“Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat” (Wahyu. 3:18).
[AkhirZaman.org] Khotbah-khotbah telah menjadi tuntutan besar di dalam gereja kita. Anggota-anggota bergantung atas ucapan-ucapan dari mimbar gantinya atas Roh Kudus. Tidak diperlukan dan tidak digunakan, karunia-karunia rohani yang diberikan kepada mereka telah menyusut menjadi kelemahan. Jikalau para pendeta mau pergi ke ladang-ladang baru, maka anggota-anggota akan berkewajiban memikul tanggung jawab, dan dengan menggunakan kesanggupan mereka akan terjadi peningkatan.
Allah mengenakan terhadap para pendeta dan orang banyak tuduhan berat karena kelemahan rohani, dengan mengatakan, “Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Karena engkau berkata, Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang: maka Aku menasihatkan engkau, supaya membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar tangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan Iagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat” (Wahyu 3:15-18). Allah memerlukan kebangunan rohani dan pembaruan rohani. Kecuali ini terjadi, mereka yang suam-suam kuku akan terus bertumbuh lebih menjijikkan bagi Tuhan, sampai la akan menolak untuk mengakui mereka sebagai anak-anakNya. . .
Suatu kebangunan rohani dan pembaruan harus terjadi, di bawah pengaturan Roh Kudus. Kebangunan rohani dan pembaruan adalah dua hal yang berbeda. Kebangunan menunjukkan pembaruan kehidupan rohani, penguatan terhadap kuasa pikiran dan hati, suatu kebangkitan dari kematian rohani. Pembaruan menunjukkan suatu penataan kembali, perubahan dalam gagasan dan teori, kebiasaan dan praktik. Pembaruan tidak akan mengeluarkan buah kebenaran yang baik kecuali la itu dihubungkan dengan kebangunan roh. Kebangunan dan pembaruan harus melakukan pekerjaannya yang ditetapkan, dan dalam melakukan pekerjaan ini kedua hal itu harus berbaur.
—The Review and Herald, 25 Februari 1902.