanya hanya oleh karena kita lebih yakin pada berhala-berhala itu daripada Tuhan Sang Pencipta. Karena Tuhan berkata: āJangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu . . . tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.ā Keluaran 20:3-6.
(kita akan pelajari lebih lanjut dalam pelajaran yang akan datang mengapa pasukan Abrahah Al-Asyram tidak diperkenankan Tuhan menghancurkan Kaāabah di Mekah, dan Tuhan sepertinya menjawab permohonan Abdul Muththalib meskipun dia dan segenap penduduk Mekah memohon pertolongan kepada berhala-berhala yang ada di sekitar Kaāabah di Mekah)