Wednesday, November 27, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupKesehatanMenyehatkan Generasi Baru (2)

Menyehatkan Generasi Baru (2)

Nasihat Berdasarkan Petunjuk Ilahi 

Kejamnya Pemanjaan

[AkhirZaman.org] Telah ditunjukkan pada saya bahwa satu penyebab utama mengapa terjadi hal‑hal yang menyedihkan ialah: Orang tua tidak merasa bertanggungjawab untuk membesarkan anak‑anak mereka dalam penyesuaian diri dengan hukum alam. Kaum ibu menyayangi anak‑anak mereka dengan kasih akan penyembahan berhala dan memanjakan seleranya walaupun mereka mengetahui bahwa itu merusak kesehatan dengan demikian anak‑anak mendapat pe­nyakit dan ketidakbahagiaan. Kebaikan yang kejam dinyatakan sampai sekian jauh dalam. generasi yang sekarang ini. Keinginan anak‑anak dipuaskan dengan mengorbankan kesehatan dan pera­ngai gembira, karena untuk sementara, lebih mudah bagi ibu untuk memuaskan mereka daripada menahankan apa yang mereka ingin­kan.

Kaum ibu menanam. benih yang akan bertumbuh dan berbuah. Anak‑anak tidak dididik untuk menyangkal selera dan membatasi keinginan lalu mereka mementingkan diri, rewel, suka melawan, tidak berterima kasih dan tidak suci. Para ibu yang melakukan seperti ini akan menuai kepahitan, yaitu buah hasil benih yang mereka telah tanam. Mereka telah berdosa terhadap surga dan terhadap anak‑anak mereka. Tuhan akan menuntut pertang­gungjawabannya.

Apabila orang tua dan anak‑anak bertemu pada saat per­hitungan terakhir, pemandangan yang bagaimanakah akan terlihat? Ribuan anak yang menjadi hamba selera dan kejahatan yang memalukan, yang kehidupan mereka hanyalah reruntuhan moral, mereka akan saling tatap muka dengan orang tua yang membuat mereka demikian. Bukankah orang tua yang harus memikul tanggungiawab yang dahsyat ini? Apakah Tuhan menciptakan anak‑anak muda ini bejat? Oh, tidak! Kalau begitu, siapakah yang sudah melakukan pekerjaan yang dahsyat ini? Bukankah dosa orang tua dipindahkan ke dalam diri anak‑anak mereka dalam bentuk selera yang salah dan nafsu? Bukankah pekerjaan itu disempumakan oleh mereka yang mengabaikan pendidikan mereka? Bukankah mereka harus dididik supaya sesuai dengan citra Tuhan? Sebagaimana pastinya kehadiran mereka, para orang tua ini akan melewati pengadilan Tuhan.

Perhatian Sementara Dalam Perjalanan

Sementara berada dalam mobil, saya mendengar komentar orang tua bahwa selera anak‑anak mereka sangat peka. Kalau tidak ada makanan daging dan kue, mereka tidak bisa makan. Sesudah makan siang, saya memperhatikan kualitas makanan yang diberikan kepada anak‑anak ini. Makanan itu terbuat dari tepung halus, daging yang dilapisi dengan rempah‑rempah hitam, sop yang dibumbui rempah‑rempah pedas, kue dan makanan ringan. Wajah anak‑anak yang serba pucat itu jelas menunjukkan penyalahgunaan perut yang sedang menderita. Dua di antara anak‑anak ini memperhatikan anak‑anak keluarga lain sedang makan keju ber­sama makanan lain. Mereka kehilangan selera melihat hal itu, sampai ibu yang memanjakan ini meminta sepotong keju untuk anak‑anaknya. Dia takut kalau anak‑anak tidak mau makan sama sekali. Si ibu menyeletuk: Anak‑anak saya suka ini atau itu begitu banyak. Jadi saya membiarkan mereka memakan apa yang disukai, karcna selera menginginkan makanan yang diperlukan tubuh.

Ini mungkin benar kalau selera itu belum diselewengkan. Ada selera alamiah, ada pula selera yang sudah diselewengkan. Orang tua yang sudah mengajar anak-anak mereka supaya memakan makanan yang merangsang dan tidak menyehatkan selama hidup, sampai cita rasa itu sudah dirusakkan sehingga mereka ingin makan tanah liat, batu tulis, kopi gosong, teh kental, kulit manis, bawang putih, rempah‑rempah, tidak boleh mengatakan bahwa selera me­nuntut apa yang diperlukan tubuh. Selera sudah dididik dengan salah, sampai selera itu diselewengkan. Alat pencemaan yang halus sudah dirangsang dan terbakar sampai kehilangan kepekaannya. Makanan sederhana yang menyehatkan nampaknya hambar bagi mereka. Perut yang sudah disalahgunakan itu tidak akan melakukan tugasnya, kccuali didorong dengan bahan yang paling merangsang, Sekiranya anak‑anak ini telah dilatih untuk memakan hanya makanan sehat yang disediakan dengan cara yang paling sederhana dan menjaga sari alamiahnya jangan sampai hilang, menghindari makanan daging, lemak, segala jenis rempah-rempah, maka citra rasa dan selera tidak akan rusak.

Sebagaimana telah ditunjukkan, makanan alamiah adalah makanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sementara orang tua dan anak‑anak sedang memakan makanan mewah, saya dengan suami pada jam 1:00 siang memakan makanan kami yang sederhana. yang terdiri dari roti jelai tanpa. mentega bersama buah‑buahan yang banyak. Kami makan dengan rasa nikmat dan perasaan bersyukur.  Karena tidak harus; membawa belanjaan yang limpah untuk memuaskan selera secara bebas. Kami makan dengan sepuas‑puasnya tanpa merasa lapar lagi sampai besok paginya. Anak lelaki yang memakan jeruk, kacang, jagung dan permen menganggap kami sebagai pembeli yang tidak mampu. Makanan berkualitas rendah yang mereka makan itu tak dapat diolah menjadi darah yang baik dan perangai yang baik pula. Anak‑anak mereka pucat pasi. Ada di antaranya yang mempunyai luka busuk di dahi dan tangan. Yang lain hampir buta. dengan mata yang sakit, yang merusak kecantikan wajahnya. Yang lain mem­punyai borok di kulit, tersiksa dengan batuk, mata rabun, sakit kerongkongan dan paru‑paru. Saya memperhatikan seorang anak lelaki umur tiga tahun yang menderita karena mencret. Dia demam, tetapi nampaknya dia hanya memerlukan makanan. Setiap menit dia meminta kue, daging ayam dan sop. Si ibu memenuhi semua permintaannya seperti seorang hamba penurut. Jikalau makanan yang diminta itu tidak muncul segera setelah diminta, anak itu menangis dan kata‑kata itu semakin tidak menyenangkan. Lalu si ibu berkata: “Baik, baik sayang, engkau akan mendapatkannya” Setelah makanan itu ditempatkan di tangannya, makanan itu di­ buang di lantai mobil dengan nada marah, karena makanan itu tidak cepat diberikan kepadanya. Seorang perempuan kecil sedang memakan daging rebus, sop berbumbu rempah‑rempah, roti dan mentega. Ketika dia melirik pada piring saya, dia menginginkan sesuatu. Inilah rupanya yang belum pernah dimakannya. Lalu dia merengek dan tidak mau makan. Anak yang berumur enam tahun itu mengatakan dia mau sepiring makanan. Saya kira dia meng­inginkan apel merah yang sedang saya makan. Meskipun per­sediaan kami sangat terbatas, saya merasa kasihan kepada orang tua. Jadi saya memberikan anak itu sebuah apel besar. Dia me­renggutnya dari tangan saya, lalu dengan geram dia melemparkan­nya dengan cepat ke lantai mobil. Saya berpikir, kalau anak ini terus dibiarkan mengikuti kemauannya, maka dia. akan membawa rasa malu kepada. ibunya.

Pertunjukan nafsu seperti ini adalah akibat dari pemanjaan si ibu. Kualitas makanan yang disediakannya untuk anak‑anaknya membebani alat pencemaan secara terus‑menerus. Darah menjadi cemar. Anak itu berpenyakitan dan mudah tersinggung. Makanan yang berkualitas rendah yang diberikan kepada anak ini ialah jenis makanan yang; membangkitkan nafsu, merendahkan moral dan intelek. Orang tua membentuk kebiasaan anak mereka. Mereka menjadikannya bersifat mementingkan diri dan tidak mengasihi. Mereka tidak membatasi keinginannya, atau mengendalikan naf­sunya. Apakah yang diharapkan, dari anak itu setelah dewasa nanti? Banyak yang tidak memahami hubungan pikiran dengan tubuh. Proses pertumbuhan tubuh diperlambat dengan susunan makanan yang tidak baik. Otak dan saraf dipengaruhi, dan nafsu terangsang dengan mudahnya.

Seorang anak berusia sekitar sepuluh tahun menderita. Demam dan menggigil, sehingga, tidak mau makan. Sang ibu membujuknya makanlah sedikit kue agar‑agar ini. Ini daging ayam yang enak. Maukah engkau mencicipi makanan yang ini? Akhimya anak itu memakan makanan cukup banyak untuk seorang yang sehat. Ma­kanan yang dipaksakan padanya tidak baik untuk perut demi kesehatan. Seharusnya makanan itu tidak diberikan kepada orang sakit. Dalam, tempo dua jam, sementara membersihkan kepala anak itu, si ibu mengatakan yang ia tidak dapat mengerti mengapa anak itu demam tinggi. Dia telah menambahkan, bahan bakar kepada api, lalu merasa heran mengapa api itu menyala. Sekiranya anak itu dibiarkan sehingga alam yang mengambil alih pengobatan, perut anak itu sempat istirahat seperlunya dan penderitaannya jauh berkurang. Ibu seperti ini tidak siap membesarkan anak‑anak atau melahirkannya. Penyebab utama penderitaan, manusia ialah karena tidak berpengetahuan tentang bagaimana caranya memperlakukan tubuh kita.

Pertanyaan kebanyakan orang ialah: Apakah yang akan saya makan? Bagaimana caranya saya hidup untuk menikmati masa yang sekarang? Kewajiban dan prinsip disisihkan demi kepuasan hidup sekarang ini. Jika kita mau hidup sehat, kita harus menghidupkan­nya. Jikalau kita menyempumakan tabiat kekristenan, kita harus menghidupkannya. Orang tua sangat bertanggungjawab atas kesehatan fisik dan moral anak‑anaknya. Mereka harus mengajar anak‑anaknya dan mendorong mereka untuk menyesuaikan diri dengan hukum kesehatan demi kesejahteraan mereka, dan untuk menyelamatkan diri dari penderitaan dan kesusahan. Betapa aneh kalau ibu memanjakan anak‑anak mereka untuk merusak kese­hatan fisik, mental dan moral. Bagaimanakah kira‑kira tabiat orang seperti itu? Para ibu seperti ini menjadikan anak‑anak mereka tidak berbahagia dalam hidup ini, sehingga masa depan anak‑anak itu suram.

Penyebab Kegelisahan dan Mudah Tersinggung

 

Hidup teratur haruslah menjadi peraturan dalam membentuk tabiat anak‑anak. Para ibu sering membuat kesalahan yang besar dalam mengizinkan mereka untuk makan sesuatu di antara makan. Perut menjadi kacau oleh praktek hidup seperti itu, dan hal itu telah meletakkan dasar bagi kesulitan pada masa mendatang. Keresahan terjadi karena makanan yang tidak menyehatkan yang masih belum dicema; namun si ibu merasa bahwa dia tidak mem­punyai waktu untuk memikirkan sebab‑sebabnya terjadi demikian, dan atau berusaha untuk memperbaikinya. Iapun tidak mau me­nenangkan kegelisahannya. Ibupun segera memberikan kepada anaknya yang masih kecil itu sepotong kue atau makanan yang lain untuk menenangkan mereka, namun cara ini hanyalah membuat kesalahan itu lebih besar lagi. Ada ibu‑ibu yang lain, dalam kecemasan, mereka melakukan pekerjaan yang begitu banyak, menderita ketegangan sehingga. mereka lebih mudah tersinggung daripada anak‑anak, lalu memarahi dan malah memukul mereka dan berusaha untuk menakuti anak mereka agar bisa tenang.

Ibu sering mengeluh akan kesehatan anak mereka, lalu meminta nasihat dari dokter, padahal, apabila mereka mau menggunakan sedikit akal sehat, maka mereka akan melihat bahwa kesulitan itu terjadi karena kesalahan dalam makanan.

Kita hidup dalam zaman yang penuh kerakusan, dan kebiasaan yang didapatkan oleh anak‑anak, bahkan oleh begitu banyak umat Tuhan, sangatlah bertentangan dengan hukum alam. Pernah saya duduk dengan beberapa orang anak yang berumur di bawah dua belas tahun. Daging disajikan dengan begitu limpahnya, kemudian  seorang gadis kecil. yang kurus dan agak gugup meminta acar. Sebuah botol berisi irisan sayur yang; dibumbui dengan lada dengan rempah‑rempah dimakan dengan lahap. Anak tersebut terkenal karena selalu gelisah dan mudah tersinggung dan bumbu pedas inilah yang membuat dia,mempunyai keadaan seperti apa yang dia miliki. Ada lagi anak‑anak yang lebih besar berpikir bahwa mereka tidak bisa makan tanpa daging, dan. menunjukkan ketidakpuasan dan malah berlaku tidak menghargai, apabila daging; itu tidak disediakan bagi mereka. Ibu begitu memanjakan mereka atas apa yang mereka suka dan apa yang mereka tidak suka sehingga si ibu akhimya menjadi budak pada kesukaan anak‑anaknya. Ada anak yang tidak dibiasakan dengan bekerja, kebanyakan waktu hanya untuk membaca bacaan yang tidak bermanfaat atau yang lebih jahat lagi. Sering si anak mengeluh sakit kepala, dan tidak mau makan makanan yang sederhana.

Orang tua harus memberikan pekerjaan kepada anak‑anak mereka. Tidak ada yang lebih pasti sumber kejahatannya daripada tak berbuat apa‑apa. Dengan melakukan pekerjaan akan mem­berikan kekuatan bagi otot‑otot akan memberikan selera makan untuk makanan yang sederhana namun menyehatkan dan anak yang diberikan pekerjaan yang teratur tidak akan bangkit dari meja sambil mengeluh karena tidak ada makanan daging dan berbagai makanan lainnya yang menggoda selera makannya.

Yesus, Anak Tuhan, dalam bekerja dengan tangannya pada perusahaan. kayu, telah memberikan satu teladan kepada orang­-orang muda. Biarlah mereka yang enggan untuk melakukan kewajiban hidup itu mengingat bahwa Yesus sangat penurut pada orang tua‑Nya, dan berusaha menolong untuk menghidupi keluarga‑Nya. Hanya sedikit hal yang mewah terlihat di atas meja makan dari Yusuf dan Maryam, karena mereka adalah yang termasuk keluarga miskin dan ramah.

Hubungan Makanan dengan Pembangunan Akhlak

Kuasa setan sangat dahsyat mempengaruhi anak muda dewasa ini. Kecuali pikiran anak‑anak kita teguh dan serasi dengan prinsip agama, moral mereka akan merosot karena contoh jahat dari orang‑orang yang mereka hubungi. Bahaya orang muda paling besar ialah kurang pengendalian diri. Orang‑orang tua meman­jakan dan tidak mendidik anaknya tentang penyangkalan diri. Makanan yang mereka sajikan di hadapan mereka ialah yang mengganggu perut. Rangsangan yang ditimbulkannya akan dihubungkan dengan otak, dan sebagai akibatnva, nafsupun dibangkitkan. Ini tidak boleh terlalu sering berulang. Apa yang dimasukkan ke dalam perut bukan hanya mempengaruhi tubuh, tetapi sangat mempengaruhi pikiran juga. Makanan yang merangsang dan yang kacau susunannya akan memanaskan darah, merangsang tata saraf, sering menumpulkan persepsi moral sehingga pertimbangan sehat dan hati nurani ditunjang oleh keinginan nafsu. Sulit atau hampir tidak mungkin bagi seorang yang tidak bertarak dalam hal makan untuk melatih kesabaran dan pengendalian diri. Oleh sebab itu, anak‑anak perlu diberikan hanya makanan yang menyehatkan dan tidak merangsang, karena tabiat anak belum terbentuk seluruhnya. Dalam kasih sayang, Tuhan kita yang di surga memancarkan terang reformasi kesehatan untuk melindungi kita dari kejahatan akibat dari pemanjaan selera yang tidak dibatasi.

“Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan.” Apakah orang tua melakukan hal ini sementara mereka menyediakan makanan di atas meja makan lalu memanggil seluruh keluarga untuk menikmatinya? Apakah mereka menyajikan ­makanan yang mereka tahu hanya itulah yang dapat menjadikan darah yang baik, yang akan memelihara tubuh dalam menghadapi demam ringan, dan menempatkannya pada hubungan yang terbaik dengan hidup dan kesehatan? Atau, apakah mereka menyajikan makanan yang mengganggu, merangsang dan tidak menyehatkan, tanpa memperhatikan masa depan anak‑anaknya?

Para pembaharu kesehatanpun bisa bersalah dalam hal kuantitas makanan. Mereka dapat makan tanpa batas makanan berkualitas tinggi yang menyehatkan. Mereka belum pernah menentukan pendirian. Sebagian bersalah dalam hal kualitas. Mereka memilih untuk memakan dan meminum apa yang mereka sukai ­dan melakukannya kapan saja. Dalam hal ini mereka sudah merusak tubuh mereka. Bukan hanya itu. Mereka merusak anggota keluarga dengan menyajikan makanan pedas yang menambah sifat kebinatangan anak‑anak mereka, sehingga mereka tidak mem­pedulikan perkara‑perkara surgawi. Dengan demikian orang tua menguatkan nafsu kebinatangan dan mengurangi kuasa rohani anak‑anak mereka. Betapa besar hukuman yang mereka terima pada akhimya! Keniudian mereka merasa heran mengapa anak­-anak mereka begitu lemah moralnya.

Kejahatan Di Antara Anak‑anak

Kita hidup pada zaman yang penuh kejahatan. Sekaranglah waktunya ketika setan tampaknya menguasai hampir seluruhnya pikiran yang tak pasrah kepada Tuhan. Karena itu, tanggungjawab besar terletak pada orang tua atau wali yang membesarkan anak­anak. Orang tua telah memikul tanggungiawab dalam melahirkan anak‑anak ini. Sekarang, apakah tugas mereka? Apakah mem­biarkan mereka bertumbuh semaunya atau seadanya. Izinkanlah aku berkata: Tanggungjawab berat terletak pada orang‑orang tua ini….

Saya telah mengatakan bahwa beberapa di antara saudara ber­sifat mementingkan diri. Kamu tidak memahami apa yang saya maksudkan. Kamu telah mempelajari makanan apa yang paling menarik selera. Selera dan kesenanganlah yang menguasai kamu, bukan kemuliaan Tuhan. Maka tidak ada keinginan maju dalam hidup ilahi, atau menyempumakan kesucian di dalam takut akan Tuhan. Kamu mencari kesenangan diri dan selera sendiri. Semen­tara kamu melakukannya, setan berhasil memasuki dirimu sehingga pada umumnya dia mengacaukan usahamu setiap saat.

Sebagian dari para bapa telah membawa anaknya ke dokter untuk pemeriksaan badan. Saya dapat memberitahukan padamu dalam dua menit apa masalahnya. Kesehatan anakmu sudah merosot. Setan telah menguasainya. Dia masuk pada saat engkau sudah atau sedang istirahat, sedang bingung atau sedang tertidur. Setan menyadari posisimu sebagai Tuhan bagi mereka, yang akan melindungi mereka. Tuhan telah memerintahkan kamu untuk mem­besarkan mereka di dalam takut akan Tuhan dan pemeliharaan‑Nya. Tetapi setan telah masuk mendahului engkau. Dia telah mengikat anakmu dengan tali pengikat yang kuat. Lalu kamu tertidur lagi . Kiranya surga mengasihani engkau dan anak‑anakmu, karena kamu semuanya memerlukan pengasihan‑Nya.

SEKIRANYA BEGINI … KEADAAN PASTI BERUBAH

 

Sekiranya engkau memegang pendirian dalam reformasi kesehatan; sekiranya engkau menambahkan. kebajikan kepada iman, dan pengetahuan kepada kebajikan, dan pertarakan kepada pengetahuan, keadaan pasti berubah. Tetapi engkau hanya sete­ngah terangsang karena kebusukan dan kejahatan. yang ada di rumahmu….

Engkau seharusnya mengajar anak‑anakmu. Engkau harus me­ngajar mereka bagaimana menangkal kejahatan dan kebusukan zaman ini. Sebaliknya, banyak orang bagaimana caranya mem­peroleh sesuatu yang enak untuk dimakan. Engkau menyajikan di meja makan yaitu makanan seperti mentega, telur dan makanan daging. Lalu anak‑anakmu melahapnya. Mereka diberi makan de­ngan bahan makanan yang merangsang nafsu daging. Lalu engkau datang kepada Tuhan untuk meminta Dia memberkati anak‑anakmu dan menyelamatkan mereka. Berapa jauhkah doamu itu melayang? Engkau mempunyai tugas yang harus dilaksanakan lebih dulu. Setelah melakukan segala sesuatu bagi anak‑anakmu yaitu yang ditugaskan Tuhan padamu, kemudian dengan keyakinan engkau dapat menuntut pertolongan khusus yang dijanjikan Tuhan kepadamu.

Engkau harus belajar bertarak dalam segala hal. Engkau harus mempelajarinya, apa yang engkau makan dan minum. Tetapi engkau berkata: “Bukan urusan siapa‑siapa tentang apa yang saya makan, atau apa yang saya minum, atau apa yang saya sajikan di meja makan saya.” Itu adalah urusan seseorang, kecuali engkau mengurung anak-anakmu lalu pergi ke padang gurun di mana mereka hidup bergaul.

Ajarlah Anak‑anak Bagaimana Caranya Menghadapi Pencobaan

Awasilah seleramu. Ajarlah anak‑anakmu dengan pe­ngajaran dan contoh hidup bagaimana menggunakan makanan sederhana. Ajarlah mereka supaya rajin, bukan hanya sibuk, tetapi melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Usahakan membangunkan kepekaan moral. Ajarlah mereka bahwa Tuhan menuntut mereka sejak kecil. Beritahukan pada mereka bahwa ada kebejatan moral yang harus dilawan, bahwa mereka perlu datang kepada Yesus dan menyerahkan diri kepada‑Nya, baik tubuh dan roh, bahwa di dalam Dia mereka akan menemukan kekuatan untuk melawan setiap pencobaan. Biarlah mereka memikirkan bahwa mereka diciptakan bukan hanya menyenangkan diri mereka sendiri, tetapi menjadi hamba Tuhan untuk maksud‑maksud mulia. Ajarlah mereka begini: Jikalau penggodaan mendorong pemanjaan diri, bilamana setan berusaha menutupi wajah Tuhan dari pandangan mereka, atau memandang pada Yesus dan berkata: “Tolong, Tuhan; jangan sampai saya kalah.” Malaikat akan mengelilingi mereka sebagai jawab kepada doa mereka, lalu menuntunnya kepada jalan yang aman.

Kristus berdoa untuk murid‑murid‑Nya, bukan supaya mereka diangkat dari dunia ini, tetapi supaya mereka terlindung dari kejahatan, supaya mereka terlindung daripada menyerah kepada pencobaan yang mereka hadapi setiap, saat. Inilah doa yang harus dilayangkan oleh setiap bapa dan ibu. Tetapi apakah begitu caranya mereka memohon kepada Tuhan demi anak‑anaknya, lalu kemudian meninggalkannya untuk melakukan apa saja yang mereka mau lakukan? Haruskah mereka memanjakan selera sampai selera itu menguasainya, lalu kemudian mereka mengharapkan, anak‑anak dapat dibatasi? Tidak! Pertarakan dan pengendalian diri harus diajarkan sejak bayi. Tanggungjawab terletak lebih banyak pada ibu dalam hal ini. Ikatan bathin yang paling halus di dunia ialah antara ibu dan anaknya. Anak itu lebih terpengaruh dengan contoh kehidupan ibunya dari pada dengan bapanya. Ini terjadi karena ikatan halus yang mempersatukan. Namun tanggungjawab si ibu berat sehingga, dia memerlukan bantuan bapa senantiasa.

Aku akan membayarmu, hai kaum ibu, untuk menggunakan waktu yang berharga yang diberikan Tuhan bagimu untuk membentuk tabiat anak-anakmu, dan mengajar mereka supaya bepegang teguh pada prinsip pertarakan dalam hal makan dan minum. . . .

Setan melihat yang dia tidak dapat menguasai pikiran sepenuhnya jikalau selera itu dikuasai; karena itu dimanjakan, dia senantiasa bekerja untuk menuntun manusia kepada pemanjaannya. Di bawah pengaruh makanan yang tidak menyehatkan, hati nurani jadi lemah, pikiran dikelamkan dan daya ingatan jadi timpang. Tetapi dosa pelanggar itu tidak berkurang karena hati nurani sudah dilanggar sampai menjadi kebal.

Bapa dan ibu, berdoalah senantiasa. Jagalah dengan ketat sifat tidak bertarak dalam bentuk apapun. Ajarlah anak-anakmu prinsip reformasi kesehatan yang benar. Ajarlah mereka apa yang perlu dihindari untuk memelihara kesehatan. Murka Tuhan sudah mulai dicurahkan atas anak-anak yang tidak menurut. Kejahatan apa, dosa apa, perbuatan jahat yang bagaimana, semua dinyatakan setiap saat! Sebagai satu umat, kita sangat berhati-hati melindungi anak-anak kita dari teman-teman mereka yang memalukan.

Oleh Ellen White

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?