“Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” 1 Yohanes 3 : 4
[AkhirZaman.org] Keinginan untuk memiliki agama yang mudah yang tidak memerlukan perjuangan, tidak ada penyangkalan diri, tidak berpisah dari kebodohan duniawi telah menjadikan doktrin iman, dan hanya iman saja, suatu doktrin yang populer; namun apa yang dikatakan oleh Firman Allah? Kata rasul Yakobus: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?…. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna…. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yakobus 2:14-24).
Kesaksian Firman Allah menentang doktrin menjebak tentang iman tanpa perbuatan. Bukan iman namanya bila meminta kebaikan Surga tanpa menyesuaikan dengan kondisi di mana kemurahan itu dianugerahkan, itu anggapan; karena iman sejati memiliki fondasi di dalam janji-janji dan syarat-syarat Kitab Suci….
Melakukan dosa yang disengaja mendiamkan suara Roh Kudus dan memisahkan jiwa dari Allah. “Dosa adalah pelanggaran hukum Allah.” Dan “setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yohanes 3:6). Meskipun Yohanes dalam suratnya berbicara penuh dengan kasih, namun ia tidak ragu menyatakan karakter yang sesungguhnya dari golongan yang mengaku disucikan tapi hidup dalam pelanggaran hukum Allah, “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia” (1 Yohanes 2:4, 5).
Inilah ujian dari setiap pengakuan manusia. Kita tidak bisa menyampaikan kesucian kepada siapa pun tanpa membawanya ke dalam satu-satunya ukuran standar Allah tentang kesucian di surga dan di bumi.
Jika manusia menganggap remeh hukum moral, jika mereka merendahkan dan menganggap ringan ajaran Allah, jika mereka melanggar satu dari yang paling ringan dari hukum ini, dan mengajarkannya demikian, maka mereka pun tidak dihargai di pemandangan Surga, dan kita boleh mengetahui bahwa pernyataannya tidak memiliki dasar.
Dan pernyataan tanpa dosa, dengan sendirinya, merupakan bukti bahwa ia yang membuat pernyataan ini jauh dari keadaan suci. Ini karena ia tidak memiliki pemahaman yang benar tentang kemurnian dan kesucian Allah yang tanpa batas atau tentang harus menjadi apa mereka kelak, yang semestinya selaras dengan karakter-Nya; karena ia tidak memiliki pemahaman yang benar tentang kemurnian dan keindahan Yesus yang ditinggikan, dan keganasan dan kejahatan dosa, sehingga manusia menganggap dirinya suci.
Kebenaran yang dinyatakan dalam kehidupan-Nya itulah yang membeda kan Dia dari dunia.