Thursday, April 25, 2024
Google search engine
HomeKeluargaTips KeluargaHAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

Yesus Tidak Meminta Seseorang Membujang

[AkhirZaman.org] Mereka yang menghormati hubungan pernikahan sebagai salah satu peraturan Tuhan yang suci, dijaga oleh hukum-Nya yang suci, pikirannya akan dikendalikan dengan cara yang sehat. 1

Yesus tidak pernah memaksakan orang supaya tetap menjadi bujangan di antara golongan manusia. Ia tidak datang untuk membinasakan hubungan nikah yang suci, melainkan hendak meninggikan dan memulihkannya kepada kesucian yang semula. Ia berkenan atas hubungan keluarga di mana cinta kasih yang suci dan kasih yang tidak mementingkan diri dan tahan terhadap goncangan. 2

Perkawinan Itu Sah dan Suci

Tidak ada dosa dalam hal makan dan minum, atau di dalam pernikahan maupun menikahkan. Tidak ada pernikahan yang salah pada zaman Nuh, dan demikian juga pada saat ini tidak ada pernikahan yang salah, kalau yang sah itu diperlakukan dengan wajar dan tidak dilakukan sampai kepada kesemena-menaan. Tetapi pada zaman Nuh pada saat manusia ingin menikah mereka tidak meminta nasihat dari Tuhan atau mencari seorang pemimpin untuk mendapatkan nasihat-Nya…

Kenyataan menunjukkan bahwa semua hubungan kehidupan dunia ini adalah bersifat sementara, kita membutuhkan satu pengaruh yang kuat untuk memperbaiki segala perbuatan dan perkataan kita. Pada zaman Nuh kesenangan yang terlalu berlebih yang cenderung menuruti hawa nafsu, hal seperti itulah yang membuat pernikahan itu jahat dihadapan Tuhan. Banyak sekali orang pada zaman ini yang kehilangan moralnya, terjerat dalam konsep pernikahan itu sendiri. 3

Hubungan pernikahan itu suci adanya, tetapi pada zaman ini pernikahan bukan lagi sesuatu ikatan yang suci melainkan pernikahan merosot dan dibungkus dengan segala macam kehinaan. Perkawinan disalah gunakan dan telah menjadi suatu kejahatan, di mana sekarang kemerosotan moral menjadi salah satu tanda-tanda akhir zaman, sama seperti perkawinan yang dilaksanakan sebelum Air Bah, pernikahan menjadi suatu kejahatan dimana manusia kawin mawin sesuka hati….Apabila sifat kesucian dan tuntutannya dipahami, maka sekarang pun perkawinan itu akan diperenankan oleh Tuhan; dan hasilnya akan menjadi kebahagiaan bagi kedua belah pihak, dan Tuhan akan dipermuliakan. 4

Hak-hak dalam Hubungan Pernikahan

Mereka yang mengaku dirinya orang Kristen…haruslah memberikan pertimbangan yang pantas kepada setiap akibat dari tiap-tiap hak hubungan suami istri dan prinsip yang disucikan harus menjadi suatu dasar dari tiap-tiap perbuatan. 5

Di dalam banyak kasus, para ibu bapa…telah menyalahgunakan hak-hak perkawinan mereka, dan oleh pemanjaan selera telah memperkuat hawa nafsu mereka. 6

Menghindarkan Kewajiban yang Keterlaluan

Mengerjakan sesuatu dengan cara yang keterlaluan itulah yang menjadikannya satu dosa yang besar. 7

Banyak ibu bapa yang tidak beroleh pengetahuan yang harus mereka miliki dalam kehidupan sebagai suami istri. Mereka tidak berjaga-jaga sehingga Setan mengambil kesempatan serta mengendalikan pikiran dan kehidupan mereka. Mereka tidak mengerti bahwa Tuhan menuntut supaya mereka menahan diri dari segala perbuatan yang keterlaluan sebagai suami istri. Tetapi hanya sedikit orang yang merasa bahwa adalah tugas agama untuk mengendalikan hawa nafsu. Mereka telah mempersatukan diri dalam perkawinan yaitu yang menjadi pilihan mereka dan oleh sebab itu mereka menganggap bahwa perkawinan itu akan menyucikan pemanjaan nafsu birahi mereka. Walaupun pria dan wanita yang mengaku orang beribadat namun mereka tetap membiarkan dirinya terkekang pada hawa nafsu dan tidak memikirkan bahwa Tuhan memandang mereka bertanggung jawab atas setiap tenaga yang mereka habiskan, yang melemahkan daya ingat mereka terhadap kehidupan serta meletihkan segenap tubuhnya. 8

Penyangkalan Diri dan Pertarakan Harus menjadi Semboyan

Kalau saja semua orang dapat mengerti tugas dan kewajiban mereka kepada Tuhan untuk memelihara pikiran dan tubuh mereka dalam keadaan yang sebaik-baiknya untuk memberikan pelayanan yang sempurna kepada Khalik_Nya! biarlah seorang istri Kristen itu menahan diri, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, daripada membangkitkan hawa nafsu suaminya. Banyak orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menyia-nyiakan akan hal ini. Sejak dari masa mudanya mereka telah melemahkan otaknya serta memboroskan kekuatan tubuhnya oleh memanjakan hawa nafsunya. Penyangkalan diri dan pertarakan harus menjadi semboyan dalam kehidupan mereka segagai suami istri. 9

Kita mempunyai kewajiban yang kudus kepada Tuhan untuk memelihara roh kita tetap suci dan badan kita sehat, agar kita dapat berguna bagi sesama manusia dan memberi pelayanan yang sempurna kepada Tuhan. Rasul Paulus memberikan amaran yang berikut: “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.” Dia menganjurkan supaya kita lebih maju dengan mengatakan bahwa: Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.” Rasul itu menasihatkan semua orang yang menyebut dirinya orang Kristen supaya mempersembahkan tubuhnya: “Sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan.” Dia berkata; “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” 10

Bukanlah cinta suci yang menggerakkan seseorang untuk menjadikan istrinya suatu alat melayani nafsunya. Hawa nafsu hewani itulah yang merangsang untuk dimanjakan. Hanya sedikit pria yang menunjukkan kasihnya dalam cara yang dijelaskan oleh rasul itu: “Sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya [bukan dicemarkan] dan disucikan;…supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Inilah kualitas cinta dalam perkawinan yang diakui Tuhan kudus adanya. Kasih adalah suatu prinsip yang murni dan kudus, tetapi hawa nafsu tidak dapat bertahan dan tidak digerakkan oleh pikiran sehat atau dikendalikan oleh suatu pertimbangan. Butalah ia kepada segala akibat; tidak akan dipertimbangkannya dari sebab kepada akibat. 11

Kenapa Setan Berusaha Melemahkan Penahanan Diri

Setan berusaha untuk merendahkah standar kesucian dan melemahkan pertahanan diri dari sesama manusia yang akan memasuki hubungan pernikahan karena ia mengetahui bahwa sementara hawa nafsu berahi memuncak, kuasa batiniah bertambah lemah, dan ia juga tidak perlu merasa kuatir tentang pertumbuhan kerohanian mereka itu. Ia mengetahui pula, bahwa tidak ada jalan lain yang lebih baik untuk memeteraikan petanya yang sangat dibenci itu kepada keturunan mereka, dan bahwa ia dengan demikian dapat membentuk tabiat mereka, bahkan yang lebih mudah lagi daripada membentuk tabiat orang tuanya. 12

Akibat yang Keterlaluan

Para pria dan wanita, suatu waktu kelak kamu akan mengetahui apakah hawa nafsu itu dan apa akibat menurutinya? Suatu hubungan layaknya suami istri dapat kita jumpai di lingkungan kita Nafsu birahi semakin di tonjolkan untuk memuaskan hasrat manusia. 13

Apakah akibatnya melepaskan hawa nafsu birahi?….Tempat tidur, di mana malaikat-malaikat Tuhan seharusnya mengetahui, dijadikan najis oleh perbuatan-perbuatan yang najis. Dan karena nafsu hewani yang memalukan itu yang merajalela, tubuh menjadi lemah; kebiasaan yang memuakkan membawa penyakit yang sangat dibenci. Apa yang telah diberikan Tuhan sebagai berkat sudah dijadikan kutuk. 14

Hubungan sex yang berlebih-lebihan akan merusak kegiatan kegemaran berbakti, tenaga itu doiambil dari zat-zat yang berada di dalam otak yang diperlukan untuk memberi makan susunan tubuh, dan akan hal yang berlebihan itu akan mengkuras kekuatan hidup sampai habis. Jangan ada seorang wanita yang membantu suaminya dalam pekerjaan membinasakan diri sendiri ini. Ia tidak akan melakukan hal ini kalau kiranya beroleh pengetahuan dan mengasihi suaminya itu dengan benar.

Apabila nafsu dimanjakan, maka ia semakin kuat dan semakin kuat menarik kita untuk untuk memanjakan nafsu itu sendiri. Biarlah para pria dan wanita yang takut akan Tuhan menyadari akan tugas kewajibannya. Banyak orang yang mengaku diri orang Kristen sedang menderita kelumpuhan saraf dan otak karena tidak bertarak dalam jurusan ini. 15

Hendaklah Para Suami Mempunyai Perhatian yang Penuh

Seharusnyalah para suami berhati-hati, tunjukkanlah kepada istri anda bahwa anda adalah seorang suami yang suka memperhatiakan, berpendirian tetap, dan berbelas kasihan. Mereka harus menyatakan kasih sayang dan simpati. Kalau mereka memenuhi perkataan Kristus, maka cinta mereka bukanlah bersifat hina, duniawi dan birahi, yang akan membawa kebinasaan kepada diri sendiri dan mendatangkan kelemahan dan penyakit kepada istri mereka. Mereka tidak akan memanjakan hawa nafsu berahi, sementara istri mendengungkan perkataan suaminya bahwa mereka harus tunduk kepada suami dalam segala perkara. Apabila suami mempunyai tabiat yang agung, kemurnian hati, pikiran yang ditinggikan sebagaimana setiap orang Kristen yang benar harus mempunyaihal itu, dan hal itu harus dinyatakan dalam hubungan suami istri. Kalau dia mempunyai pikiran Kristus, dia tidak akan menjadi pembinasa tubuh, tetapi akan dipenuhi dengan cinta kasih, berusaha untuk mencapai standar yang paling tinggi dalam Kristus. 16

Tiada seorang yang dapat mencintai istrinya dengan sungguh-sungguh apabila sang istri tidak menyerah dengan sabar menjadi budak sex dan melayani nafsu berahi yang cemar itu. Dalam penyerahannya yang pasif itu, si istri kehilangan nilai yang dahulu ada padanya dalam pemandangan suaminya. Suami memandang istrinya dapat terseret pada tingkat yang rendah apabila suatu saat suaminya meninggikan dia, dan ia akan berpikir bahwa istrinya mudah menyerahkan dirinya untuk dihinakan oleh orang lain seperti oleh dia sendiri. Ia bimbang akan kesetiaan dan kesuciannya, merasa bosan dengan istrinya, dan mencari perkara-perkara yang baru untuk membangkitkan dan menghangatkan nafsu birahinya yang celaka itu. Hukum Tuhan tidak diinginkan. Orang-orang seperti ini lebih tercelaka dari pada binatang hina; mereka itulah Iblis dalam bentuk manusia. Mereka tidak mengenal prinsip-prinsip yang meninggikan dan mengagungkan dari kasih yang suci dan murni itu.

Istri juga menjadi cemburu terhadap suaminya dan curiga kalau kiranya ada kesempatan, tentu ia pun akan memberikan kepada yang lain sama seperti kepadanya. Istri melihat bahwa suaminya tidak dikendalikan oleh hati yang suci atau takut akan Tuhan; segala tembok penghalang yang suci ini dirubuhkan olah hawa nafsu birahi; karakter Tuhan yang suci dalam diri suaminya itu dijadikan sebagai alat untuk memuaskan hamba nafsunya yang hina. 17

Tentang Tuntutan yang Melewati Batas

Persoalan yang harus dibereskan sekarang ialah: Apakah si istri harus merasa terikat untuk menyerah begitu saja kepada tuntutan suaminya, apabila ia melihat bahwa tidak lain dari nafsu birahi yang mengendalikan dia, dan apabila pertimbangan dan pikirannya yang sehat merasa yakin bahwa yang ia lakukan dengan menyerah itu akan menimbulkan bencana kepada tubuhnya, yang telah diperintahkan Tuhan padanya untuk dimiliki dalam kesucian dan kehormatan, dipelihara sebagai suatu korban yang hidup kepada Tuhan?

Bukanlah cinta yang suci dan murni, yang menuntun istri kepada penurutan nafsu birahi n suaminya dengan mengorbankan kesehatan moralnya. Kalau dia mempunyai cinta yang benar dan akal budi, ia akan berusaha untuk mengalihkan pikiran suaminya dari penurutan hawa nafsu kepada hal-hal rohani yang bermutu tinggi oleh mengingat perkara-perkara kerohanian yang menarik perhatian. Mungkin perlu dengan dorongan yang lemah lembut dan dengan cinta kasih, meskipun resikonya kurang menyenangkan suami, tetapi ia tidak boleh menghinakan tubuhnya oleh menyerah kepada hawa nafsu yang berlebihan. Dengan cara lemah lembut ia harus mengingatkan suaminya atas tuntutan Tuhan yang pertama dan yang tertinggi yaitu tubuh dan jiwanya, dan ia tidak dapat melalaikan tuntutan itu, karena ia bertanggung jawab pada hari Tuhan yang akan datang itu….

Kalau istri meninggikan cinta kasihnya, dalam kesucian dan kehormatan memelihara standar kewanitannya yang halus itu, maka ia dapat berbuat banyak dengan pengaruh kebijaksanaan untuk menguduskan suaminya, dan dengan demikian ia menyelamatkan suaminya dan dirinya sendiri, berarti melaksanakan tugas yang rangkap dua. Dalam masalah ini, suatu hal yang peka dan sulit untuk dilaksanakan, akal budi dan kesabaran sangat dibutuhkan, dan juga keberanian batin dan ketabahan. Kekuatan dan kasih karunia dapat diperoleh melalui permintaan doa, Cinta yang tulus ikhlas haruslah yang menguasai prinsip di dalam hati. Cinta kepada Tuhan dan cinta kepada suami sajalah yang menjadi alasan tindakan yang benar….

Apabila seorang istri menyerahkan tubuh dan pikirnnya kepada pengendalian suaminya, karena bersikap pasif kepada kehendaknya dalam segala perkara, mengorbankan hati sucinya, derajatnya, bahkan kepribadiannya, maka ia kehilanan kesempatan untuk mengerahkan pengaruh yang besar demi kebaikan, yang harus ada padanya untuk meninggikan derajat suaminya. Ia dapat mengikis sifat yang kasar dari suaminya, ia dapat mengerahkan pengaruhnya yang dapat menyucikan dengan satu cara yang menghaluskan dan menyucikan, mengajak dirinya supaya mau bergumul dengan tekun untuk memerintahkan hawa nafsunya dan meningkatkan pemikirannya tentang kerohanian sehingga mereka boleh sama-sama mendapat tabiat Ilahi, setelah menghindarkan diri dari kebinasaan yang ada dalam dunia ini bersama keinginannya. Kuasa pengaruh dapat menjadi besar untuk mengajak pikiran kepada perkara-perkara luhur dan mulia, di atas pemanjaan birahi yang hina, untuk mencari rahmat membarui hati yang kusut. Seandainya si istri merasa demi menghibur suami, ia harus turun kepada ukuran derajat suaminya, apabila hawa nafsu menjadi dasar kasihnya yang terutama serta mengendalikan segala perbuatannya, maka si istri tidak menyenangkan hati Tuhan; karena ia gagal menyerahkan suatu pengaruh yang menyucikan atas suaminya. Kalau ia merasa bahwa ia harus menyerah pada hawa nafsu suaminya tanpa pengatakan keberatannya, berarti ia tidak mengerti akan kewajibannya terhadap dia dan terhadap Tuhannya. 18

Tubuh Kita suatu Milik yang telah Dibeli

Hawa nafsu hewani berada dalam tubuh dan bekerja oleh tubuh itu sendiri. Perkataan “daging” atau “keinginan” maupun “hawa nafsu” meliputi tabiat hewani dan kerusakan; maka daging itu sendiri tidak dapat bertindak berlawanan kepada kehendak Tuhan. Kita diperintahkan supaya mengorbankan tubuh [daging], menyalibkan itu dengan segala keinginan dan hawa nafsu. Bagaimanakah caranya kita melakukan itu? Apakah kita menyakitkan tubuh itu? Tidak; tetapi membinasakan penggodaan kepada dosa. Pikiran yang jahat harus disingkirkan. Segenap pikiran harus ditaklukkan kepada Yesus Kristus. Segala kecenderungan kebinatangan harus ditaklukkan kepada kuasa yang lebih tinggi di dalam jiwa. Cinta Tuhan harus berkerajaan; Kristus harus menduduki takhta yang tidak terbagi-bagi. Tubuh kita haruslah dipandang sebagai milik tebusan_Nya. Anggota-anggota tubuh haruslah menjadi alat-alat kebenaran. 19

Oleh Ellen White

1 Solemn Appeal, p/ 139

2 Manuscript 126, 1903

3 RH, Sept. 25, 1888

4 TC, vol. 2, p. 252

5 Idem, p. 380

6 Idem, p. 391

7 TC, vol. 505

8 Idem, vol. 2, p 472

9 Idem, p. 447, 448

10 Idem, p. 381

11 Idem, p. 473

12 Christian Temprence and Bible Hygiene, p. 130

13 TC, vol. 2, p. 473

14 Manuscript 1, 1888

15 TC, vol. 2, p. 477

16 Manuscript 17, 1891

17 TC, vol 2, p. 478, 479

18 Idem, p. 475-477

19Manuscript1,1

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?