[AkhirZaman.org] ”Manusia jatuh ke dalam dosa melalui pikiran.” Pikiranlah yang lebih dahulu berdosa, baru seluruh tubuh melakukan dosa. Sama halnya dengan Adam dan Hawa berdosa di Taman Eden, karena pikiran mereka menerima kata-kata dusta sang ular yang licik, si Iblis yang adalah Setan.
Mengapa pikiran? Ada apa dengan pikiran? Para ahli kesehatan mengatakan, “Anda adalah apa yang Anda makan.” Sedangkan para ahli psikologi mengatakan, “Anda adalah apa yang Anda pikirkan.” Raja Salomo juga mengatakan, “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam diri sendiri demikianlah ia” (Amsal. 23:7, TB). Pernyataan dalam bahasa Inggris terlihat lebih tegas, “For as he thinketh in his heart so is he” (KJV) (karena sebagaimana ia berpikir dalam hatinya demikianlah adanya ia). Setan tahu benar pentingnya pikiran manusia, dan itulah sebabnya ia berusaha keras untuk menguasainya. Jika ia berhasil menguasai pikiran, maka manusia itu sudah pasti takluk kepadanya. Sama seperti nasehat orang-orang tua zaman dahulu yang mengatakan, “Jika kamu mau memegang seorang gadis, peganglah hatinya, maka seluruh tubuhnya menjadi milik kamu. Pikiran adalah bagian dari citra Allah. Allah berhubungan atau berkomunikasi dengan manusia melalui pikiran untuk menyatakan kehendak-Nya. Tetapi sayang sekali, dewasa ini terlalu banyak orang Kristen terbawa-bawa berpikir seperti orang duniawi, menganggap remeh soal pikiran, mengecilkan pentingnya pikiran. Terlalu banyak pikiran orang Kristen dipenuhi hawa nafsu dan tipu muslihat.
Alkitab menekankan pentingnya pikiran manusia, pikiran yang senantiasa diperbaharui dari pikiran-pikiran keduniawian, yang diperbaharui dengan kebenaran, yaitu kebenaran Kristus. Rasul Paulus memberikan keterangan yang berikut ini, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenai Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Epesus. 4:17-24, TB).
Selanjutnya rasul itu mengatakan, “Jangan kamu lagi saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9, 10, TB). Dan selanjutnya, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2, TB). Allah memperbaharui kita melalui pembaharuan pikiran kita. Pikiranlah yang membedakan manusia dari hewan. Pikiran kitalah yang membedakan yang baik dari yang buruk, yang mengizinkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah. Itulah sebabnya sangat penting mengendalikan pikiran, menjaga pikiran tetap sehat, tetap waspada. Mengisi pikiran dengan pikiran-pikiran yang baik. Menjauhkan diri dari memikirkan perkara-perkara yang sia-sia. Pikiran kita berdampak pada keberadaan diri kita seutuhnya.
Rasul Paulus selanjutnya memberikan resep atau makanan untuk pikiran kita, untuk menjaga pikiran kita sebagai berikut: “Jadi akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan [jika ada sesuatu, KJV] kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8). Jika memikirkan perkara-perkara yang mengandung kebajikan dan yang patut dipuji, pasti kita akan lebih sehat, lebih gembira, lebih rohani, dan lebih berkenan kepada Allah. Semoga.***
-P. A. Siboro