Friday, March 29, 2024
Google search engine
HomeUncategorized17 Orang Kristen Tewas Dalam Serangan Bom di Gereja

17 Orang Kristen Tewas Dalam Serangan Bom di Gereja

[AkhirZaman.org] Dua serangan bom bunuh diri di dekat dua gereja di kota Lahore, Pakistan, menewaskan sedikitnya 17 orang dan lebih dari 70 lainnya cedera. Serangan ditujukan pada jemaat yang menghadiri kebaktian di gereja-gereja yang berada di kawasan Youhanabad.

Satu kelompok sempalan Taliban Pakistan yang menamakan diri Jamatul Ahrar sudah mengeluarkan pernyataan bertanggung jawab atas serangan ini. Sejumlah saksi mata mengatakan para pelaku meledakkan bomnya di dekat gerbang Gereja Katolik St John dan Gereja Kristus, namun pihak kepolisian belum bisa memastikannya.

Sebagai bentuk protes, sehari sesudah peristiwa pengeboman ini beberapa umat Kristen melakukan unjuk rasa di Lahore. Mereka melakukan pelemparan batu ke arah polisi dan merusak mobil-mobil di kawasan Youhanabad, di Lahore.

Selain di Lahore, unjuk rasa juga terjadi di kota Faisalabad, Sargodha dan Gujranwala sementara sekolah-sekolah yang dikelola misionaris Kristen diliburkan sebagai tanda berkabung.

Dan bukan sekali ini saja umat Kristen Pakistan yang berjumlah sekitar 2% dari total populasi yang berjumlah sekitar 180 juta penduduk menjadi sasaran serangan militan. Tahun 2013, lebih dari 80 orang tewas dalam sebuah serangan bom di gereja di Peshawar, yang merupakan serangan terbesar atas umat Kristen di Pakistan.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2015/03/150315_pakistan_bom_gereja
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2015/03/150316_pakistan_bom_gereja

Kita merasa prihatin dengan peristiwa kekerasan terhadap umat Tuhan. Namun Yesus sudah mengatakan ini hampir dua ribu tahun silam ketika Dia mengatakan untuk “berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” (Mat. 5:10, 11). Tuhan memberikan amaran kepada kita bahwa aniaya itu akan datang.

Selama masa kegelapan rohani antara 538-1798 juga mencatat begitu banyak orang Kristen yang dianiaya dan mati sebagai martir. Catatan sejarah merekam sekitar 50 juta orang Kristen yang mati pada masa itu tepat seperti yang Yesus nubuatkan dalam Matius 24: 21 bahwa “pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.”

Dan itu pula yang terjadi dengan para nabi dahulu kala ketika Yesus berkata “demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:12).

Bagaimana dengan zaman kita sekarang dan pada masa yang akan datang? Yohanes di dalam buku Wahyu 13:15 menubuatkan akan tiba waktunya bahwa “semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.” Saudara, Alkitab mengamarkan kepada kita mengenai masa kesukaran yang akan terulang kembali.

Namun sebagaimana pada zaman para nabi dan pada masa kegelapan rohani (538-1798) di mana Tuhan tidak membiarkan orang-orangNya yang memelihara iman Kristen menjadi binasa, pada masa mendatang pun Tuhan juga akan melakukannya kembali ketika Alkitab mengatakan akan ada “orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Wah. 7:14).

Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa akan ada juga umat-umatNya yang akan mengalami kematian ketika Wahyu 12:11 menuliskan akan ada orang-orang yang “mengalahkan dia (iblis) oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”

Dari dua golongan ini, baik orang benar yang mati maupun yang tetap hidup adalah orang-orang yang melewati kesusahan dan didapati tetap setia karena darah Anak Domba. Apa maksudnya darah Yesus menolong mereka tetap setia? Mereka secara pribadi memiliki Yesus dan pengalaman berjalan besertaNya sehingga bagi mereka “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).

Pernahkah Anda berpikir mengapa demi Kristus ada orang-orang yang rela mati dan menderita aniaya? Ini bukanlah untuk sebab ambisi pribadi. Maksud-maksud terselubung dalam hati tidak pernah cukup untuk membuat seseorang setia berdiri bagi Tuhan, namun itu akan terjadi hanyalah karena satu kerinduan besar supaya “Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” (Filipi 1:20).

Pada akhir zaman sebelum Kristus datang, pertentangan besar yang sudah berlangsung selama ribuan tahun antara Tuhan dengan setan akan mengalami puncaknya sebelum ini berakhir. Manusia harus menentukan pilihannya untuk memilih kepada siapakah mereka akan menyembah. Alkitab katakan “sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.” (Wah. 14:7). Atau menyembah setan dengan “menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya.” (ayat 9).

(untuk mengetahui apa itu binatang dan tanda binatang Anda dapat mempelajarinya di dalam https://akhirzaman.org/nubuatan/6035-materai-tuhan-dan-tanda-binatang-1)

Namun yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana untuk tetap setia memilih menyembah Tuhan? Di atas kita sudah menemukan jawaban bahwa supaya tetap setia ketika melewati aniaya dan penderitaan hanyalah oleh karena darah Yesus saja, yaitu memiliki Yesus dan pengalaman berjalan bersama Tuhan setiap hari.

Di dalam Matius 5:11, 12 Yesus mengatakan untuk tetap berbahagia, bersukacita dan bergembira ketika dicela dan dianiaya. Bagaimana untuk tetap berbahagia, bersukacita dan bergembira ketika menghadapi aniaya? Perintah Yesus untuk tetap berbahagia sepertinya mustahil dan tidak masuk akal.

Namun khotbah Yesus di atas bukit dalam Matius 5 bukanlah diawali dengan perintah berbahagia ketika mengalami aniaya. Yesus memberikan satu resep iman untuk tetap setia dan berbahagia ketika mengalami aniaya. Ayat 9 Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Untuk dapat melewati penganiayaan dan penderitaan dengan tetap setia dan bersukacita, maka Anda harus menjadi anak-anak Allah. Untuk menjadi anak-anak Allah maka harus lebih dahulu menjadi pembawa damai.

Lalu bagaimana untuk menjadi pembawa damai? Ayat 8 menuliskan: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Untuk tahu artinya menjadi pembawa damai jika kita dengan mata rohani dapat melihat Allah. Untuk dapat melihat Allah maka kita harus memiliki hati yang telah disucikan dari dosa karena “tanpa kekudusan (kesucian) tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14).

Untuk dapat memiliki kesucian hati yang bebas dari dosa, hanyalah “orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.”(Mat. 5:7). Kata ‘murah hatinya’ di dalam Alkitab Terjemahan Lama Bahasa Indonesia dituliskan ‘menaruh kasihan.’ Jadi untuk memiliki kesucian hati hanyalah orang-orang yang di dalam hatinya memiliki belas kasihan Tuhan supaya dapat bermurah hati dan menaruh belas kasihan kepada Tuhan dan orang lain.

Namun untuk memiliki belas kasihan kita harus “lapar dan haus akan kebenaran” (ayat 6). Sudahkah Anda menjadi orang yang rindu memiliki kebenaran Kristus di dalam kehidupan Anda? Atau apakah yang membuat Anda tidak merasa lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan? Seseorang tidak akan merasakan kebutuhan akan makanan dan minuman jika dia kenyang dan tidak merasakah dahaga. Begitu pula jika kita merasa kenyang maka kita tidak akan merasakan kebutuhan akan firman Tuhan. Mengapa banyak orang Kristen tidak merasakan lapar dan haus akan kebenaran? Karena “keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup” (1 Yoh. 2:16) telah mengenyangkan dirinya dan menggantikan rasa lapar kepada kebenaran firman Allah.

Tetapi untuk memiliki perasaan dahaga akan kebenaran firman Allah maka kita harus menjadi “orang yang lembut hatinya” (Matius 5:5, Terjemahan Lama). Jika hati akan lembut maka akan “menerima firman itu dengan segala kerelaan hati” (Kisah 17:11) meski mungkin itu menegur dosa kita.

Jika hati kita ingin dilembutkan sehingga dengan rela hati dapat menerima setiap perkataan firman Tuhan, maka haruslah menjadi “orang yang berdukacita” (ayat 4) karena telah melihat bahwa karena semuanya itulah yang menyalibkan Kristus. Hanya jika kita menyadari bahwa oleh karena Yesus telah mengambil tempat kita sebagai seorang hukuman di kayu salib maka itu yang akan membuat kita merasakan dukacita dan kebencian akan dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Namun apa yang menjadi kunci dari semua itu? Dalam permulaan khotbahNya di atas bukit Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3). Pertanyaan bagi kita masing-masing: Apakah kita merasa miskin di hadapan Allah? Atau kita berkata, “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa.” (Wahyu 3:17).

Dapatkah seorang yang miskin merasakan pertolongan dari orang lain sedangkan namun dia merasa dirinya kaya? Tidak. Begitu pula jika kita secara rohani merasa diri ini ‘kaya’, maka mustahil kita akan merasakan kebutuhan akan Yesus.

Saat ini Yesus berkata kepada kita, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20).

Di dalam khotbah di atas bukit Yesus rindu mempersiapkan kita bagi suatu keadaan di mana kita dapat berdiri teguh bagi Tuhan dengan tetap berbahagia, bersukacita, dan bergembira meski harus mengalami aniaya dan kematian. Kuncinya adalah membuka pintu hati bagi Kristus yang sedang mengetok, dan mengijinkan Dia masuk ke dalam hati dan pikiran kita.

Jika Kristus yang bersemayam di dalam diri kita, maka kita dapat berkata sebagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego pernah mengucapkan, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17, 18).

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?