Setiap Anak Harus Memahami Kuasa Kemauan.
[AkhirZaman.org] Kemauan adalah kuasa yang memerintah di dalam tabiat manusia, yang mengendalikan segala kesanggupan lainnya di bawah perintahnya. Kemauan bukanlah cita rasa ataupun kecenderungan, tetapi itu adalah kuasa yang menentukan, yang bekerja di dalam diri manusia untuk menurut Allah, atau tidak menurut.
Setiap anak harus memahami kuasa yang sebenarnya daripada kemauan. Ia harus dituntun menyadari betapa besarnya tanggung jawab yang terkandung di dalam pemberian ini. Kemauan adalah kuasa yang menentukan, atau memilih.
Sukses Datang Bilamana Kemauan Diserahkan kepada Allah.
Setiap manusia yang dikendalikan oleh pertimbangan mempunyai kuasa untuk memilih yang benar. Di dalam setiap pengalaman hidup firman Allah kepada kita adalah, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah.” Yosua 24:15. Setiap orang dapat menempatkan kemauannya di pihak kehendak Allah, dapat memilih untuk menurut Dia, dan dengan cara demikian menghubungkan dirinya sendiri dengan alat alat ilahi, ia dapat perdiri dimana tidak ada sesuatu yang dapat memaksa dia untuk berbuat jahat. Di dalam diri setiap anak muda, setiap anak-anak, terdapat kuasa, oleh pertolongan Allah, untuk membentuk satu tabiat yang jujur dan untuk menghidupkan satu kehidupan yang bermanfaat.
Orang tua atau guru yang oleh petunjuk seperti itu mendidik anak-anak untuk mengendalikan diri akan menjadi orang-orang yang paling berguna dan sukses untuk selamanya. Kepada pengamat yang dangkal pekerjaannya itu boleh jadi kelihatannya bukanlah sesuatu yang terbaik, boleh jadi itu tidak dinilai setinggi seperti pekerjaan dari seorang yang menguasai pikiran dan kemauan seorang anak dengan menggunakan wewenang yang mutlak; tetapi tahun-tahun mendatang akan menunjukkan hasil daripada metode pendidikan yang lebih baik.
Jangan Lemahkan, Tetapi Tuntun Kemauan Anak Itu.
Simpanlah segala kekuatan kemauan itu, oleh karena manusia memerlukan semuanya tetapi berikanlah kepadanya bimbingan yang sepatutnya. Perlakukanlah itu dengan bijaksana dan dengan lemah lembut, sebagai satu harta yang suci. Jangan hancurkan itu berkeping-keping, tetapi oleh pengajaran dan teladan yang benar bentuklah itu dengan bijaksana sampai anak itu mencapai usia dewasa.
Anak-anak harus cepat diajar untuk menyerahkan kemauan dan kecenderungan mereka kepada kemauan dan wewenang orang tua mereka. Bilamana orang tua mengajarkan kepada anak-anak mereka pelajaran ini maka mereka sedang mendidik anak-anak itu untuk menyerah kepada kehendak Allah dan menuruti tuntutan tuntutan Nya, dan menjadikan di mereka layak untuk menjadi anggota keluarga Kristus.
Harus Dibimbing, Bukan Dihancurkan.
Untuk menuntun perkembangan seorang anak tanpa menghalanginya oleh pengendalian yang berlebih-lebihan haruslah menjadi bahan pelajaran baik orang tua dan juga guru. Terlalu banyak mengatur adalah sama buruknya dengan terlalu sedikit. Usaha untuk “mematahkan kemauan” seorang anak adalah satu kesalahan yang hebat. Pikiran dibangun dengan cara berbeda-beda; sementara paksaan dapat menghasilkan penurutan secara luar, di dalam diri banyak anak-anak hal itu akan mengakibatkan satu pemberontakan yang lebih nekad lagi di dalam hati mereka. Sekalipun misalnya orang tua atau guru berhasil dalam usahanya untuk mengendalikan mereka, maka hasilnya akan tidak kurang merusaknya kepada anak itu. Oleh karena penyerahan kemauan itu lebih sulit bagi beberapa orang murid daripada bagi yang lainnya, maka guru itu harus menjadikan penurutan kepada tuntutan-tuntutannya semudah mudahnya. Kemauan harus dibimbing dan dibentuk, tetapi jangan diabaikan atau dihancurkan.
Tuntun, Jangan Sekali-kali Dorong.
Biarkan anak-anak yang berada di bawah pengawasanmu memiliki satu kepribadian, sebagaimana halnya dirimu. Selalulah berusaha menuntun mereka, tetapi jangan sekali kali mendesak mereka.
Digunakannya Kemauan Memperluas dan Menguatkan Pikiran.
Seorang anak bisa dididik demikian rupa sehingga tidak memiliki kemauannya sendiri. Bahkan kepribadiannya bisa dilebur dalam kepribadian orang yang mengawasi pendidikannya; kemauannya untuk segala tujuan dan maksud diserahkan kepada kemauan gurunya. Anak-anak yang dididik dengan cara demikian rupa akan selalu mempunyai kekurangan dalam kekuatan akhlak dan tanggung jawab pribadi. Mereka tidak pernah diajar bertindak menurut pertimbangan dan prinsip; kemauan mereka telah dikendalikan oleh orang lain, dan pikiran mereka tidak digunakan, agar itu bisa berkembang dan menjadi kuat. Mereka tidak pernah dibimbing dan didisiplin sehubungan dengan pembentukan dan kesanggupan pikiran mereka, untuk menunjukkan kuasa mereka yang paling kuat bilamana dibutuhkan.
Sumber: Membimbing & Mendidik Anak, pasal 39