“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (Yesaya 50:4).
[AkhirZaman.org] Kita harus membiasakan diri kita berbicara dengan nada yang menyenangkan; menggunakan bahasa murni yang benar, dan kata-kata yang baik dan sopan. Kata-kata ramah adalah seperti embun dan hujan lunak bagi jiwa. Kitab Suci mengatakan tentang Kristus bahwa kasih karunia dicurahkan ke dalam bibir-Nya, sehingga la dapat “dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.” Dan Tuhan meminta kita, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih,” “supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Beberapa orang dengan siapa engkau berhubungan mungkin kasar dan tidak sopan, tetapi oleh sebab hal ini, janganlah engkau kurang sopan sendiri. Barangsiapa ingin memelihara kehormatan dirinya sendiri harus berhati-hati supaya jangan sampai melukai kehormatan diri orang lain. Peraturan ini harus dengan suci dikenakan kepada orang yang paling bodoh, dan yang paling bersalah. Apa yang sengaja Allah lakukan kepada orang-orang yang tampaknya tidak ada masa depan ini, engkau tidak tahu.
Pada masa yang silam la menerima orang-orang yang lebih tidak ada masa depan atau menarik untuk melakukan suatu pekerjaan besar bagi-Nya. Roh-Nya, yang bergerak dalam hati, membangkitkan setiap kemampuan untuk tindakan yang bersemangat. Tuhan melihat pada batu-batu kasar yang belum dihaluskan itu bahan indah yang akan tahan berdiri dalam ujian badai dan panas serta tekanan. Allah melihat bukan seperti manusia melihat. la tidak menghakimi dari penampilan luar, tetapi Ia menyelidiki hati, dan menghakimi dengan benar. Biarlah kita melupakan diri, selalu siaga untuk membuat orang lain gembira, untuk meringankan beban mereka dengan tindakan yang lemah lembut dan perbuatan kasih yang tidak mementingkan diri. Kesopanan yang terbentuk dalam pikiran ini, diawali dalam rumah tangga, lalu meluas jauh di luar lingkungan rumah tangga, pergi jauh untuk membuat jumlah kehidupan itu berbahagia, dan bila melalaikan hal-hal tersebut maka akan membentuk kehidupan yang buruk.”—Manuscript 69, 1902. (Dimuat dalam Review and Herald, 20 Agustus 1959.)
(3SM 240)