“Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Lukas 21: 16- 19).
[AkhirZaman.org] Mereka yang memilih Setan sebagai pemimpin mereka akan menyatakan roh tuan mereka, yang menyebabkan kejatuhan dari orangtua kita yang pertama. Dengan menolak Anak Allah sang llahi, penjelmaan dari Allah yang benar, yang memiliki kebaikan,
kemurahan hati, dan kasih yang tiada taranya, yang memiliki hati yang senantiasa tersentuh dengan penderitaan manusia, dan mengambil tempat pembunuh pada diri-Nya, orang-orang akan menunjukkan apa yang manusia dapat dan akan lakukan, tetapi bilamana Roh Allah yang melindungi dijauhkan, maka manusia di bawah kemurtadan yang besar. Pada tingkat itulah di mana terang ditolak dan dijauhkan akan terjadi salah pengertian dan kesalahpahaman. Mereka yang menolak Kristus dan memilih Barabas akan mengalami muslihat yang membahayakan. Penyajian yang keliru, kesaksian yang palsu, akan bertumbuh di bawah pemberontakan yang nyata. . . .
Kristus menunjukkan bahwa tanpa kekuatan pengendalian yang datangnya dari Roh Allah, kemanusiaan merupakan kekuatan yang buruk sekali untuk menangkal kejahatan. Tidak percaya, membenci teguran, penguasa kegelapan dunia ini, dan kejahatan di tempat tinggi, akan menyatu dalam persekutuan yang menyedihkan. Mereka akan menyatu melawan Allah melalui umat-Nya yang kudus. Dengan kesalahpahaman dan kepalsuan mereka akan mengacaukan baik pria maupun wanita yang mempercayai kebenaran. Padahal saksi palsu tidak akan diperlukan dalam pekerjaan buruk ini. . . .
Setelah memberitakan mengenai akhir dunia, Yesus kembali ke Yerusalem, penduduk kota kemudian duduk dengan sombong dan angkuh, dan berkata, ”Aku bertakhta seperti ratu, . . . dan aku tidak akan pernah berkabung” (Wahyu 18:7). Sementara pandangan nubuatan-Nya terpaku terhadap Yerusalem, la melihat bahwa kota itu akan dihancurkan, dunia akan segera berakhir. Peristiwa yang terjadi terhadap kehancuran Yerusalem akan terulang kembali pada hari Tuhan yang besar dan dahsyat, tetapi dengan cara yang lebih menakutkan. . . .
Selama manusia melepaskan semua kendali, dan mengabaikan hukum-Nya, dan menyatakan hukum menyesaikan yang mereka buat sendiri, dan mencoba memaksakan hati nurani mereka yang menghormati Allah dan menaati hukum-Nya agar menginjak-injak hukum itu di bawah kaki mereka, mereka akan menemukan bahwa kelembutan hati yang dilakukan dengan pura-pura akan surut. . . .
(3SM 416, 417)