[AkhirZaman.org] Tujuan dari pemberontakan yang besar itu ialah untuk membenarkan dirinya dan membuktikan bahwa pemerintahan ilahi bertanggungjawab atas terjadinya pemberontakan itu. Untuk tujuan ini ia telah mengerahkan seluruh kuasa pikirannya yang besar. Ia telah bekerja dengan hati-hati dan sistematis, dan dengan keberhasilan yang luar biasa menuntun banyak orang menerima versi Setan mengenai pertikaian yang besar itu yang telah lama berlangsung. Selama ribuan tahun kepala komplotan persekongkolan ini telah menggantikan kebenaran dengan kepalsuan. Tetapi waktunya sekarang sudah tiba bilamana pada akhirnya pemberontakan dikalahkan, serta sejarah dan tabiat Setan yang sebenarnya diungkapkan. Dalam usaha besarnya yang terakhir untuk menjatuhkan Kristus, membinasakan umat-Nya dan merebut kota Allah, penipu ulung itu telah dibukakan kedoknya. Mereka yang telah bersatu dengannya melihat kegagalan total usahanya. Pengikut-pengikut Kristus dan malaikat-malaikat yang setia melihat luas jangkauan persekongkolan Setan melawan pemerintahan Allah. Ia adalah tumpuan kebencian semesta alam.
Setan melihat bahwa pemberontakan sukarelanya membuat ia tidak layak lagi masuk Surga. Ia telah menggunakan segenap kekuatannya untuk berperang melawan Allah. Baginya kemurnian, perdamaian dan keharmonisan Surga adalah siksaan yang paling berat. Tuduhan-tuduhannya terhadap kemurahan dan keadilan Allah sekarang dibungkam. Celaan yang ditujukan kepada Yahweh seluruhnya ditimpakan kepadanya. Dan sekarang Setan tertunduk, dan mengakui keadilan hukumannya.
“Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.” (Wah. 15:5). Setiap pertanyaan mengenai kebenaran dan kesalahan dalam pertikaian yang sudah berlangsung lama itu sekarang telah dibuat jelas. Akibat-akibat dari pemberontakan, buah-buah dari mengesampigkan undang-undang ilahi telah dibukakan kepada pemandangan semua makhluk ciptaan. Akibat dari pemerintahan Setan yang sangat bertentangan dengan pemerintahan Allah, telah dihadapkan ke seluruh alam semesta ini. Pekerjaan-pekerjaan Setan sendiri telah mempersalahkan dia. Hikmat Allah, keadilan-Nya dan kebaikan-Nya terbukti kebenarannya. Terlihat bahwa semua tindakan-Nya dalam pertikaian besar itu telah dilakukan dengan memperhatikan kebaikan abadi umat-Nya, dan untuk kebaikan segenap dunia yang telah diciptakan-Nya. “Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.” (Maz. 145:10). Sejarah dosa akan tetap ada selama-lamanya sebagai suatu kesaksian bahwa dengan adanya hukum Allah terikatlah kebahagiaan segala makhluk yang telah diciptakan-Nya. Dengan memandang semua fakta pertikaian besar itu, seluruh jagad raya ini, baik yang setia maupun yang memberontak, dengan satu suara berseru, “Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa.”
Di hadapan alam semesta telah dinyatakan dengan jelas pengorbanan besar yang dibuat oleh Bapa dan Anak demi kepentingan manusia. Saatnya telah tiba bilamana Kristus menempati kedudukan-Nya yang sebenarnya, dan dimuliakan di atas penguasa-penguasa dan kuasa-kuasa dan setiap nama yang disebut. Adalah untuk sukacita yang ditaruh dihadapan-Nya — agar Dia boleh membawa anak-anak kepada kemuliaan — sehingga Ia menanggung salib dan menahan malu. Dan tak terkira besarnya dukacita dan malu, namun lebih besar sukacita dan kemuliaan. Ia memandang orang-orang yang ditebus, diperbaharui di dalam peta-Nya sendiri, setiap hati memiliki kesan ilahi yang sempurna, setiap wajah memantulkan keserupaan dengan Raja mereka. Ia memandang di dalam mereka akibat dari penderitaan jiwa-Nya, dan Ia merasa puas. Kemudian dengan suara yang terdengar sampai kepada orang-orang benar dan orang-orang fasik, Ia menyatakan, “Lihatlah tebusan yang diadakan oleh dara-Ku! Saya menderita dan mati demi orang-orang ini, agar mereka boleh tinggal di hadapan-Ku selama-lamanya.” Dan nyanyian pujian diperdengarkan oleh yang berjubah putih di sekeliling takhta itu, “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan pujian!” (Wah. 5:12).
Meskipun Setan telah terdesak untuk mengakui keadilan Allah, dan tunduk kepada supremasi Kristus, tetapi tabiatnya tetap tidak berubah. Roh pemberontakannya bagaikan air bah yang ganas, muncul kembali. Dipenuhi dengan luapan perasaan yang berlebihan, ia bertekad untuk tidak menyerah dalam pertikaian yang besar ini. Waktunya telah tiba untuk berperang habis-habisan melawan Raja Surga. Ia segera menuju ke tengah-tengah para pengikutnya, dan berusaha untuk mengilhami mereka dengan kemarahannya sendiri, dan membangkitkan mereka untuk segera berperang. Tetapi dari semua yang berjuta-juta tak terhitung banyaknya itu, yang telah dipikatnya untuk ikut pemberontakannya, sekarang tak seorangpun yang mau mengakui supremasinya. Kekuasaannya telah berakhir. Orang fasik telah dipenuhi oleh kebencian kepada Allah yang sama yang mengilhami Setan. Tetapi mereka melihat bahwa keadaan mereka tidak ada harapan, sehingga mereka tidak mungkin dapat mengalahkan Yahweh. Kemarahan mereka kepada setan disulut, dan mereka yang telah menjadi agen-agennya dalam penipuan dan dengan amukan iblis-iblis mereka berbalik melawan.
Tuhan berkata, “Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah, maka sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu menajiskan. Engkau diturunkannya ke lobang kubur.” “Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang terjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya . . . . Ke bumi engkau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya . . . . Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu. . . . Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.” (Yehez. 28:6-8, 16-19).
“Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.” “Sebab Tuhan murka atas segala bangsa dan hatinya panas atas segenap tentara mereka. Ia telah mengkhususkan mereka untuk ditumpas dan menyerahkan mereka untuk dibantai.” “Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang, angin yang menghanguskan itulah isi piala mereka.” (Yes. 9:4; 34:2; Maz. 11:6). Api turun dari Allah dari Surga. Dunia ini terbelah. Senjata-senjata yang tersembunyi di dalamnya diangkat keluar. Nyala api yang menghanguskan keluar dari setiap jurang yang menganga. Batu-batu terbakar. Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian. Unsur-unsur dunia akan hancur meleleh karena panas yang luar biasa, dunia dan pekerjaan-pekerjaan yang ada di dalamnya semuanya terbakar. (Mal. 4:1; 2 Pet. 3:10) Permukaan bumi bagaikan gumpalan yang meleleh — danau api yang besar. Itulah waktunya pehukuman dan kemusnahan orang-orang fasik, — “sebab Tuhan mendatangkan hari pembalasan dan tahun pengganjaran karena perkara Sion.” ( Yes. 34:8; Ams. 11:31).
Orang fasik menerima ganjarannya di dunia ini (Ams. 11:31. Mereka “menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang akan datang itu, firman Tuhan semesta alam.” (Mal. 4:1). Sebagian dibinasakan dalam waktu seketika, sementara yang lain menderita beberapa hari. Semuanya dihukum “menurut perbuatan mereka.” Dengan dipindahkannya dosa-dosa orang-orang benar kepada Setan, ia dibuat menderita bukan hanya karena pemberontakannya, tetapi semua dosa-dosa yang telah dilakukan oleh umat Allah oleh sebab dia. Hukumannya akan jauh lebih berat daripada mereka yang telah ditipunya. Setelah semua binasa, yaitu mereka yang telah jatuh oleh karena penipuannya, ia masih harus hidup dan terus menderita. Orang fasik akhirnya binasa di dalam nyala api yang menghanguskan, baik akarnya maupun cabangnya — Setan akarnya, pengikut-pengikutnya cabangnya. Hukuman sepenuhnya dari hukum Allah telah dilaksanakan; tuntutan keadilan telah dipenuhi; dan Surga dan bumi, sambil memandang, menyatakan kebenaran Yahwe.
Pekerjaan Setan yang membinasakan telah berakhir selamanya. Selama 6,000 tahun ia telah melakukan kehendaknya, memenuhi dunia dengan malapetaka dan mendatangkan dukacita di seluruh alam semesta. Seluruh ciptaan telah mengerang dan menderita kesakitan bersama-sama. Sekarang makhluk-makhluk Allah terbebas dari hadiratnya dan godaannya selama-lamanya. “Segenap bumi sudah aman dan tenteram; orang bergembira dengan sorak-sorai.” (Yes. 14:7). Dan suatu pekik-sorak pujian dan kemenangan naik dari seluruh alam semesta yang setia. “Suara himpunan besar orang banyak,” “bagaikan desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, terdengar berkata, ‘Haleluyah! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.'” (Wah. 19:6).
Sementara bumi dibungkus oleh api kebinasaan, orang-orang benar tinggal di dalam kota suci itu dengan aman. Kematian yang kedua tidak berkuasa ke atas mereka yang bangkit pada kebangkitan yang pertama. Sementara kepada orang fasik Allah itu adalah api yang menghanguskan, kepada umat-Nya Ia adalah matahari dan perisai. (Wah. 20:6; Maz. 84:12).
“Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” (Wah. 21:1). Api yang menghanguskan orang fasik itu membersihkan bumi ini. Semua bekas kutuk telah dihapuskan. Tidak ada neraka yang menyala selamanya di hadapan umat yang ditebus itu sebagai akibat yang mengerikan dari dosa.
Satu-satunya peringatan yang masih tinggal ialah: Penebus kita akan terus menyandang bekas-bekas penyaliban-Nya. Hanya di kepala-Nya di rusuk-Nya, di tangan dan kaki-Nya saja terdapat bekas-bekas kekejaman yang disebabkan oleh dosa. Nabi berkata sambil memandang Kristus dalam kemuliaan-Nya, “Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisi-Nya dan di situlah terselubung kekuatan-Nya.” (Hab. 3:4). Rusuk yang tertikam, dari mana mengalir cairan berwarna merah yang memperdamaikan manusia kepada Allah — itulah kemuliaan juru Selamat, di situlah “terselubung kekuatan-Nya.” “Berkuasa untuk menyelamatkan,” melalui korban penebusan, itulah sebabnya Ia sanggup untuk menjalankan keadilan ke atas mereka yang membenci kemurahan Allah. Dan tanda-tanda kehinaan-Nya adalah kehormatan-Nya yang tertinggi. Luka-luka Golgota akan menunjukkan pujian-Nya dan menyatakan kuasa-Nya selama-lamanya.
“Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba, hai Bukit putri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu.” (mika 4:8). Waktunya sudah datang, yaitu yang telah dinanti-nantikan dengan kerinduan sejak pedang yang bernyala-nyala itu menghalangi pasangan manusia yang pertama itu dari Eden — waktu untuk “penebusan yang menjadikan kita milik Allah.” (Epes. 1:4). Dunia ini, yang pada mulanya diberikan kepada manusia untuk menjadi kerajaannya, yang telah diserahkannya ke tangan Setan, dan dalam waktu yang lama dikuasai oleh musuh yang kuat itu, telah dikembalikan kepada manusia oleh rencana keselamatan yang besar. Semua yang telah hilang oleh karena dosa telah dikembalikan. “Sebab beginilah firman Tuhan . . . yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, — dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami.” (Yes. 45:18). Tujuan semula Allah menjadikan bumi digenapi pada waktu bumi dibuat menjadi tempat tinggal umat yang ditebus itu. “Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” (Maz. 37:29).
Suatu ketakutan bahwa warisan yang akan datang itu kelihatannya terlalu materialistis telah menuntun banyak orang untuk memandang dari segi rohani semua kebenaran yang menuntun kita memandangnya sebagai tempat tinggal kita. Kritus meyakinkan murid-murid-Nya bahwa Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi mereka di rumah Bapa. Mereka yang menerima pengajaran firman Allah tidak akan bersikap masa bodoh sama sekali mengenai tempat tinggal surgawi. Namun, “apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor. 2:9). Bahasa manusia tidak cukup untuk menjelaskan upah orang benar. Hal itu akan diketahui oleh mereka yang memandangnya. Pikiran fana ini tidak dapat mengerti kemuliaan Firdaus Allah.
Di dalam Alkitab, warisan orang-orang yang diselamatkan disebut suatu “tanah air.” (Iber. 11:14-16). Di sana Gembala surgawi menuntun gembalaan-Nya ke mata air hidup. Pohon hidup memberikan buahnya setiap bulan, dan daun pohon itu adalah untuk keperluan bangsa-bangsa. Di sana ada sungai-sungai yang airnya terus mengalir, jernih bagaikan hablur atau kristal, dan di tepi-tepi sungai itu ada pepohonan yang melambai-lambai yang memberikan bayang-bayangnya ke jalan-jalan yang telah disediakan bagi umat tebusan Tuhan. Di sana dataran-dataran luas terhampar sampai ke bukit-bukit yang indah dan gunung-gunung Allah berdiri dengan puncak-puncaknya yang tinggi. Di dataran-dataran yang tenang dan damai ini, di samping sungai-sungai yang hidup, umat Allah, yang telah lama mengembara dan menjadi musafir mendapatkan tempat tinggal mereka.
“Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram, di tempat peristirahatan yang aman.” “Tidak akan ada lagi kabar tentang perbuatan kekerasan di negerimu, tentang kebinasaan di daerahmu; engkau akan menyebutkan tembokmu ‘Selamat’ dan pintu gerbangmu ‘Pujian.'” “Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga . . . dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati pekerjaan tangan mereka.” (Yes. 32:18; 60:18; 65:21,22).
Di sana “padang dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga.” “Sebagai ganti semak berduri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad.” (Yes. 35:1; 55:13). “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing . . . dan seorang anak kecil akan menggiringnya.” “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus,” (Yes. 11:6,9), kata Tuhan.
Rasa sakit tidak akan ada di dalam suasana Surga. Tidak akan ada lagi air mata, tidak ada lagi iring-iringan ke pekuburan, dan tidak ada lagi tanda-tanda kedukaan. “Dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Wah. 21:4). “Tidak seorangpun yang tinggal di situ akan berkata: ‘Aku sakit,’ dan semua penduduknya akan diampuni kesalahannya.” (Yes. 33:24).
Di sanalah Yerusalem Baru, ibu kota dunia baru yang dimuliakan itu, “akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan, dan serban kerajaan di tangan Allahmu.” (Yes. 62:3). “Cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.” “Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya.” (Wah. 21:11,24). “Aku akan bersorak-sorak karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku,” (Yes. 65:19), kata Tuhan. “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” (Wah. 21:3).
Di dalam kota Allah, “malam tidak ada lagi di sana.” Tak seorangpun memerlukan atau menginginkan istirahat. Tidak akan ada rasa letih dalam melakukan kehendak Allah dan dalam memberikan pujian bagi nama-Nya. Kita akan selalu merasakan kesegaran pagi. “Dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah yang menerangi mereka.” (Wah. 22:5). Sinar matahari akan digantikan oleh suatu cahaya yang sinar terangnya tidak menyakitkan, namun yang jauh melebihi sinar matahari kita waktu tengah hari. Kemuliaan Allah dan Anak Domba memenuhi kota suci itu dengan terang yang tidak pernah pudar. Umat tebusan berjalan di dalam kemuliaan hari yang kekal yang tak bermatahari.
“Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikianlah juga Anak Domba itu.” (Wah. 21:22). Umat Allah diberikan kesempatan untuk mengadakan hubungan langsung dengan Bapa dan Anak. “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar.” (1 Kor. 13:12). Kita melihat gambaran Allah dipantulkan seperti dalam cermin, dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya di alam dan dalam perhatian-Nya kepada manusia. Tetapi nanti kita akan melihat Dia muka dengan muka, tanpa selubung yang membuat samar-samar. Kita akan berdiri di hadapan-Nya, dan memandang kemuliaan wajah-Nya.
Di sana umat tebusan akan mengenali sama seperti mereka juga dikenal. Kasih dan simpati yang telah ditanamkan Allah di dalam jiwa, akan dipraktekkan dalam cara yang paling benar dan menarik. Persekutuan yang murni dengan makhluk-makhluk kudus, kehidupan sosial yang harmonis dengan malaikat-malaikat yang berbahagia dan dengan orang-orang yang setia dari segala zaman, yang telah membasuh jubah mereka dan diputihkan oleh darah Anak Domba, ikatan-ikatan kudus yang mengikat bersama, “semua turunan yang di dalam Surga dan di atas bumi,” (Epes. 3:15), semua ini membantu menciptakan kebahagiaan orang-orang yang ditebus.
Di sana pikiran-pikiran kekal akan memandang kesukaan yang tidak pernah gagal mengenai kuasa penciptaan yang ajaib, dan misteri kasih yang menebus. Tidak akan ada musuh yang kejam dan menipu, yang menggoda untuk melupakan Allah. Setiap bakat akan dikembangkan, setiap kemampuan akan dipertambahkan. Penambahan pengetahuan tidak akan meletihkan pikiran atau menghabiskan tenaga. Di sana usaha-usaha yang paling agung dapat dilakukan, aspirasi yang paling tinggi dicapai, cita-cita yang paling tinggi diwujudkan; dan di sana masih akan timbul ketinggian-ketinggian baru untuk diatasi, keajaiban-keajaiban baru untuk dikagumi, kebenaran-kebenaran baru untuk dipahami dan tujuan-tujuan baru yang memerlukan kuasa-kuasa pikiran, badan dan jiwa.
Segenap kekayaan alam semesta akan terbuka untuk pelajaran dan penyelidikan umat tebusan Allah. Tanpa dibelenggu oleh kefanaan, mereka terbang tanpa letih ke dunia-dunia yang jauh — dunia dunia yang terharu dalam kesedihan menyaksikan penderitaan manusia, dan yang menyanyikan nyanyian kesukaan karena mendengar kabar penebusan jiwa-jiwa. Dengan kesenangan yang tak terkatakan anak-anak dunia ini berbaur ke dalam sukacita dan hikmat makhluk-makhluk yang tidak jatuh itu. Mereka saling membagikan kekayaan pengetahuan dan pengertian yang diperoleh dari segala zaman di dalam merenungkan pekerjaan tangan Allah. Dengan penglihatan yang tidak samar-samar mereka memandang kemuliaan ciptaan — matahari-matahari, bintang-bintang, dan sistem-sistem yang semuanya dalam aturan yang ditentukan mengelilingi takhta Allah. Di atas segala-galanya, mulai dari yang paling kecil sampai kepada yang paling besar, dituliskan nama Khalik, dan di dalam segala sesuatu kekayaan kekuasaan-Nya dinyatakan.
Dan sementara tahun-tahun kekekalan bergulir, akan membawa penyataan Allah dan Kristus semakin kaya dan semakin mulia. Sementara pengetahuan berkembang, demikian juga dengan kasih, rasa hormat, kebahagiaan semakin bertambah. Semakin manusia mempelajari Allah, semakin besar kekaguman mereka terhadap tabiat Allah. Pada waktu Yesus membukakan di hadapan mereka kekayaan penebusan dan pencapaian yang luar biasa dalam pertikaian besar melawan Setan, hati umat yang telah ditebus tergerak untuk lebih berserah dengan sungguh-sungguh, dan dengan lebih bersukacita mereka memetik kecapi keemasan. Dan beribu-ribu dan berlaksa-laksa suara bersatu menyanyikan nyanyian akbar pujian.
“Dan aku mendengar semua makhluk yang di Surga dan yang di bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” (Wah. 5:13).
Pertikaian besar telah berakhir. Dosa dan orang-orang berdosa tidak ada lagi. Seluruh alam semesta sudah bersih. Suatu denyut keharmonisan dan kesukaan berdetak di seluruh alam kejadian. Dari Dia yang menciptakan semuanya, mengalir kehidupan dan terang dan kesukaan ke seluruh jagad raya yang tidak ada batasnya ini. Dari atom yang paling kecil sampai kepada dunia yang paling besar, segala sesuatu, yang bergerak atau yang tidak bergerak, dalam keindahan yang tak terselubung dan kesukaan yang sempurna menyatakan bahwa Allah itu kasih adanya.
-Kemenangan Akhir.