[AkhirZaman.org] Pertanyaan 5: Apakah rasul mengajarkan bahwa kita tidak boleh saling menghakimi dari hal hari Sabat dan tidak perlu memelihara hari Sabat? Bukankah semua itu terserah kepada kata hati, maupun pendapat pribadi?
Jawaban: Ini satu pertanyaan bagus. Sebelum kita menjawabnya, ada satu prinsip Alkitab yang perlu diperhatikan. Dalam mempelajari Alkitab, kita harus selalu membiarkan bagian yang jelas menerangkan mana yang tidak jelas. Kita tidak boleh mengabaikan seratus ayat yang jelas mengenai topik tertentu hanya karena satu atau dua hal yang sukar dimengerti.
Dengan prinsip seperti itu di dalam pikiran, mari kita baca kembali ayat yang menjadi pertanyaan itu. Dalam Kolosi 2:13-17 Paulus menulis: “Kamu juga meskipun dahulu mati oleh karena pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, tetapi dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia. Sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, (ayat 13) dengan menghapuskan surat utang yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan melakukannya pada kayu salib; (ayat 14). Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka (ayat 15). Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau pun hari Sabat (ayat 16). Semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus (ayat 17).”
Apa maksud Paulus ketika dia berkata, “…jangan biarkan seorang pun menghukum engkau…mengenai hari Sabat” (ayat 16). Mari kita menyelidikinya: Dalam ayat 13 Paulus menulis bahwa melalui Yesus kita dihidupkan dari kematian rohani kepada kehidupan rohani. Yesus mati supaya kita beroleh hidup. Dalam ayat 14, ungkapan “menghapuskan surat utang” adalah ungkapan bahasa Yunani yang berarti “terikat oleh utang.” Ungkapan itu sama dengan ungkapan “saya berutang kepadamu.” Kalau saya meminjam uang 500 dolar dari Anda, saya akan membubuhkan tanda “IOU” bersama-sama dengan tanda tangan saya pada bagian bawah surat perjanjian yang menyatakan utang saya pada anda. Dengan cara seperti itulah, kita berutang perbuatan besar kepada hukum Allah. Kegagalan berbuat sesuai dengan standar hukum Allah yang agung berarti kematian (Rm 6:23); kita “Semua sudah berdosa” (Rm 3:23). Oleh sebab itu kita semua patut mati. Tetapi Yesus menghidukan satu kehidupan yang sempurna—hidup yang seharusnya kita hidupkan. Dia juga mati siksa – kematian yang sepatutnya bagi kita. Dengan kata lain Dia sudah membayar utang kita. Dia membayar “IOU”, utang kita. Jadi kita dilepaskan dari hukuman pelanggaran kita kepada hukum itu (Rm 8:1).
Sistem korban pada zaman Perjanjian Lama, dengan mempersembahkan domba, adalah wujud atau manifestasi yang dapat dilihat akan ikatan utang itu – Jalan ke kaabah adalah jalan yang dilumuri oleh darah (Ibr 9:22; Im 17:11). Tapi Paulus menulis bahwa “di dalam Kristus” sistem persembahan korban itu sudah digenapi. (Kol 2:16, 17). Semua peraturan korban yang menunjuk kepada kedatangan Kristus sudah dihapus. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa, “Semua upacara itu hanya bayangan untuk sesuatu yang akan datang… (ayat 17).
Jadi hari-hari Sabat yang ditulis Paulus dalam ayat 16 pasti ditujukan kepada hari-hari Sabat yang hanya menjadi bayangan dari sesuatu yang akan datang. Pertanyaan yang logis seharusnya adalah, hari-hari Sabat manakah yang Paulus maksudkan? Apakah ada dua jenis hari Sabat? Apakah ada hari Sabat yang menunjukkan kepada sesuatu? Seperti sudah kita temukan, hari Sabat hari ketujuh dari Sepuluh perintah Allah bukanlah bayangan dari sesuatu yang sudah pernah terjadi – yaitu masa penciptaan .
Hukum itu menyatakan: “Ingatlah dan kuduskan hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah Sabat Tuhan Allahmu” (kel 20:8-10).
Ayat 11 jelas memberikan alasan atas perintah Allah tersebut: “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”
Hari Sabat hari ketujuh adalah satu peringatan yang terus dan abadi untuk kebenaran adanya penciptaan. Hari itu mengingatkan kita bahwa kita bukan terjadi karena hasil evolusi. Allahlah yang menciptakan kita. Karena Dia adalah Khalik dan kita adalah hasil ciptaan-Nya, menyebabkan Dia patut kita sembah.
Oleh karena Sabat hari ketujuh dari Sepuluh Perintah adalah peringatan akan sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya, apakah yang ditulis Rasul Paulus dari hal Sabat? Dalam Ibrani 10:1 Paulus menulis: “Di dalam Hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.”
Dalam ayat itu Paulus menulis mengenai hukum upacara korban. Yehezkiel 45:15-18 mengatakan bahwa persembahan makanan, persembahan minuman, hari raya bulan baru, hari-hari Sabat untuk upacara-upacara adalah bagian dari hukum upacara korban yang menunjukkan kepada kedatangan Mesias. Jadi ada tipe lain dari hari Sabat yang dimaksudkan oleh Alkitab.
Dalam Imamat 23, kedua tipe hari Sabat disebutkan. Seluruh pasal itu, Allah memerintahkan kepada Musa hari-hari Raya dan hari perkumpulan bagi orang Israel yang harus disucikan. Dalam ayat 3, Allah mengingatkan Musa tentang hari Sabat hari ketujuh itu adalah hari Sabat setiap minggu, satu “hari pertemuan kudus.” Seluruh ayat berikutnya dalam pasal itu mencatat hari raya upacara tahunan yang diminta Allah untuk dirayakan bangsa Israel. Hari-hari Raya itu ada tujuh: hari Raya Paskah, hari Raya Roti Tidak Beragi, hari Raya Pentakosta, hari Raya Unjukan, hari Raya Nafiri, hari Raya Perdamaian, dan hari Raya Pondok Daun.
Mari kita teliti hari-hari raya itu secara ringkas. Kalender pertanian Yahudi dibagi menjadi dua musim yaitu musim semi dan musim gugur. Jadi ada hari-hari raya musim semi dan hari-hari raya musim gugur. Hari Raya Paskah, hari Raya Roti tidak beragi dan hari Raya Pentakosta dan hari Raya Unjukan adalah hari-hari raya pada musim semi. Hari raya Nafiri, hari raya perdamaian dan hari raya Pondok Daun adalah hari-hari raya pada musim gugur. Hari-hari raya musim semi menunjuk kepada kedatangan Yesus yang pertama. Hari-hari raya pada musim gugur menunjuk pada peristiwa-peristiwa sesudah kedatangan Yesus yang pertama – yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.
Tetapi yang penting adalah bahwa dalam seluruh ayat-ayat Imamat pasal 23 ada beberapa keterangan yang ditujukan kepada hari-hari raya tersebut sebagai satu hari “Sabat.” Sebagai Contoh, Imamat 23:24 menerangkan hari raya Nafiri sebagai satu “hari Sabat perhentian” (New King James Version). Terjemahan yang lebih baru mengatakan hari itu sebagai hari perhentian (kata Ibrani yang asli adalah “Shabbath”). Ayat 32 memerintahkan menjadi satu hari Sabat perhentian” Oleh karena hari raya Nafiri dirayakan pada hari pertama pada bulan ketujuh dan hari raya Perdamaian adalah pada tanggal 10 pada bulan yang sama, maka kedua hari tersebut tidaklah mungkin hari ketujuh Sepuluh Hukum.
Imamat 23:17 menolong kita untuk membedakan kedua hari tersebut. Ayat itu berbunyi: “Itulah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan, yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus untuk mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan, yaitu korban bakaran dan korban sajian, korban sembelihan dan korban-korban curahan, setiap hari sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu, belum termasuk hari – hari Sabat Tuhan dan belum termasuk persembahan-persembahan persembahanmu atau segala korban nazarmu atau segala korban sukarelamu, yang kamu hendak persembahkan kepada Tuhan.”
Orang Israel harus menghormati dan menyucikan hari-hari raya itu dan juga semua peraturan-peraturan-Nya sebagai tambahan kepada hari Ketujuh hari Sabat Tuhan Allah. Semua hari-hari raya itu menunjuk kepada kedatangan Mesias. Ketika Yesus sudah datang semua hari-hari raya itu sudah digenapi.
Jadi sebagai intisarinya Paulus mengatakan, “…janganlah seorang pun menghukumkan kamu akan apa yang kamu makan atau minum, atau yang ada hubungannya dengan hari-hari raya agama, hari raya bulan baru atau pun tujuh hari raya Sabat tahunan yang semua hanyalah bagian dari sistem upacara korban yang menunjuk kepada kedatangan Kristus. Semua itu hanyalah bayangan akan sesuatu yang akan datang. Tetapi wujudnya adalah Kristus.” Sesungguhnya Paulus tidak bermaksud meniadakan hari Sabat hari ketujuh dari Sepuluh Hukum Allah.