Saturday, April 20, 2024
Google search engine
HomeAktifitasBelajar Firman TuhanTUJUAN TUHAN MELALUI SATU LAMBANG (1)

TUJUAN TUHAN MELALUI SATU LAMBANG (1)

 [AkhirZaman.org] Untuk dapat memahami secara lebih baik rencana keselamatan, kita harus merenungkan lebih lanjut mengapa Tuhan memberikan Bait Suci di bumi kepada bangsa Israel di masa Perjanjian Lama.

Pelayanan Bait Suci di bumi melambangkan bagaimana Tuhan berencana mengatasi masalah dosa sehubungan dengan pribadi, bumi, Setan dan seluruh alam semesta. Perhatian utama Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang berakal budi pada suatu hari akan bebas dari ikatan dan kekhawatiran dosa, dan dibersihkan dari segala keraguan tentang kasih dan hikmatNya. Namun Ia mengetahui bahwa ini akan terjadi, bukan melalui perintah, melainkan melalui pilihan bebas dari mereka yang berdiam dalam kebenaran tentang Dia dan yang bertindak sesuai dengan kebenaran itu.

Bagaimanakah Tuhan memperoleh penyelesaian atas masalah dosa pada pria dan wanita yang memberontak dan hanya berorientasi pada bumi? Menuliskannya di awan-awan? Menggemakannya dalam guntur setiap hari di padang belantara Sinai pada dini hari? Tidak. Mengetahui bagaimana kita belajar dan menyimpan pengetahuan secara paling efektif, Ia melakukan yang terbaik, meskipun kurang spektakuler dan mengagumkan dibandingkan dengan guntur dan tulisan di awan. Ia memberikan kita suatu kisah bergambar yang terbungkus dalam drama manusia, suatu pelajaran yang dapat dilihat, didengar, dialami, dan diacu berulang-ulang, pun jikalau ingatan menjadi lemah dan kemampuan belajar menjadi lambat.

Setelah menyatakan kepada bangsa Israel rencana kerjaNya mengenai kehidupan, kebebasan, dan kebahagiaan dalam Sepuluh Hukum, yang dilatarbelakangi dengan guntur dan kilat di Sinai, Ia mengetahui bahwa hukum itu hanya akan meliputi orang berdosa. Ia mengetahui bahwa harapanNya hanya akan menambah perasaan ketidakberdayaan dan putus asa manusia. Maka, segera Ia memerintahkan untuk membangun sebuah Bait Suci di bumi untuk mengajarkan “pelajaran tentang pengampunan atas dosa, dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat demi hidup” (Education, hlm. 36). Pengampunan dan kuasa, aspek dari peran ganda Pengantara kita yang yang penuh kuasa, adalah apa yang dibutuhkan oleh bangsa Israel dan yang kita butuhkan saat ini!

Dalam pelayanan Bait Suci yang mengagumkan ini “Tuhan menginginkan agar umatNya membaca tujuanNya bagi jiwa manusia. Itu adalah tujuan yang sama yang telah disampaikan kemudian oleh rasul Paulus, berbicara mengenai Roh Kudus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membina-sakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.’”—Ibid.

Bait Suci Yerusalem di masa Kristus dimaksudkan untuk melanjutkan fungsi yang sama sebagaimana Bait Suci di bumi: “Bait Suci itu, yang dibangun karena kepercayaan akan Hadirat ilahi, dirancang sebagai pelajaran bagi Israel dan bagi dunia. Dari zaman kekekalan adalah menjadi tujuan Tuhan bahwa setiap makhluk ciptaan, dari malaikat yang terang dan kudus hingga manusia, harus menjadi Bait Suci bagi kediaman Sang Pencipta. Karena dosa, manusia gagal menjadi Bait Suci bagi Tuhan… Namun melalui inkarnasi Anak Allah, tujuan Surga digenapi. Tuhan berdiam di dalam kemanusiaan, dan melalui kasih karunia yang menyelamatkan hati manusia kembali menjadi Bait Suci Nya. Tuhan merancang bahwa Bait Suci di Yerusalem haruslah menjadi saksi terus menerus bagi nasib yang agung yang terbuka bagi setiap jiwa… Dalam penyucian Bait Suci dari pembeli dan pedagang dunia, Yesus mengumumkan misiNya untuk menyucikan setiap hati dari kekotoran dosa—dari keinginan-keinginan duniawi, hasrat yang mementingkan diri sendiri, kebiasaan-kebiasaan jahat, yang menggerogoti jiwa… Tidak ada seorang manusia pun yang melalui kekuatannya sendiri dapat mengusir si jahat yang telah menguasai hatinya. Hanya Kristus yang dapat menyucikan Bait Suci jiwa. Namun Ia tidak akan memaksa masuk. Ia datang tidak ke dalam hati sebagaimana pada Bait Suci di masa lampau; namun Ia berkata, ‘Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya’ Wahyu 3:20”—The Desire of Ages, hlm. 161.

Salah satu tujuan inkarnasi Tuhan kita adalah untuk memberikan kita pelajaran tambahan, kali ini dalam daging dan darah: untuk mendemonstrasikan bagaimana Tuhan ingin memiliki hubungan dengan pria dan wanita, dan apa yang diharapkan Tuhan dari mereka. Dengan demikian, Ia menggenapi tujuan yang dilambangkan oleh Bait Suci (Ibid.)1

Apa yang diajarkan dalam pelayanan Bait Suci melalui lambang, itulah yang diteladankan oleh Yesus. Apa yang diteladankan oleh Yesus, haruslah dicerminkan oleh para pengikutNya.2

Dalam segala hal, melalui kehidupan dan kematianNya, Yesus memenuhi tuntutan keadilan dan memungkinkan Tuhan “untuk menunjukkan keadilanNya pada masa kini, supaya nyata bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:26).3 Yesus membukakan kebohongan-kebohongan Setan dengan cara mendemonstrasikan bahwa Tuhan tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin ketika Ia menuntut ketaatan dari ciptaanNya; kehidupan Yesus membuktikan bahwa manusia dapat hidup dalam kehidupan yang taat dan menang.4

Apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kita dalam kehidupan dan kematian pengorbananNya dinyatakan dalam upacara-upacara dalam kemah suci di padang belantara dan Bait Suci selanjutnya di Yerusalem. Pelajaran-pelajaran ini haruslah kita renungkan dengan khidmat dan terima dengan rasa syukur. Apa yang ingin dilakukanNya di dalam kita hanyalah menunggu kerja sama kita untuk mengizinkan Dia untuk menyelesaikan pekerjaanNya untuk menyucikan Bait Suci jiwa kita. Aspek ganda dari peran Tuhan kita sebagai Penebus dinyatakan lebih jelas lagi ketika kita mempelajari bagaimana upacara-upacara Bait Suci di bumi juga melambangkan gereja Kristen.

“Bait Suci Yahudi adalah sebuah tipe (lambang) dari gereja Kristen… Gereja di bumi, yang terdiri atas orang-orang yang setia dan patuh kepada Tuhan, adalah ‘Bait Suci yang sesungguhnya,’ di mana Sang Penebus adalah pelayannya. Tuhan, dan bukan manusia, membangun Bait Suci ini di atas sebuah landasan yang diangkat tinggi. Bait Suci ini adalah tubuh Kristus, dan dari utara, selatan, timur dan barat, Ia mengumpulkan mereka yang akan membantu membangunnya.”

“Melalui Kristus, orang-orang percaya yang sejati dinyatakan sebagai yang dibangun bersama-sama untuk suatu kediaman Tuhan melalui Roh Kudus. Paulus menulis: “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya “sunat”, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia—bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak men-dapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersu-sun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:4-22).

“Meskipun rencana keselamatan dilaksanakan menurut rencana yang ditentukan sejak sebelum dunia ini diciptakan, namun baik pria maupun wanita tidak akan diselamatkan kecuali mereka sendiri mengalami iman, dan membangun di atas landasan yang benar, kecuali mereka mengizinkan Tuhan untuk menciptakan mereka kembali melalui Roh Kudus. Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen manusia yang bekerja sama dengan dia melalui pikiran untuk membantu membangun bangunan Tuhan. Sebuah Bait Suci yang kudus dibangun atas mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka… Dengan menerima Kristus dan menurut kepada kehendakNya, manusia menuju kepada kesempurnaan. Pembentukan tabiat-tabiat pribadi ini, yang diperbaharui, membangun sebuah bangunan yang lebih mulia daripada pekerjaan manusia fana manapun. Maka pekerjaan besar Tuhan maju dari satu titik ke titik selanjutnya. Mereka yang menginginkan sebuah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan ini melalui kemauan mereka untuk begitu menurut kepada kehendakNya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk membagikannya kepada orang lain..

“Kristus adalah Pelayan dari Bait Suci yang sejati, Imam Besar bagi semua orang yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamat pribadi mereka; dan jabatanNya tidak dapat diambil alih oleh siapapun. Dialah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Melalui kasih karuniaNya Ia mampu untuk menjaga setiap manusia dari pelanggaran. Para duta besarNya, yaitu mereka yang menerima Dia, dilahirkan kembali, dan oleh karenanya menjadi layak untuk menjadi wakilNya [Ibrani 7:26-28].”—God’s Care for His Church.” Signs of the Times, 14 Februari 1900.

Kata-kata ini menekankan beberapa aspek penting dari rencana keselamatan, khususnya dipandang dari perlambangan upacara-upacara Bait Suci . Tanpa mengurangi apapun dari kenyataan bahwa Yesus adalah pelayan dalam “Bait Suci yang sejati” di surga, yang Bait Suci di bumi adalah gambarannya,’ atau bahwa “Bait Suci yang sejati’ di surga adalah Bait Suci perjanjian baru” (The Great Controversy, hlm. 417),

“Bait Suci sejati” dalam penerapannya pada gereja di bumi, terdiri atas orang-orang yang mengizinkan kasih karuniaNya untuk menjaga mereka dari pelanggaran, orang-orang yang benar-benar dilahirkan kembali yang menjadi layak untuk menjadi wakilNya.

temple herod 03 CopyCatatan

1 “Dengan datang untuk berdiam bersama kita, Yesus hendak menyatakan Tuhan baik kepada manusia maupun kepada malaikat. Ia adalah Firman Tuhan,—pemikiran Tuhan yang menjadi bisa didengar…Maka Kristus membangun Bait SuciNya di tengah-tengah perkemahan kemanusiaan kita. Ia mematok kemah-Nya di sebelah kemah manusia, sehingga Ia dapat berdiam di tengah-tengah kita, dan membuat kita mengenal tabiat dan kehidupan ilahiNya.”—The Desire of Ages, hlm. 19-23.

2 “Sebagai salah satu dari kita, Ia harus menjadi teladan tentang ketaatan. Untuk itu, Ia mengambil bagi DiriNya kodrat kita, dan mengalami pengalaman-pengalaman kita. “Dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17). Jikalau kita harus menanggung sesuatu yang tidak pernah ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini, Setan akan menyatakan bahwa kuasa Tuhan adalah tidak cukup bagi kita. Itulah sebabnya, Yesus, “sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:17). Ia menanggungkan setiap pencobaan yang kita alami. Dan Ia tidak menggunakan bagi Diri-Nya sendiri kuasa yang tidak diberikan kepada kita. Sebagai manusia, Ia menghadapi pencobaan, dan mengalahkannya dengan kekuatan yang diberikan kepadaNya dari Tuhan. Ia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku” (Mazmur 40:9). Sementara Ia melakukan kebaikan, dan menyembuhkan semua orang yang diganggu oleh Setan, Ia menjadikan jelas kepada manusia tentang sifat hukum Tuhan dan sifat pelayananNya. KehidupanNya menjadi saksi bahwa adalah mungkin juga bagi kita untuk taat kepada hukum Tuhan.

“Melalui kemanusiaanNya, Kristus menyentuh manusia; melalui keIlahianNya, Ia memegang tahta Tuhan. Sebagai Anak Manusia, Ia memberi kita teladan tentang ketaatan; sebagai Anak Allah, Ia memberi kita kuasa untuk taat.”—Ibid., hlm. 24.

3 Kehidupan Tuhan kita yang tidak berdosa di dalam segala keadaan yang biasa pada manusia yang berdosa tidak pernah boleh dipisahkan dari perhatian kita kepada kematianNya. KematianNya akan menjadi relatif tidak penting tanpa ketaatanNya yang sempurna sebagai makhluk manusia yang sejati. KematianNya bagi kita, cukup untuk mengeringkan tetes terakhir rasa syukur setiap manusia yang jujur, adalah titik yang teramat penting dari rencana penebusan karena yang telah mati itu adalah benar-benar Yesus yang adalah manusia yang taat secara sempurna. “Setan, yang mengaku bahwa dunia adalah wilayah kekuasaannya yang sah, berusaha melalui segala cara untuk memerasnya dari setiap genggaman Sang Penebus; namun melalui kehidupan dan kematianNya yang hina, Kristus menggenggamnya dengan erat.”— Signs of the Times, 14 Februari 1900.

“Melalui Yesus, kasih kemurahan Tuhan dinyatakan kepada manusia; namun kasih kemurahan tidak meniadakan keadilan. Hukum menyatakan ciri tabiat Tuhan, dan tidak setitikpun daripadanya dapat diubah untuk menemui manusia dalam keadaannya yang telah jatuh…
“Hukum menuntut pembenaran; sebuah kehidupan yang dibenarkan, sebuah tabiat yang sempurna; dan ini tidak dimiliki oleh manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum Tuhan yang kudus. Namun Kristus, yang datang ke bumi sebagai manusia, menghidupkan kehidupan yang kudus, dan mengembangkan tabiat yang sempurna. Inilah yang ditawarkanNya sebagai pemberian cuma-cuma kepada semua orang yang mau menerimanya. KehidupanNya mewakili kehidupan manusia. Maka mereka memperoleh pengampunan dosa di masa lalu, melalui kesabaran Tuhan…. Melalui kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak menghancurkan kasih kemurahanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sempurna.”—The Desire of Ages, hlm. 762. “Melalui kehidupanNya yang tanpa cacat, ketaatanNya, kematianNya di salib Kalvari, Kristus mengantarai umat manusia yang telah sesat.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 156.

“Ia [Allah Bapa] puas dengan pendamaian yang telah dilakukan. Ia dipermuliakan melalui inkarnasi, kehidupan, kematian dan pengantaraan AnakNya.”Testimonies, vol. 6, hlm. 364.

4 “Setan telah menuduh bahwa tidaklah mungkin bagi manusia untuk menaati hukum Tuhan; dan dalam kekuatan kita sendiri adalah benar bahwa kita tidak dapat menaatinya. Namun Kristus datang dalam rupa kemanusiaan, dan melalui ketaatanNya yang sempurna, Ia membuktikan bahwa kemanusiaan dan keIlahian yang bergabung dapat menaati setiap perintah Tuhan.”– Christ’s Object Lessons, hlm. 314.

“Setelah kejatuhan manusia, Setan mengumumkan bahwa manusia telah terbukti tidak mampu untuk memelihara hukum Tuhan, dan ia berusaha untuk membawa alam semesta bersama dia dalam keyakinan ini. Perkataan Setan tampaknya benar, dan Kristus datang untuk membuka kedok penipu ini. Yang Maha Mulia di surga mengambil masalah manusia, dan dengan fasilitas yang sama yang dapat diperoleh manusia, bertahan dari pencobaan Setan sebagaimana manusia harus bertahan daripadanya. Inilah satu-satunya cara di mana manusia yang telah jatuh mengambil bagian dalam kodrat keIlahian. Dalam mengambil kodrat manusia, Kristus disiapkan untuk memahami pencobaan dan kesedihan manusia dan segala pencobaan yang mengepung manusia… Ia merasakan kekuatan dari pencobaan ini; Ia menghadapinya demi kita, dan mengalahkannya. Dan Ia menggunakan hanya senjata yang sah untuk digunakan oleh manusia—perkataan dari Dia yang perkasa dalam nasehat— ‘Sebab ada tertulis.’… Kemanusiaan Yesus akan mendemonstrasikan bagi abad-abad yang kekal tentang pertanyaan yang mengatasi pertentangan itu”—Selected Messages 1, hlm. 251-255.

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?