[AkhirZaman.org] Setelah pernikahannya dengan Khodijah, seorang janda kaya di Mekah yang memiliki usaha barang-barang dagangan, Muhammad tak lagi menjadi orang miskin. Ia suka memberikan pertolongan kepada orang-orang miskin. Di samping itu dia selalu mengasingkan diri untuk mencari kebenaran. Pada suatu malam ia mengasingkan diri ke Gua Hira, tidak jauh dari kota Mekah untuk mencari ketenangan dan kebenaran karena ia kasihan kepada kaumnya yang menyembah berhala itu.
Mukaddimah Qur-an terbitan Dep. Agama RI hal. 59, 60 menceritakan bunyinya: “Ketika Muhammad menginjak usia 40 tahun, pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M, di waktu Muhammad sedang bertahanuts di Gua Hirak datanglah malaikat Jibril membawa tulisan dan menyuruhnya membaca tulisan itu. Muhammad mengatakan: ‘Aku tidak dapat membaca.’ Sampai tiga kali malaikat itu menyuruhnya membacanya. Dan tiga kali pula Muhammad mengatakan, ‘Tidak dapat membaca.’ Lalu malaikat itu merangkulnya sehingga nafasnya sesak, ikut malaikat itu membaca: “Iqrok bismi Robbikallazi Kholaq.” Yang artinya “Bacalah Dengan Nama Tuhanmu Yang Menjadikan.”
Muhammad mengerti bahwa Tuhan yang menjadikan, bukannya berhala-berhala yang biasa disembah oleh kaum Quraisy di sisi Kaabah Mekah itu. Kemudian ia pulang ke rumahnya, minta diselimuti oleh isterinya karena badannya gemetar dan suaranya parau. Sementara Muhammad tertidur, Khodijah pergi ke rumah Waraqah bin Naufal menceritakan apa yang terjadi kepada suaminya. Waraqah menjawab, “Suci, suci, sungguh telah datang kepadanya Namus akbar yang pernah datang kepada Musa.”
Mendengar itu Khodijah pulang ke rumahnya dengan hati yang senang. Setibanya di rumah, Muhammad masih tidur, tetapi tidak lama kemudian terbangun. Setelah Muhammad segar kembali, segera Khodijah mengajaknya pergi ke rumah Waraqah dengan maksud untuk bertanya lebih lanjut.
Setelah Muhammad menceritakan kepadanya segala sesuatu yang terjadi di Gua Hirak, lalu Waraqah berkata: “Suci, suci! Hai anak laki-laki saudaraku! Ini adalah rahassia besar yang pernah diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup, bilamana kaum Quraisy mengusir engkau! . . . . Kelak ketika engkau dimusuhi, aku akan menolong engkau dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya.” (Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid I A, hal. 206, 207).
Waraqah, yang beragama Kristen, menguatkan dan memberikan semangat kepada Muhammad supaya ia jangan takut kepada kaum Quraisy untuk mengembalikan mereka menurut agama Ibrahim dan Ismail untuk menyembah Allah Yang Esa, dengan ucapannya yang tegas, “Apabila engkau dimusuhi kelak, aku akan mennolong engkau dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya.”
Tugas Muhammad Sesudah Peristiwa Itu
Sesudah Muhammad menerima wahyu yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah dia secara tersembunyi menyeru keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabatnya yang terdekat, seorang demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhalanya dan hanya menyembah Allah Yang Esa.
Yang mula-mula percaya kepadanya adalah isterinya sendiri, Khodijah. Kemudian disusul oleh putera pamannya (anak Abu Thalib) yang bernama Ali, dan juga Zaid bin Harisah (budaknya yang kemudian menjadi anak angkatnya). [Mukadimmah Qur-an terbitan Dep. Agama RI, hal. 63].
Pada mulanya kaum Quraisy menganggap gerakan Muhammad itu adalah suatu gerakan yang tak mempunyai dasar dan tujuan hidup, dan hanya sebentar saja. Oleh karena itu sikap mereka terhadap Muhammad acuh tak acuh dan mereka membiarkan gerakan itu. Lama kelamaan gerakan itu makin meluas dan pengikut-pengikutnya bertambah banyak, dan seruan Muhammad makin tegas dan lantang. Dia mulai mengecam agama berhala kaum Quraisy. (Mukadimmah Qur-an terbitan Dep. Agama RI, hal. 64).
Reaksi Kaum Quraisy Terhadap Muhammad
Kemudian dengan tiba-tiba Abu Lahap bersuara keras dan kasar seraya marah-marah, katanya: “Hai orang-orang keturunan Abdul-Muththalib! Demi Al-Lata dan Al-Uzza! Sungguh Muhammad itu jahat! Tariklah tangannya itu ke sini! Tangkap Muhammad! Hendaklah kamu semua melarang dia berkata-kata seperti itu.” (Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid I A, hal. 256).
Pada suatu hari bertanyalah Ubayya kepada Uqbah: “Apakah engkau sudah bertukar agama? Apakah engkau sudah mengikut agama Muhammad? Apakah engkau hendak berganti agama yang telah dipeluk orang-orang tua kita dahulu?”
Uqbah menjawab, “Demi Al-Lata dan Al-Uzza! Aku tidak berganti agama. Aku tidak ikut agama Muhammad! Hanya ada seorang laki-laki yang terhormat, termasuk keturunan bangsa Quraisy. Ia kuundang ke sini karena perjamuan ini, dengan diam-diam ia tidak mau memakan hidangan perjamuan yang saya sajikan kepadanya, kecuali jika aku sudah naik saksi di hadapannya dan mengaku beriman kepada Allah dan kepadanya.”
Sesudah mendengar cerita Uqbah itu, lalu Ubayya bin Kalaf berkata kepadanya: “Demi Al-Lata dan Al-Uzza! Mukaku haram bertemu dan berhadapan dengan mukamu selama-lamanya kecuali jika engkau bertemu dengan Muhammad di mana saja, engkau menangkap dan mencekik lehernya serta menampar dan meludahi mukanya. Jika engkau tidak berbuat demikian kepada Muhammad, tetaplah engkau seorang yang telah mengikut agamanya. Jadi engkau sudah menukar agama orang tuamu dengan agama baru yang dibawa Muhammad.” (Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid I A, hal. 275, 276).
Abu Lahab mulai bekerja dengan sekuat-kuatnya masuk kampung keluar kampung untuk merintangi seruan Muhamad. Ia dibantu oleh isterinya, juga dibantu oleh seorang pemuda Quraisy yang bernama Amir bin Hisyam (Abu Jahal).
Abu Lahab menghasut orang laki-laki dari bangsa Quraisy dan bangsa Arab lainnya. Isterinya menghasut perempuan-perempuan dari bangsa Quraisy, juga bangsa Arab lainnya. Sedangkan Abu Jahal menghasut pemuda-pemuda Quraisy, juga pemuda-pemuda Arab lainnya.
Tiap hari tiap malam mereka sibuk memasuki kampung dan keluar kampung, mengadakan hasutan dengan mengatakan: “Muhammad itu jahat, dia seorang pemuda yang sudah hilang ingatan, dan otaknya sudah miring.”
Muhammad itu pendusta besar, menyesatkan orang banyak, meributkan orang-orang tua, membuat keonaran pada banyak orang. Semua yang diserukan Muhammad itu bohong, sekali-kali jangan percaya, karena menyengsarakan!
Demikianlah antara lain hasutan mereka terhadap Muhammad, yang pada intinya merintangi orang lain supaya jangan mengikut seruan Muhammad itu.” (Kitab Kelengkapan Tarikh Muhammad SAW, jilid I A, hal. 262).