Thursday, November 21, 2024
Google search engine

Penahan Lidah

[AkhirZaman.org] Brosur – brosur perjalanan di Belanda berbicara tentang kincir  – kincir angin, dam, dan anak laki – laki bernama Hans dengan papan peluncur berwarna peraknya. Namun tahun 1531 sampai 1578 tidaklah demikian amannya. Ratusan orang Protestan dibantai termasuk seorang pria muda bernama Hans.

Hans Bret mencari nafkah untuk ibunya yang telah menjanda dengan cara bekerja di sebuah toko roti di Antwerp. Keduanya menjadi anggota sebuah kelompok Protestan disana, dan pada waktu luangnya Hans mempelajari Alkitab dan mengajar orang – orang  yang baru bertobat di gereja, menyiapkan mereka untuk dibabtis. Suatu malam terdengar suara ketukan dipintu toko roti itu. Hans membukanya dan mendapati suatu delegasi para opsir. Rumah itu telah dikepung dan Hans ditangkap. Selama beberapa bulan berikutnya, yang berwenang menanyai dan menyiksanya. Dari lubang ruang isolasinya yang gelap, Hans berhasil menyelundupkan surat untuk ibunya.

“Dari Dia kita dapat mengharapkan kekuatan untuk bertahan dari serigala – serigala yang kejam ini, sehingga mereka tidak punya kuasa atas jiwa kita. Mereka benar – benar lebih kejam dibandingkan serigala – mereka tidak puas dengan tubuh kita, mencabik – cabiknya; tetapi mereka ingin melahap dan membunuh jiwa kita.”

Perlakuan terhadap Hans semakin memburuk dan siksaan benar – benar gagal mematahkan semangatnya, ia dijatuhi hukuman bakar hidup – hidup. Pagi – pagi benar hari Sabtu, 4 januari 1577, algojo mendatangi sel Hans dan memerintahkan ia untuk menjuluran lidahnya. Diatasnya, ia menusukkan sebuah penahan lidah dari besi, mengencangkan dengan besi penahan. Lalu ia membakar ujung lidah Hans dengan besi merah menyala sehingga lidah itu akan bengkak dan tidak bisa lolos dari penahannya. Para opsir tidak ingin Hans berkhotbah pada pelaksaan hukuman matinya. Pria muda ini dibawa dengan gerobak kepasar, diikat ketiang dengan rantai dan dibakar hidup – hidup.

Ditengah kerumunan, hans yang lain mengamati dengan rasa takut—Hans de Ries, pendeta dan sahabat Bret. Setelah abunya dingin, ia mengais – ngais diantara debu dan memperoleh sebuah tanda mata — penahan lidah yang jatuh dari tubuh Hans yang telah hancur. Tidak lama kemudian, Hans de Ries menikahi ibu Hans Bret, dan penahan lidah itu menjadi simbol yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Robert J. Morgan

365 Kisah Dan Inspirasi Yang Menakjubkan Tentang Orang-Orang Kudus, Martir, Dan Pahlawan

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?