Saturday, November 23, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupPendidikanPENDIDIKAN SEKS?

PENDIDIKAN SEKS?

Keinginan remaja

[AkhirZaman.org] Kadang-kadang orangtua berpikir bahwa seorang remaja belumlah perlu mengetahui seluk beluk seks. Nanti, kalau mereka sudah menikah, mereka akan tahu sendiri. Masalah seks adalah tabu dibicarakan di tengah-tengah keluarga. Hal itu hanyalah milik suami-istri secara eksklusif, begitu hemat mereka. Tidak aneh memang, pemikiran itu menjadi pendapat mereka karena mereka dulu mungkin berpacaran pun tidak pernah, ketika orangtua menjodohkan mereka, barulah mereka belajar mengenai seks. Akan tetapi, sesungguhnya keadaan itu bukanlah keadaan yang ideal untuk belajar seks. Saat itu yang diperlukan adalah fungsi seks dalam hubungan suami-istri.

    Kaum remaja pada umumnya ingin sekali mengetahui hal seks begitu mereka lepas dari usia belasan tahun dan menginjak masa lima belas atau tujuh belas tahunan bagi kaum pria. Perubahan jasmani mereka membuat keingintahuan itu mendesak sekali. Mereka merasa risau atas perubahan yang terjadi kepada diri mereka baik secara psikis atau fisik. Mereka sesungguhnya memerlukan informasi yang tepat mengenai perubahan yang terjadi pada diri mereka itu. Dalam kebingungan mereka memerlukan jawaban yang realitas dan bersifat pribadi.

    Anak kecil pun sebenarnya menyadari kelainan yang terdapat dalam diri mereka, misalnya, mengapa seorang anak kecil (gadis cilik) secara fisik berbeda dengan saudaranya yang laki-laki. Anak-anak balita ini sering menanyakan pertanyaan yang pelik kepada orangtua mereka. Pertanyaan yang diajukan oleh orang remaja bukan lagi pertanyaan seperti yang diajukan ketika masih usia balita. Mereka ingin memperoleh kesempatan untuk membicarakan masalah seks secara sungguh-sungguh, dengan perasaan bebas dari beban tabu dan perasaan yang bersifat tradisional itu. Mereka mengajukan pertanyaan yang lebih bertanggung jawab, dengan ukuran dan makna yang pasti, agar mereka jangan menanyakan kepada orang yang tidak kompeten. Mereka ingin betul mengetahui ihwal seks mereka dan kecenderungannya yang bersifat seksual. Dengan demikian mereka dapat membina citra diri sendiri dan membentuk kepribadian tahap demi tahap sehingga menjadi mantap.

Orangtua terlambat?

    Kalau pendidikan seks diberikan berusia tujuh belas tahun, tidakkah itu terlambat? Bukankah mereka sudah terlanjur dari media elektronik? Bukankah mereka telah terlanjur belajar dari teman di sekolah atau teman sepergaulan di tengah jalan? Media-media ini tidak mengetahui penonton mereka sehingga memberi banyak informasi yang tidak tepat dan sering kali amat dangkal. Para penjual bacaan dan bahan porno sudah lebih menjajakan konsep mereka, bahkan ada yang siap membagikan “pengalaman” mereka yang imajiner maupun yang factual. Sementara orangtua dan guru agak enggan memberikan informasi dan penjelasan yang benar, mungkin karena tidak memiliki pengetahuan yang tepat!

    Tidak ada buku yang tepat untuk semua situasi pribadi remaja membuat orangtua dan guru agak ragu-ragu bagaimana mengajarkannya, mulai dari mana dan mana yang hendak diajarkan.

Ibu yang tidak dapat menjawab

    Apabila ada orang remaja putri bertanya kepada ibunya mengenai seks, kecenderungan ibu itu balik bertanya. “Mengapa kau tanyakan pertanyaan seperti itu?” Dan remaja putri itu pun malu tersipu-sipu. Ia tidak berani bertanya lagi mengenai topik itu. Namun rasa ingin tahunya tidak pudar. Tidak mengherankan apabila ia bertanya kepada temannya yang sebaya, apalagi yang sering tukar-tukar pacar, informasi yang diberikan bisa jadi tidak dapat dipertanggungjawabkan!

    Ada pula orang tua yang beranggapan bahwa anak yang tidak bertanya-tanya mengenai seks adalah anak yang baik. Semakin besar ketidaktahuannya semakin baik bagi ibunya, paling tidak anak putrinya tidak macam-macam. Kalau toh ada pertanyaan dari putrinya paling-paling ia marah atau mengatakan bahwa kelak suaminya dapat menjelaskan padanya mengenai masalah seks yang perlu diketahuinya itu.

    Pada hakikatnya orang muda menginginkan jawaban yang ramah dan akrab dari orang tua mereka, paling sedikit tidak memberikan bentakan. Orang muda ingin mengetahui di mana baik buruk seks itu, bukan hanya sekadar mengatakan bahwa perkara seks adalah tabu dan tidak baik dibicarakan. Mereka menginginkan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami, yang terus terang dan gamblang.

Berpura-pura suci?

    Memang ada pendapat filosof yang mengatakan bahwa seks kotor dan tidak patut dipermasalahkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan soal seks dianggap tidak baik dan dosa. Pendapat ini tidak benar. Tuhan menciptakan organ-organ tubuh manusia dan mengajarkan kepada leluhur manusia bagaimana hubungan antara wanita dan lelaki, hubungan antara suami dan istri.

    Jika tidak diterangkan dengan baik dan benar, salah-salah anak remaja akan mencari jawab dari sumber yang tidak baik. Pergaulan antara dua insan yang berlainan jenis adalah pergaulan yang alamiah. Bila ada dorongan seks, maka anak remaja itu harus tahu mengendalikan diri. Hal ini dapat dilakukan apabila ada pengajaran moral yang disertai penjelasan mengenai seluk-beluk seks, misalnya, manfaat pendidikan seks.

    Pendidikan seks tidak harus secara formal. Para orangtua dapat melakukannya dengan baik dan tepat. Pendidikan ini diperlukan untuk melawan banyaknay propaganda mengenai hubungan lelaki dan perempuan yang digambarkan dengan cara yang tidak tepat. Janganlah mereka menimba pengetahuan dan memperoleh pengetahuan tentang seks melalui media yang tidak baik.

    Apa yang harus dilakukan orangtua apabila putri atau putranya sudah mulai jatuh cinta? Apakah mereka dibiarkan saja mencari tahu makna dan standar seks yang bisa atau tidak bisa dilakukan?

    Hal inilah yang perlu diperhatikan para orangtua. (EW)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?