Friday, April 19, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupKesehatanApa Yang Salah Dengan Makan Daging? (2)

Apa Yang Salah Dengan Makan Daging? (2)

AMBEIEN

              [AkhirZaman.org] Karena daging hampir tidak memiliki permukaan yang kasar untuk merangsang gerakan peristaltik, feces memakan waktu lama untuk transit melewati usus besar. Semakin lama feces berada dalam usus, semakin kering jadinya.

              Mengerahkan tenaga dalam untuk mengeluarkan feces yang keras dan kering dapat meningkatkan tekanan darah pembuluh balik (vena) rektum. Kondisi ini akan mengakibatkan rektum menonjol (ambeien). Penyakit ambeien sudah lama diketahui disebabkan makanan tinggi lemak dan rendah serat. Jurnal Kedokteran Inggris dalam laporannya (1972), warga kulit hitam Afrika Selatan yang mengkonsumsi banyak daging memiliki kasus ambient lebih banyak daripada mereka yang tidak.

              Sebagai perbandingan, warga kulit putih Afrika Selatan yang merupakan salah satu kelompok konsumen makanan tinggi lemak dan rendah serat juga merupakan salah satu pengidap ambient terbesar di dunia.

VARISES

                Pembulu mekar di kaki umumnya disebabkan sering menguras tenaga ketika buang air besar. Usus menonjol mengerahkan tenaga berlebihan untuk mengeluarkan feses yang kering dank eras dapat mendorong perut ke atas diafragma. Jika terjadi berulang-ulang, lubang diafragma akan semakin melebar sehingga sebagian perut dapat masuk kedalamnya. Kondisi yang dinamakan Hiatal Hernia ini dapat mengakibatkan sakit dada, makan sulit dicerna dan keluarnya gas perut dari mulut.

RADANG USUS BUNTU

                Pola makan kaya daging, tinggi lemak dan rendah serat dapat memicu radang usus buntu(appendendisitis) yang disebabkan tersumbatnya ujung usus buntu sehingga tidak dapat mengeluarkan cairan dengan sempurna. Akibatnya bakteri berkembang biak dan usus buntu membengkak dan pedih sekali.

Penyumbatannya seringkali merupakan feses (tinja) yang keras dan kering berukuran kecil. Penyebabnya pola makan yang menghasilkan feses yang miskin serat dan gerak lamban sehingga terbentuk tinja yang keras yang menyumbat ujung usus buntu. Penelitian telah membuktikan bahwa pola makan rendah serat akan secara drastic  meningkatkan resiko diserang radang usus buntu. Appendicitis merupakan kasus penyakit perut darurat paling umum di Negara Barat. Di AS saja, sekitar 300.000 usus buntu harus dibuang setiap tahunnya.

DIABETES

Hasil penelitian menunjukan, diabetes sangat jarang terjadi pada kelompok konsumen yang menu utamanya adalah biji-bijian, sayuran dan buah. Sebaliknya, apabila orang yang sama mengganti pola makannya menjadi kaya daging, kasus diabetes akan mewabah.

                Penelitian skala besar telah dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat pada Universitas Minnesota Amerika(1960) selama 21 tahun, melibatkan 25.698 penganut Kristen Adventis yang sangat jarang mengkomsumsi daging. Hasilnya mereka yang sama sekali tidak mengkomsumsi daging memiliki resiko 45% lebih rendah mengidap penyakit kencing manis di banding seluruh penduduk pada umumnya.

                Penelitian ini juga menunjukkan, orang yang makan daging memiliki resiko 2 kali lebih besar meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Hubungan antara makan daging dan diabetes sangatlah kuat khususnya pada pria.

                Penelitian ini menunjukkan, mengkomsumsi daging apa saja akan meningkatkan resiko hingga 1,8 kali. Bagi yang hanya makan sedikit daging (1-2 kali seminggu), resikonya adalah 1,4 kali lebih tinggi dari pada kaum vegetarian. Sebaliknya bagi konsumen daging kelas kakap (minimal 6 kali/minggu), resiko tekanan diabetes melonjak tajam mencapai 3,8 kali.

                Pakar epidemiologi Universitas Minnesota dr.David Snowen yang merupakan sala satu pengarang laporan tersebut memaparkan kesimpulannya,”kami mencurigai bahwa komsumsi non-daging merupakan penyebab mengapa mereka hampir tidak ada yang mengidap diabetes. Kami menyelidiki berbagai tingkatan komsumsi daging  yang berbeda dan menemukan bahwa semakin rendah komsumsi daging, semakin rendah pula tingkat  resiko seseorang akan mengidap diabetes.

                Pengidap diabetes sangat rentan terkena atherosclerosis, serangan jantung stroke dan kebutaan, gagal ginjal, ganggne (yang diakibatkan infeksi) dan impotensi. Mereka juga memiliki harapan hidup yang lebih pendek. Pasien diabetes terkadang juga menderita efek samping dari obat- obatan, yakni penyakit kuning, bercak merah di kulit dan kurang darah.

                Kesimpulannya, dengan memakan lebih sedikit daging, resiko anda akan lebih kecil terkena berbagai penyakit di atas.

Teori Yang Telah Terbukti

–          lembaga Internasional Penelitian Epidemiologis Diabetes(DERI) yang dirilis Jurnal Kedokteran Inggrris(1987) melaporkan, 60%-90% kasus diabetes yang bergantung insulin dapat dicegah.

–          Para Pakar DERI dalam proposalnya melaporkan, faktor lingkunganlah yang terutama bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus diabetes belakangan ini.mereka lebih jauh mengklaim bahwa faktor keturunan(genetika) tidak mungkin dapat memicu lonjakan sedemikian tinggi dalam dalam waktu yang begitu singkat.(dari semua faktor lingkungan,pola makan mungkin merupakan faktor yang paling signifikan dan tentu saja yang paling mungkin kita kendalikan)

–          Di Jepang hampir seluruh penggulat sumo mengidap diabetes sebelum usia 35 tahun. Kondisi ini ditengarai dipicu oleh pola makan mereka yang sangat tinggi lemaknya

–          Bayi yang diberikan ASI akan memiliki kecendrungan lebih kecil mengidap diabetes setelah dewasa. Sebaliknya, bayi yang diberi susu sapi lebih mungkin menderita diabetes.

KADAR GULA DARAH RENDAH

                Kadar gula darah rendah ditemukan ditemukan pada orang yang mengkomsumsi daging, gula dan lemak dalam jumlah besar. Dalam suatu eksperimen dimana mahasiswa kedokteran yang sehat diberi makanan berkadar lemak sangat tinggi selama 2 (dua) hari dan kemudian diberikan pemeriksaan toleransi glukosa, seluruh mahasiswa tersebut memperlihatkan tanda-tanda bahwa metabolism gula dara mereka menjadi kacau dikarenakan kelebihan lemak. Hasilnya tidak separah itu ketika percobaan yang sama diulangi dengan makanan berkadar gula tinggi.

 Kemerosotan kadar gula darah yang tiba-tiba dapat menyebabkan badan letih, kepala pusing,linglung,bingung, kurang PD. Pada kasus yang parah, kondisi ini dapat mengakibatkan koma dan kematian.

RAPUH TULANG (osteoporosis)

Konsumsi daging meninggalkan residu bersifat asam dan pola makan yang membentuk asam memaksa tubuh menyeimbangkan pH dengan menyedot kalsium dari tulang dan gigi. Jadi, bahkan jika kita cukup mengkomsumsi kalsium, pola makan daging kaya protein akan mencuri kalsium dari tubuh kita.

Penelitian yang diterbitkan Jurnal Gizi Klinis Amerika (September 1988) melaporkan, ilmuan dari Universitas Andrews Michigan menggunakan tehnik canggih yang dinamakan direct photon absorptionmetry untuk membandingkan kepadatan tulang kaum vegetarian dengan pemakan daging. Mereka meneliti 1600 wanita dan menemukan bahwa:

–          Pada saat usia mencapai 80 tahun, mereka yang vegetarian minimal 20 tahun hanya kehilangan sekitar 18% dari mineral tulangnya.

–          Sedang mereka yang makan daging kehilangan 35% mineral tulangnya.

Perbedaan hilangnya massa tulang kaum vegetarian dan non-vegetarian ternyata disebabkan beberapa faktor.

Daging memiliki kandungan protein yang tinggi. Sejak 1920, para ilmuan telah mengetahui bahwa pola makan kaya protein dapat memicu hilangnya kalsium melalui air seni.

Dalam suatu penelitian dimana pria muda diberikan makanan dengan protein berkisar 48-141 gram/hari, didapat bahwa komsumsi protein yang lebih tinggi melipatduakan pengeluaran kalsium melalui urine. Pola makan yang kaya protein hewani khususnya meningkatkan dampaknya.

Para ilmuan mengumumkan, makanan daging menciptakan suasana asam dalam tubuh yang harus dinetralisirkan dengan mengambil cadangan kalsium yang  terdapat dalam tulang. Tidaklah mengherankan, rapuh tulang paling parah pada mereka yang mengkomsumsi paling banyak protein dan paling banyak ditemukan pada orang Eskimo yang makan ikan dalam jumlah besar (150-200gram protein setiap hari)

Orang Eskimo juga memakan 2000mg kalsium dari tulang ikan, namun mereka masih saja kehilangan mineral kalsium dari tulangnya. Hal ini disebabkan kelebihan protein tidak dapat disimpan dan harus dipecah dan dikeluarkan tubuh. Setelah mengkomsumsi protein padat(misalnya steak atau bahkan susu),ginjal harus membersikan darah dari sisa pembuangan protein seperti amonia,urea, pecahan asam amino dan sebagainya. Artinya, jam-jam setelah menikmati sepotong ikan atau protein padat hewani lainnya, kalsium yang bernilai dikeluarkan dari tubuh   setiap kali kita buang air kecil. Ilmuan menyebutkannya sebagai “hyperkalkuria yang dipicu protein.” Akibat jumlah ikan yang mereka komsumsi sangat besar sehingga darah mereka sulit menggumpal, orang Eskimo juga banyak mengalami stroke yang disertai pendarahan internal, hidung berdarah dan epilepsy.

Orang Eskimo juga cepat sekali menua. Umur rata-rata orang orang Eskimo jarang ada yang melampauin 30 tahun. Kondisi yang sama juga terjadi pada suku Kirgiz di Eropa Timur yang pada suatu masa hanya makan daging dan mereka jarang hidup melewati usia 40 tahun.

TUKAK LAMBUNG

Tukak lambung (ulcer) paling sering terjadi dan paling serius menjangkiti populasi yang mempunyai pola makan rendah serat dan tinggi lemak yang menciptakan sifat asam. Daging, ikan dan telur merupakan makanan yang paling bersifat asam. Semuanya tidak mengandung serat dan hampir semua jenis mengandung kadar lemak tinggi.

Apabila cairan lambung terlalu asam, selaput mucus lambung dan duodenum (usus 12 jari) akan terkikis. Akibatnya terjadi tukak lambung (peptic ulcer)

SKLEROSIS GANDA

Sklerosis ganda yang masih belum dapat di obati (lazim disebut ‘MS’ adalah penyakit yang menyerang system syaraf pusat. Penyakit ini menyerang otak, tulang belakang dan system syaraf selama bertahun-tahun dan dapat melukainya, sehingga dapat menyebabkan kondisi tubuh lemah, kepala pusing, kebas dan/atau kebutaan.

Penelitian mancanegara menunjukkan, ‘MS’ paling sering ditemukan pada mereka yang banyak mengkomsumsi daing, namun jarang di dapati pada mereka yang hanya makan sedikit daging atau tidak sama sekali.

Suatu penelitian menunjukkan, komsumsi lemak di Sembilan Negara yang mempunyai kasus MS paling tinggi adalah 105-151 gram per hari, sedangkan 9 negara lain yang di survei dengan dengan jumlah penderita terkecil hanya mengkomsumsi lemak 24-60 gram/hari. Ketika jaringan otak penderita dianalisa, ditemukan kadar lemak jenuh yang lebih tinggi dari pada yang dimiliki non-penderita.

KURANG BERTENAGA

Daging mengandung kadar protein tinggi.Kelebihan protein akan membuat kita lamban bergerak dan mengurangi kapasitas energi tubuh. Dalam suatu uji ketahanan yang diselenggarakan Universitas Yale Amerika, kaum vegetarian memiliki ketahanan dua kali lebih dari pada non-vegetarian.

Penelitian lain oleh Universitas Brusels menunjukkan, kaum sayurawan dapat melakukan uji coba 2-3 kali lebih lama dari pada konsumen daging sebelum mereka lelah dan 5 kali lebih cepat pulih dari keletihan dibanding pemakan daging.

ANEMIA

Anemia disebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh. Untuk menyerap zat besi dengan baik, tubuh membutuhkan vitamin C. kekurangan vitamin C dapat menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan zat besi dari makanan dengan efektif.

Sayuran segar, rebung dan buah merupakan sumber terkaya vitamin C sedangkan daging, produk susu,telur, lemak dan gula tidak mengandung vitamin C sama sekali. Itulah sebabnya mengapa banyak penelitian baik yang berskala penuh maupun kecil terus menerus menunjukkan, lebih banyak pemakan daging yang terkena anemia dari pada mereka yang vegetarian.

Di laporkan bahwa wanita pemakan daging memiliki pertumbuhan jaringan yang lebih banyak pada selaput uterus bagian dalam. Pada saat haid, pendarahan dari jaringan uterus yang menebal ini lebih banyak dan lama, yang menebal ini lebih banyak dan lama, sehingga zat besi yang hilang setip kali mensturasi juga lebih banyak dari pada wanita yang berpola makan sedikit daging.

Wanita vegetarian memiliki kandungan hormone estrogen yang lebih rendah dalam tubuhnya sehingga masa mensturasi akan lebih ringan, lebih pendek dan lebih muda; akibatnya hilangnya zat besi juga kecil.

Seberapa Pentingkah Protein Hewani

Tubuh manusia tidak membutuhkan banyak protein karena dapat mendaur ulang 70% protein yang sudah ada. Ketika sel-sel tua mati, sejumlah besar protein digunakan kembali. Hanya sebahagian kecil protein di buang melalui tinja, air seni, rambut, kulit dan keringat.

Namun pekerja keras, wanita hamil dan wanita menyusui membutuhkan lebih banyak protein, tetapi hanya sedikit lebih banyak protein tetapi hanya sedikit lebih banyak bukan 2X atau 3X lipat dari biasanya. Bayi dan balita juga membutuhkan lebih banyak protein sesuai dengan proporsi berat tubuhnya.

Fakta menunjukkan, sebahagian orang membutuhkan lebih banyak protein dari pada orang lain. Penelitian terbaru menunjukkan kaum vegetarian membutuhkan lebih sedikit protein diri pada pemakan daging, tetapi kaum sayurawan lebih sehat. Dari manakah mereka memperoleh proteinnya?

Hampir semua jenis makanan mengandung sedikit protein. Beras ,biji-bijian, sayuran dan bahkan buah mengandung protein. Meskipun jumlahnya mungkin tidak cukup, apabila kita memakan polongan misalnya tempe,lentil, bijian kecil dan dan kacang(makanan ini sebenarnya lebih banyak mengandung protein dari pada daging), kita dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan harian akan protein.

Tetapi tidakkah daging (dan protein pembentuk ototnya) membuat kita kuat? Lihatlah kelompok hewan terkuat, seperti gajah, kuda, sapi jantan, dan gorilla. Apa yang mereka makan? Bukan daging melainkan rumput, biji-bijian, buah, seed (bijian kecil) dan kacang. Uji ketahanan terhadap atlit olahraga menunjukkan pola makan nabati meningkatkan prestasi mereka.

DAGING MELEMAHKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Sapi, ayam dan babi yang diternakkan secara masal mengandung sangat banyak senyawa pencemar seperti peptisida, perangsang nafsu makan, hormon pertumbuhan, dan insektisida. Disamping itu, sebelum dan selama dijagal, biokimia tubuh hewan yang ketakutan mengalami perubahan hebat. Senyawa racun dihasilkan paksa dan menyebar keseluruh tubuhnya, mencemarkan keseluruhan dagingnya.

Menurut Ensiklopedia Britanica, racun tubuh termasuk asam urat dan senyawa racun buangan racunnya terdapat dalam darah dan jaringan tubuh. Bahkan ikan dapat menyimpan senyawa kimia beracun dalam tubuhnya. Karena hewan berada tinggi dalam rantai makanan, mereka juga cenderung memiliki kandungan bahan kimia yang lebih tinggi. Manusia ‘mengimpor’ zat-zat kimia ini 

Penumpukan bahan kimia dalam tubuh akan melemahkan sistem kekebalan tubuh kita. Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan dapat memerangi organisme penyebab penyakit seperti bakteri ,virus, jamur dan parasit. Sistem kekebalan tubuh yang lemah akan memudahkan kita terkena dampak mematikan dari penyakit seperti kanker dan AIDS.

HUBUNGAN DAGING DAN GULA

Orang yang memakan daging dalam jumlah yang besar juga cenderung banyak mengkomsumsi gula, dikarenakan dua jenis makanan ini memiliki gaya tarik satu sama lain. Makanan daging akan meningkatkan kadar lemak dan protein dalam tubuh. Untuk menjaga keseimbangan, tubuh perlu menaikkan kadar karbohidrat atau gula.

Untuk memperbaiki ketimpangan yang mendesak ini, idealnya kita mengkomsumsi sayuran, tetapi kita harus memakan 7X lebih banyak sayuran dari pada daging untuk mencapai keseimbangan. Biji –bijian juga dapat mengoreksi ketimpangan ini, namun karbohidrat dalam bijian membutuhkan waktu beberapa jam untuk berubah menjadi gula.

Tubuh membutuhkan perbaikan segera, sehingga kita bereaksi dengan menyantap kue, es krim dan manisan lainnya. Apabila kiita memasukkan terlalu banyak manisan kedalam tubuh, akibatnya tubuh akan kehilangan protein, kalsium, mineral lainnya dan juga vitamin B. Kondisi ini membuat kita ingin makan lebih banyak daging lagi, yang pada gilirannya membuat kita ingin lebih banyak menyantap manisan lagi.

Baik daging maupun manisan mempunyai efek yang sama terhadap kekebalan tubuh. Keduanya menciptakan suasana asam dalam tubuh yang merupakan suasana ideal bagi pertumbuhan bakteri dan virus.

DAGING SAPI ITU BERACUN

Penyakit sapi gila pada sapi telah ditemukan pada bangkai sapi yang mengandung protein yang termutasi yang di giling, ditambahkan ke dalam pakan sapi, dan di berikan kepada sapi yang masih hidup. Berikut ini adalah skenario yang di dokumentasi di AS.

Bangkai daging hewan (anjing ,kucing, sapi, domba, babi, kuda, landak, tikus, dan bajing) beserta daging ayam dan ikan yang tidak laku dari pasar swalayan, semuanya didaur ulang menjadi makanan daging dan tulang sebagai sumber protein dan zat makanan lain untuk unggas, babi, sapi dan domba.

Di laporkan bahwa setiap tahun sekitar 20 juta ton hasil pembuangan rumah jagal berupa darah, tulang dan isi perut bersama dengan jutaan ekor bangkai anjing dan kucing liar yang dibunuh digunakan sebagai pakan ternak. Akibatnya, pestisida dan antibiotik yang mengendap dalam tubuh ternak dan bahkan pembungkus plastik daging yang di jual di pasar swalayan masuk ke dalam pakan.

Hasil pembuangan beracun inilah yang akan masuk kedalam tubuh manusia pemakan daging,(secara tradisional, hanya sisa pembuangan hasil pertanian misalnya kulit jagung, padi, buah dan sayur, serpihan biscuit, sereal dan bir di gunakan untuk menggemukkan sapi). Daging sapi yang kita makan setiap hari tidak saja digemukkan dengan daging sapi lainnya, juga diberikan pupuk hewan lain.

New and World Report USA pernah melaporkan, “kotoran” (‘pupuk’) ayam yang dapat di beli per ton seharga  US$15-45 (130.000-380.000) dibandingkan alfalfa (USD123/Rp 1 juta lebih per ton), diberikan kepada sapi sebagai makanan meskipun membahayakan konsumen dan semakin banyak peternak ayam menggunakan tahi ayam sebagai pengganti biji- bijian dan jerami yang semakin mahal.

Tahi ayam sering kali mengandung bakteri salmonella dan Kampilobakter yang dapat menyebabkan penyakit mengerikan, sama bahayanya dengan penyakit yang disebabkan parasit usus, residu obat dokter hewan dan logam berat beracun seperti arsenik, timah, kadmium dan air raksa. Bakteri dan racun ini di wariskan kepada sapi dan akhirnya  manusia yang memakan daging sapi yang tercemar kotorannya sewaktu penjagalan.

Ilmuan Amerika mengatakan, peternak dan produsen pakan juga mulai mencoba atau menggunakan sisa makanan yang di keringkan, sisa lemak dari restoran, abu tungku sisa pembakaran semen, bahkan minyak cetak dan karton yang terbuat dari selulose tumbuhan. Peneliti juga mulai mencoba kotoran sapi dan babi, dan kotoran manusia.

Menurut balai makanan dan obat AS (FDA), zat- zat tambahan pakan (additives) baru berkembang sangat cepat sehingga pemerintah AS kala berpacu dalam membuat peraturannya.

DAGING BABI SAMA BURUKNYA

Penganut Islam , Yahudi dan Kristen dilarang mengkonsumsi daging babi, demikian juga dengan berbagai tradisi Timur Jauh. Kitab nabi Konfusius yang telah berusia 3000 tahun mengatakan “seorang gentleman tidak akan melahap daging babi dan ajing.” Meskipun banyak orang Tionghoa merupakan pemakan babi kelas wahid, sinshe tradisional Tiongkok mengakui daging babi sebagai sumber penyebab berbagai penyakit.

Tubuh babi mengandung banyak racun, cacing dan penyakit laten. Memang berbagai momok ini juga bersarang dalam tubuh hewan lain, dokter hewan modern menegaskan, babi merupakan sarang yang paling empuk. Kondisi ini mungkin karena dikarenakan babi suka mengeruk tanah dan suka memakan apa saja seperti serangga mati, cacing, bangkai hewan lain, kotoran (termasuk miliknya sendiri), sampah dan babi lainnya.

Influensa adalah penyakit yang paling sering menyerang babi dan juga manusia. Kuman bersarang di dalam paru babi dan manusia di musim panas dan mulai menjangkiti korbannya ketika cuaca lebih dingin. Babi dilaporkan mengandung senyawa histamine dan imidazole (penyebab gatal dan radang), hormon pertumbuhan (perangsang pertumbuhan dan radang), lendir yang mengandung sulfur (pemicu pembekakan dan menumpuknya lendir pada otot dan jaringan ikat sendi yang menyebabkan arthritis, rematik, dsb).

Makan daging babi juga dapat menyebabkan batu empedu dan kegemukan karena kandungan kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Satu dari setiap 6 warga AS dan Kanada mengidap cacingan trikhinosis karena melahap cacing trichina yang terdapat dalam daging babi. Banyak orang tidak mengetahui mereka diserang cacingan, karena gejalanya mirip dengan gejala penyakit lain. Cacing Trikhina tidak terlihat selama pemeriksaan daging dan juga tidak mati dengan diasin atau diasap. Kebanyakan orang tidak memasak daging cukup lama untuk membunuh cacing ini. Adapun puluhan kuman, cacing, penyakit dan bakteri lain yang lazim ditemukan dalam daging babi. Banyak diantaranya hanya menyerang babi atau lebih sering menjangkit babi.

Pada tahun 1970, 53% babi Amerika di dapati memiliki borok pada ususnya. Pada tahun 1987, didapati bahwa 80% babi mengidap radang paru (pneumonia) pada saat dibunuh.

IKAN: DAGING PUTIH YANG BERBAHAYA

Dalam bukunya “Diet for new America” John Robbins memperingatkan bahwa ikan yang dijual saat ini mungkin tidak aman untuk dikonsumsi karena mengandung kadar polychlorinated byphenyls (PCB) yang tinggi. PCB telah ditemukan dalam tubuh beruang kutub dan ikan yang hidup dalam laut terdalam dan terpencil sekalipun. Pada tahun 1979, ilmuwan melaporkan, tidak seorangpun manusia di dunia ini yang daging tubuhnya tidak mengandung PCB. PCB sangat beracun. Bahkan beberapa bagian per 1 miliar dapat menyebabkan cacat lahir dan kanker pada hewan. PCB juga ditengarai merupakan pemicu merosotnya jumlah sperma.

Menurut pakar, PCB bahkan dapat ditemukan dalam salju di Arktik (Kutub Utara) dan Antartika (Kutub Selatan), dan mungkin dalam jaringan tubuh setiap ekor ikan di planet bumi. Para ahli bahan kimia beracun sependapat bahwa manusia terkena PCB terutama karena mereka makan ikan yang hidup dalam perairan yang kadar PCBnya tinggi.

Ikan bernafas dalam air tempatnya hidup sehingga mereka menumpuk semakin banyak senyawa pencemar dalam tubuhnya. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika memperkirakan, ikan dapat mengumpulkan hingga 9 juta kali kadar PCB dalam perairan habitatnya.

Hewan air yang menyaring air, seperti tiram, kerang, remis, kepah dan hewan lunak (molluska) lainnya cenderung mengalami kejenuhan pestisida. Sebuah oyster sanggup menyaring 10 galon air per jam. Dalam satu bulan saja, oyster akan mengumpulkan bahan kimia beracun dengan kadar 70 ribu kali jumlah rarcun yang ada dalam air.

Hewan pabrikan dalam peternakan masa kini diberi makan ikan dalam jumlah besar. Separuh dari hasil penangkapan ikan dunia diberikan kepada hewan ternak sebagai makanan.

DAGING AYAM: JUGA TIDAK LEBIH AMAN

Dibesarkan dengan pakan sarat bahan kimia, antibiotika dan hormon pertumbuhan, daging ayam yang kita makan mengandung endapan beracun berbagai bahan kimia beracun yang terkumpul dalam dagingnya.

Pada tahun 1998, pengujian kami menunjukkan, daging ayam tidak aman untuk dikonsumsi: 89% sampel yang diuji didapati memiliki kuman yang kebal terhadap minimal 1 dari 5 jenis antibiotika pembunuh kuman tersebut yang diperuntukkan untuk manusia.

Kekebalan kuman terhadap antibotika ini dapat berpindah kepada manusia saat mengkonsumsi daging ayam tersebut. Artinya, orang yang terkena infeksi akan menderita sakit lebih lama dan mempunyai resiko meninggal, dan epidemi penyakit juga akan berlangsung lebih lama.

Di AS, ketika sebuah acara TV menguji berbagai bagian daging ayam yang dijual, mereka menemukan bahwa lebih separuh dagingnya tercemar bakteri yang biasanya berasal dari usus dan feces hewan pada saat disembelih. Kondisi ini menyebabkan unggas merupakan sumber nomor satu penyakit yang dipicu makanan pada manusia di AS, merenggut sekitar 1.680 jiwa per tahun dan jutaan kasus sakit perut dan keracunan makanan.

Pengujian asosiasi konsumen Penang menunjukkan fakta mencengangkan bahwa daging lokal mengandung jauh lebih banyak kuman yang kebal antibiotika daripada daging impor.

Penuh Dengan Kotoran

Bagaimana jika kita memasaknya dengan sempurna sebelum memakannya? Dengan melihat apa yang mencemarkan tubuh dan dagingnya, kita seperti memasak sampah dengan baik sehingga cita rasanya lezat bagi kita.

Dalam satu survei tahun 1991 yang diselenggarakan industri unggas Amerika dengan mewawancarai pemeriksa unggas federal, diteukan fakta bahwa peternak ayam biasanya menyelamatkan daging yang masih tampak baik dengan memotong dan membuang bagian yang berpenyakit atau tercemar, kemudian menjualnya dalam paket sayap, dada dan paha.

Dalam ruang jagal, ribuan ekor ayam jorok yang telah dicabuti bulu dan dikeluarkan ususnya dimandikan bersama dalam suatu campuran yang dinamakan “sup kotoran” ini ketika membeli ayam karena 15% berat tubuh ayam adalah sup kotoran ini. Departemen Pertanian AS merilis laporan yang mengakui bahwa membilas belum tentu menghilangkan salmonella yang terdapat pada tubuh ayam yang tercemar kotoran, bahkan setelah dibilas 40 kali.

Tidak Lebih Sedikit Kolesterol

Banyak orang takut terhadap kandungan lemak kolesterol tinggi pada daging sapi dan daging “merah” lain mengkonsumsi daging ayam karena percaya daging ayam merupakan alternatif yang menyehatkan. Pendapat demikian sangatlah keliru.

Unggas juga mengandung jumlah kolesterol yang dengan jenis daging lain. Dengan metode produksi modern, daging ynag dihasilkan mengandung lemak yang sama banyaknya dengan jenis daging lain. Lemaknya ada di dalam daging, tidak hanya yang berwarna kuning di bawah kulit ayam yang biasanya kita buang. 

Judul Asli : WHAT’S WRONG WITH EATING MEAT

Terbitan Indonesia atas seijin: CONSUMER’S ASSOCIATION OF PENANG

Judul Terjemahan: APA YANG SALAH DENGAN MAKAN DAGING?

Oleh: Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI) Jakarta

Diketik ulang oleh: Elvie Adung, Diana Parhusip

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?