Monday, November 25, 2024
Google search engine
HomeKeluargaPelajaran KeluargaIBU - PERMAISURI RUMAH TANGGA

IBU – PERMAISURI RUMAH TANGGA

Sederajat dengan Suami
[AkhirZaman.org] Wanita harus menduduki tempat yang dimaksudkan Allah baginya sejak semula, sederajat dengan suaminya. Dunia memerlukan ibu-ibu yang benar-benar ibu, bukan hanya nama saja melainkan dalam arti yang sebenarnya dari perkataan itu. Tidak salah kalau kita berkata bahwa tugas-tuga yang menandai wanita adalah lebih suci, lebih kudus, daripada tugas-tugas pria. Biarlah wanita itu menyadari tentang kesucian pekerjaannya dan di dalam kekuatan dan takut akan Tuhan melakukan tugas seumur hidupnya. Biarlah dia mendidik anak-anaknya supaya berguna di dalam dunia ini dan mewarisi rumah di dalam dunia yang lebih baik. 

Seharusnyalah seorang istri dan ibu tidak mengorbankan kekuatannya serta membiarkan segala kuasanya terbengkalai, dan hanya bersandar seluruhnya kepada suaminya. Kepribadiannya tidak boleh berbaur dalam kepribadian suaminya. Dia harus merasa bahwa ia sederajat dengan suaminya, berdiri di sisinya, ia sendiri setia kepada tugas yang ditentukan baginya dan suaminya pada tempatnya juga. Pekerjaannya mendidik anak-anaknya dalam arti yang sebenarnya ialah meninggikan dan mengagungkan kedudukan yang sebenarnya sebagai mana suaminya dipanggil untuk tugas ini, bahkan hal itu segagai kepala pengadilan bangsa sekalipun. 

Permaisuri Rumah Tangga
Raja di atas takhtanya tidak mempunyai pekerjaan yang lebih tinggi daripada tugas seorang ibu. Ibu itulah permaisuri rumah tangganya. Di dalam kuasanyalah pembentukan tabiat anak-anaknya, agar mereka boleh layak untuk hidup yang lebih tinggi dan kekal. Seorang malaikat tdak dapat meminta suatu tugas yang lebih tinggi; karena dalam melakukan pekerjaan ini ia sedang melaksanakan pekerjaan ini ia sedang melaksanakan pekerjaan Allah. Biarlah ia menyadari betapa tinggi nilai tabiat tugasnya, maka keinsafan itu akan mengilhami dia dengan keberanian hati. Biarlah ia menyadari nilai pekerjaannya lalu memakaikan segenap perlengkapan Allah, agar boleh ia melawan penggodaan hendak menyesuaikan diri kepada ukuran dunia ini. Pekerjaannya ialah untuk masa dan kekekalan.

Ibu itulah permaisuri rumah tangga dan anak-anak itulah rakyatnya. Ia harus memerintahkan rumah tangganya dengan bijaksana, dalam derajat keibuannya. Pengaruhnya dalam rumah tangga haruslah di atas segala-galanya; perkataannya menjadi undang-undang. Kalau ia seorang Kristen, di bawah perintah Allah, ia akan memperoleh hormat dari anak-anaknya.

Anak-anak haruslah diajar sedemikian rupa agar memandang ibunya, bukan seperti seorang hamba yang pekerjaannya untuk melayani mereka, melainkan seperti seorang ratu yang harus memimpin dan menuntun mereka, mengajar mereka syarat demi syarat dan peraturan demi peraturan.

Suatu perbandingan Nilai yang Nyata
Jarang sekali seorang ibu menghargakan pekerjaannya sendiri dan seringkali menentukan taksiran yang begitu rendah terhadap pekerjaannya sehingga dianggapnya pekerjaan itu sebagai suatu urusan rumah tangga yang membosankan. Ia melakukan pekerjaan yang serupa selalu setiap hari, tiap-tiap minggu, dengan tidak ada hasil-hasil yang istimewa. Dia tidak dapat berkata pada akhir setiap hari tentang perkara-perkara kecil yang dilaksanakannya. Dibandingkan dengan kemajuan yang diperoleh suaminya, ia merasa telah melakukan sesuatu hal yang tidak pantas disebutkan.

Bapa seringkali pulang ke rumah dengan suasana perasaan puas dan dengan bangga menceritakan apa yang telah dilaksanakannya sepanjang hari. Ucapannya itu menunjukkan bahwa sekarang ia harus dilayani mengurus anak-anak, memasak makanan, dan membereskan rumah. Ia belum bertindak sebagai seorang saudagar, berjual beli; ia belum bertindak sebagai seorang petani, mengerjakan tanah; belum juga ia bertindak sebagai montir, oleh sebab itu ia belum melakukan sesuatu yang membuatnya lelah. Bapa mengritik dan mencela serta mendikte seolah-olah ialah Tuhan alam semesta. Maka hal inilah semuanya yang menyusahkan kepada istri dan ibu itu, sehingga ia telah menjadi sangat penat pada kedudukannya sepanjang hari, namun ia tidak dapat melihat apa yang telah dikerjakannya dan sungguh-sungguh ia pun merasa kecil hati.

Sekiranya tirai penghalang dapat dibukakan dan bapa serta ibu dapat melihat seperti Allah melihat pekerjaan sepanjang hari itu, dan melihat bagaimana mata-Nya yang maha tahu itu membandingkan pekerjaan seorang dengan pekerjaan yang lain, mereka sudah pasti tercengang pada pernyataan surga itu. Bapa akan melihat pekerjaannya dalam terang yang lebih sederhana, sedang ibu akan memperoleh keberanian hati dan tenaga yang baru untuk meneruskan pekerjaannya dengan hikmat, kesabaran, dan ketetapan hati. Ketika bapa mengurus segala perkara yang harus binasa dan berlalu, itu telah mengurus perkembangan pikiran dan tabiat, bekerja bukan saja uantuk kepentingan masa sekarang melainkan untuk masa yang kekal.

Allah telah Menentukan Pekerjaannya
coba kalau setiap ibu dapat menyadari betapa besar tanggung jawabnya dan betapa besarnya kelak pahala atas kesetiaannya. Ibu yang gembira melaksanakan segala kewajiban yang secara langsung dibentangkan di hadapannya akan merasa gembira bahwa hidup ini indah kepadanya, karena Allah telah memberikan kepadanya suatu pekerjaan untuk dilakukan. Dalam pekerjaan ini tidak perlu ia mengkerdilkan pikirannya ataupun membiarkan kepintarannya dilumpuhkan.

Allah yang memberi tugas itu kepada seorang ibu. Untuk membesarkan anak-anaknya dalam pengajaran yang sopan dan nasihat Tuhan. Cinta dan takut akan Allah harus selamanya dipelihara di dalam pikiran anak-anak yang masih lembut itu. Apabila telah diperbaiki, mereka harus diajar supaya mereka merasa bahwa mereka itu dinasihati Allah, yang tidak senang dengan penipuan, dusta, dan perbuatan yang salah. Dengan demikian pikiran anak-anak yang masih kecil itu dapat dihubungkan demikian rupa dengan Allah sehingga segala sesuatu yang mereka lakukan dan katakan adalah untuk kemuliaan-Nya; dan di kemudian hari mereka tidak seperti dulu yang ditiup angin, selalu bimbang di antara kecenderungan hati dan kewajiban.

Menuntun mereka kepada Yesus bukan hanya ini yang dituntut….Anak-anak itu harus dididik dan diajar menjadi murid-murid Kristu, “Semoga anak-anak laki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!” Pekerjaan membentuk, menghaluskan, serta mengindahkan ini ialah pekerjaan ibu. Tabiat anak itu harus dikembangkan. Ibu itu harus mengukir di atas loh batu hati anak itu pelajaran yang abadi seperti dunia yang kekal itu; dan pasti dia akan menghadapi murka Tuhan kalau ia melalaikan pekerjaan yang suci ini atau membiarkan sesuatu untuk menghalanginya….Seorang ibu Kristen mempunyai pekerjaan yang telah ditentukan oleh Allah, pekerjaan yang tidak boleh dilalaikan kalau ia berhubungan erat dengan allah serta dipenuhi dengan Roh-Nya.

Tugas Ibu yang Mulia dan Agung
Ada kesempatan yang tidak ternilai harganya, kepentingan yang tidak terduga nilainya, diserahkan kepada tiap-tiap ibu. Segala pekerjaan yang hina dan tidak berkesudahan, yang telah dipandang wanita sebagai tugas yang memenatkan, haruslah dipandang sebagai pekerjaan yang mulia dan agung. Ini adalah kesempatan bagi seorang ibu memberkati dunia dengan pengaruhnya, dan dengan melakukan yang dimikian ia akan membawa kesukaan kepada hatinya sendiri. Ia boleh mengadakan jalan-jalan lurus bagi kaki anak-anaknya melalui suka dan duka kepada puncak kemuliaan yang di surga. Tetapi hanyalah kalau ia berusaha di dalam hidupnya sendiri mengikuti segala pengajaran Kristus yang ibu itu dapat mengharap untuk membentuk tabiat anak-anaknya menurut teladan Ilahi.

Di tengah-tengah segala kesibukan hidup, tugas ibu yang paling suci ialah terhadap anak-anaknya. Betapa sering kewajiban ini dikesampingkan agar sesuatu pemanjaan hati yang memikirkan diri sendiri itu diikuti! Kepada para orangtua dipercayakan segala kepentingan anak-anaknya pada waktu sekarang dan pada waktu yang kekal. Mereka harus memegang kendali pemerintahan serta memimpin rumah tangganya kepada kemuliaan Allah. Hukum Allah haruslah menjadi ukuran mereka dan cinta harus memerintah dalam segala perkara.

Tiada Pekerjaan yang Lebih Besar Atau Lebih Suci
ibu-anak CopyKalau para pria yang sudah kawin pergi bekerja, meninggalkan istri mereka menjaga anak-anak di rumah, maka istri dan ibu sedang melakukan pekerjaan yang sama pentingnya dan besarnya seperti suami dan bapa. Meskipun sedang bekerja di ladang mission, yang lain adalah seorang missionaris di rumah, yang keluh kesah serta kecemasannya dan tanggungannya seringkali jauh melampaui keluh kesah dan kecemasan serta tanggungan suami dan bapa. Pekerjaannya adalah suatu pekerjaan yang tekun dan penting….Suami dalam ladang mission umumnya boleh menerima penghormatan dari manusia, sedang pekerjaan di rumah itu mungkin tidak menerima pujian apa pun dari dunia untuk usahanya. Tetapi kalau ia bekerja untuk kepentingan keluarganya dengan sebaik-baiknya, berusaha membentuk tabiat mereka sesuai dengan teladan Ilahi, maka malaikat pemegang catatan itu menuliskan namanya sebagai seorang di antara missionaris yang terbesar di dalam dunia. Allah tidak melihat segala perkara sehagaimana manusia yang fana memandangnya. 13 Ibu itulah wakil Allah untuk menjadikan seluruh keluarganya Kristen. Ibu haus memberikan contoh tentang agama Alkitab dalam kehidupannya, menunjukkan bagaimana pengaruh agama itu harus mengendalikan di dalam kewajiban dan kesenangannya setiap hari, mengajar anak-anaknya bahwa hanya oleh rakhmat saja mereka dapat diselamatkan, olelh percaya, yang menjadi karunia Allah. Pengjaran yang tetap ini tentang apakah artinya Kristus itu bagi kita dan bagi mereka, cinta-Nya, kebaikan-Nya kemurahan-Nya yang dinyatakan dalam rencana penebusan yang besar, akan menjadikan kesan yang suci dan kudus pada hati.

Pendidikan anak-anak merupakan suatu bagian penting dalam rencana Allah untuk menunjukkan kuasa agama Kristen. Suatu kewajiban yang tekun terletak atas para ibu bapa supaya mengajar anak-anaknya sedemikian rupa sehingga apabila mereka pergi ke luar ke dalam dunia, mereka akan berbuat kebaikan dan bukan kejahatan kepada orang-orang dengan siapa mereka bergaul.

Seorang Pengerja Bersama dengan Pendeta
Pendeta mempunyai jenis pekerjaannya, dan ibu itu pun mempunyai pekerjaannya. Ia harus menghargai perkataan Kristus dan mengajarkan perkataan itu kepada anak-anaknya. Sejak mereka masih bayi ibu harus mendisiplin mereka supaya menyangkal dan menahan diri, kepada kebiasaan kebersihan dan peraturan. Ibu dapat membesarkan anak-anaknya sedemikian rupa sehingga mwereka datang dengan hati yang terbuka dan lemah lembut untuk mendengar perkataan para hamba Allah. Tuhan memerlukan ibu-ibu yang mempunyai keahlian dalam kehidupan rumah tangga akan mempergunakan dengan sebaik-baiknya talenta yang diberikan Allah kepadanya serta memantaskan anak-anak mereka bagi keluarga di surga.

Tuhan dilayani sama banyaknya, ya malah lebih banyak oleh pekerjaan dengan setia di rumah daripada dia yang mengajar sabda itu. Sebagaimana para guru mengajar di sekolah, maka para bapa dan ibu harus merasa bahwa merkalah pendidik anak-anak mereka.

Ruang lingkup kegunaan seorang ibu Kristen seharusnyalah jangan disempitkan oleh kehidupannya dalam rumah tangga. Pengaruhnya yang bermanfaat itu hendaknya dikerahkan dalam lingkungan rumah tangga, boleh dijadikan dan akan dimanfaatkan dalam kegunaan yang tersebar lebih luas di dalam lingkungan tetangga dan di dalam gereja Allah. Rumah tangga bukanlah suatu penjara bagi istri dan ibu yang beribadat kepada Allah.

Ia Mempunyai Tugas Hidup
Biarlah seorang ibu menyadari akan kesucian pekerjaannya dan di dalam kekuatan dan takut akan Allah menjalankan tugas kehidupannya. Biarlah ia mendidik anak-anaknya untuk kegunaan dalam dunia ini dan untuk kepantasan bagi dunia akhirat. Kami tujukan nasihati ini bagi ibu-ibu Kristen. Kami memohon dengan sangat agar kamu merasa kewajibanmu sebagai ibu-ibu dan supaya kamu hidup bukan untuk menyenangkan diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Allah. Kristus tidak menyenangkan diri-Nya, melainkan mengambil atas diri-Nya rupa seorang hamba.

Dunia ini dipenuhi dengan pengaruh yang jahat. Mode dan kebiasaan mempunyai suatu pengaruh yang kuat mendesak terhadap orang muda. Kalau ibu gagal dalam kewajibannya untuk mengjar, menuntun, dan mempertahankan, maka anak-anaknya tentu saja akan menerima yang jahat dan sebaliknya dari yang baik. Biarlah tiap-tiap ibu lebih sering kepada Juruselamat dengan doa, “Ya Tuhan, berilah kiranya abdi Allah, yang Kau utus itu, datang pula kepada kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu?” Biarlah ibu itu mendengar petunjuk yang telah diberikan Allah dalam sabda-Nya. Maka hikmat akan diberikan kepadanya bilamana dia memerlukannya.

Mengukir Suatu Peta yang Sama seperti Ilahi
Adalah Allah di dalam surga, maka terang dan kemuliaan dari takhta-Nya menaungi seorang ibu yang setia sementara ia berusaha mendidik anak-anaknya melawan pengaruh kejahatan. Tidak ada pekerjaan lain yang sebanding pentingnya dari pekerjaan ibu itu. Ia tidak melukis bentuk keindahan di atas layar seperti halnya seorang pelukis ataupun seperti pengukir, ia tidak mengukirnya dari batu pualam. Ia tidak mewujudkan suatu pikiran yang mulia dalam kata-kata yang berkuasa seperti seorang pengarang, bukan pula seperti ahli-ahli musik ia mengucapkan suatu sentimen yang indah dalam lagu yang merdu. Dengan pertolongan Allah kesempatan ibulah untuk memperkembangkan dalam jiwa seorang manusia peta yang sama seperti Ilahi.

Ibu yang menghargakan ini akan memandang segala kesempatannya sebagai sesuatu yang bernilai harganya. Di dalam tabiatnya sendiri dan oleh cara-cara dia mengajar, ibu itu dengan tekun berusaha menyampaikan kepada anak-anaknya cita-cita yang lebih tinggi. Dengan tekun dan sabar serta dengan berani ia akan berusaha memperbaiki kesanggupannya sediri, agar ia boleh menggunakan dengan benar segala kuasa pikiran yang tertinggi dalam mendidik anak-anaknya. Dengan tekun ia akan bertanya pada tiap-tiap langkah, “Apakah yang telah difirmankan Allah?” Dengan rajin ia akan menyelidiki firman-Nya. Ia akan mengarahkan pandangannya kepada Kristus, agar pengalamannya setiap hari, di dalam lingkungan pekerjaan dan kewajigannya yang hina boleh menjadi suatu bayangan yang benar dari kehidupan Kristus yang benar itu.

Ibu yang Setia Didaftarkan dalam Buku Kemasyuran yang Kekal
Penyangkalan diri dan salib adalah bagian kita. Maukah kita meneriman itu? Tiada seorang di antara kita perlu mengharap bahwa apabila ujian besar yang terakhir menimpa kita, suatu roh patriot dan penyangkalan diri akan diperkembangkan di dalam suatu saat karena diperlukan. Sesungguhnya bukan demikian, roh ini harus dijalinkan dengan pengalaman kita setiap hari serta dimasukkan ke dalam hati dan pikiran anak-anak kita, baik oleh pengajaran maupun oleh teladan. Para ibu dalam bangsa Israel mungkin bukannya pahlawan peperangan, tetapi mereka boleh membesarkan pahlawan yang akan memakaikan segenap perlengkapan serta berperang dengan berani dalam peperangan Tuhan.

Hai para ibu, kepada tingkatan yang besar nasib anak-anakmu terletak di dalam tanganmu. Kalau kamu gagal dalam kewajiban ini, berarti kamu mengadakan mereka itu dalam barisan musuh serta membuat mereka alat-alat Setan untuk membinasakan jiwa-jiwa; tetapi oleh teladan yang beribadat serta disiplin yang setia bolehlah kamu memimpin mereka kepada Kristus dan menjadikan mereka alat-alat di dalam tangan-Nya untuk menyelamatkan banyak jiwa.

Pekerjaannya sebagai seorang (ibu Kristen), kalau dilakukan dengan setia di dalam Allah, akan diabadikan. Para penganut mode tidak akan pernah melihat atau mengerti keindahan abadi dari pekerjaan ibu Kristen tersebut, dan akan menghinakan pikirannya yang kuno serta pakaiannya yang sederhana dan dipakai hiasan; sedang Raja Surga akan menulis nama ibu yang setia itu di dalam buku kemasyhuran yang kekal itu.

Saat-saat yang Tiada Ternilai Harganya
Segenap kehidupan Musa di kemudian hari, tugas yang dilaksanakannya besar sebagai pemimpin Israel, menyaksikan kepentingan pekerjaan seorang ibu Kristen. Tiada pekerjaan yang lain yang dapat mengimbangi ini….Para ibu bapa harus menentukan pengajaran dan pendidikan anak-anaknya ketika masih sangat muda, yang pada akhirnya mereka menjadi orang-orang Kristen. Anak-anak itu diberikan kepada kita untuk dididik, bukan sebagai waris kepada takhta kerajaan duniawi, melainkan sebagai raja-raja bagi Allah, untuk pekerjaan sepanjang zaman yang tidak berkesudahan.

Biarlah setiap ibu merasa bahwa waktu yang ada padanya tiada ternilai harganya; pekerjaannya akan diuji pada hari perhitungan yang tekun. Pada waktu itu akan nyata kelak bahwa banyak dari kegagalan dan kejahatan para pria dan wanita telah diakibatkan karena kebodohan dan kelalaian orang-orang yang berkewajiban menuntun kaki kanak-kanak yang masih kecil itu di dalam jalan yang benar. Pada ketika itu akan nyata bahwa banyak di antara orang yang telah memberkati dunia dengan terang kecerdasan pikiran, kebenaran dan kesucian berhutang budi akan prinsip-prinsip yang menjadi sumber utama dari pengaruh dan sukses mereka kepada seorang ibu Kristen yang berdoa.

 

RTA
———–

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?