“Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: ’Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” 1 Raja-raja 17 : 1
[AkhirZaman.org] Di tengah pegunungan Gilead, sebelah timur Yordan, di zaman Ahab tinggallah di sana seorang laki-laki yang beriman dan penuh doa yang melayani tanpa takut dan ditetapkan untuk menyaksikan penyebarluasan kemurtadan di Israel. Jauh terpencil dari kota yang dikenal, dan tidak memiliki kemewahan hidup, Elia orang Tisbe menerima misinya dengan keyakinan pada maksud Allah untuk menyiapkan jalan di hadapannya dan memberikan padanya keberhasilan. Perkataan iman dan kuasa ada pada bibirnya, dan seluruh hidupnya diabdikan untuk tugas pembaruan. Suaranya adalah suara tangisan di padang belantara untuk menegur dosa dan menahan gelombang kejahatan. Dan meskipun ia kembali kepada bangsanya sebagai penegur dosa, pekabarannya seperti balsem Gilead untuk jiwa-jiwa yang berpenyakit dosa, bagi semua yang ingin disembuhkan….
Kepada Elia dipercayakan suatu misi menyampaikan pesan putusan Surga kepada Ahab. Ia tidak berusaha untuk menjadi utusan Tuhan, namun perkataan Tuhan datang kepadanya. Dan karena menghormati perkara Allah, maka ia tidak ragu menuruti perintah Ilahi, meskipun dengan menurut itu tampaknya mengundang kehancuran yang segera di tangan sang raja lalim….
Hanya dengan membiasakan iman kuat dalam kuasa perkataan Allah yang tidak pernah gagal, maka Elia mau menyampaikan pesan itu. Kalau saja ia tidak memiliki keyakinan yang dalam terhadap Dia yang ia layani, maka ia tidak akan pernah tampil di hadapan Ahab. Pada perjalanannya menuju Samaria, Elia melewati sungai-sungai yang senantiasa mengalir perbukitan yang diselimuti dengan warna kehijauan, dan hutan-hutan daerah itu yang tampaknya jauh dari kemungkinan kekeringan. Segala sesuatu yang dilihat mata diliputi keindahan. Sang nabi mungkin bertanya-tanya bagaimana sungai yang tidak pernah berhenti mengalir bisa menjadi kering, atau bagaimana perbukitan dan lembah itu bisa hangus oleh kekeringan. Tetapi ia tidak memberi tempat bagi rasa tidak percaya.
Ia sepenuhnya percaya bahwa Allah akan menyadarkan Israel yang murtad, dan melalui keputusan itu mereka akan dibawa menuju pertobatan. Keputusan surga sudah dibuat; perkataan Allah tidak akan gagal; dan dengan membahayakan hidupnya Elia tanpa rasa takut memenuhi tugasnya.