[AkhirZaman.org] Dukungan Paus Fransiskus terhadap ikatan sipil bagi pasangan sesama jenis menuai reaksi beragam, Kamis (22/10), di Filipina. Negara tersebut selama ini dikenal sebagai benteng Katolik di Asia. Seorang pensiunan uskup mengatakan ia tersinggung atas dukungan Paus Fransiskus, sedangkan kelompok LGBT menyambut dukungan paus dengan lega
Juru Bicara Presiden Rodrigo Duterte mengatakan pemimpin Filipina itu telah lama menyatakan dukungannya bagi ikatan sipil pasangan sesama jenis, tetapi, ia menambahkan, untuk merealisasikannya sebagai undang-undang memerlukan persetujuan Kongres.
Pensiunan Uskup Sorsogon Arturo Bastes mengatakan ia “memiliki keraguan yang sangat serius tentang kebenaran moral” pendirian paus. Ia mengatakan, pendirian itu bertentangan dengan ajaran gereja yang sudah lama ada, yang secara eksplisit hanya mengizinkan ikatan sipil, hukum atau gereja antara pria dan wanita, dan bukan antara sesama jenis.
“Ini adalah pernyataan mengejutkan yang datang dari paus,” kata Bastes kepada wartawan melalui pesan telepon. “Saya benar-benar tersinggung dengan pembelaannya terhadap ikatan sesama jenis, yang pasti mengarah pada tindakan tidak bermoral.
Setidaknya tiga uskup lain juga menyatakan ketidakpercayaannya dengan pernyataan paus tersebut. Mereka mengatakan akan memverifikasi apakah itu merupakan sikap resmi Vatikan dan apakah paus dikutip secara akurat dalam konteksnya dalam sebuah film dokumenter, di mana dia membuat pernyataan itu.
“Ini hanya film dokumenter, jadi tidak resmi, dan harus diverifikasi terlebih dulu,” kata Uskup Balanga Ruperto Santos. Ia menambahkan bahwa mungkin saja ada perubahan penyuntingan untuk tujuan propaganda sehingga film dokumenter ini ramai dibicarakan.
Konferensi Waligereja Filipina, organisasi keuskupan terbesar di negara mayoritas Katolik Roma ini, belum mengeluarkan reaksi apa pun.
Kelompok LGBTQ Bahaghari mengatakan kepada ABS CBN News bahwa pernyataan sikap paus adalah hal yang “sangat besar” dan harus mengarah pada perubahan undang-undang keluarga Filipina yang mengakui ikatan tersebut.
Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Harry Roque, mengatakan Duterte telah lama mendukung ikatan sipil pasangan sesama jenis dan dukungan paus kemungkinan bisa meyakinkan para legislator untuk memberikan persetujuan mereka.
Pada masa lalu, proposal semacam itu ditentang atau dihindari oleh para legislator konservatif atau mereka yang takut dikecam para pemimpin gereja yang berpengaruh.
“Dengan adanya dukungan paus, saya kira orang paling konservatif dari semua Katolik di Kongres pun tidak lagi memiliki dasar untuk merasa keberatan atas ikatan sipil pasangan sesama jenis,” kata Roque.
Dalam kebudayaan saat ini, orang Kristen seringkali dipersalahkan karena dengan terang-terangan menolak persamaan hak bagi kaum gay dan lesbian yang saling mencintai, sementara kita yang heteroseksual dilindungi oleh hukum. Kita dipersalahkan karena dianggap lebih unggul secara moral, dan karena telah bersikap menghakimi bahkan membenci. Mengapa dosa homoseksualitas ini memicu kritik yang begitu tajam dari para pengikut Kristus terhadap kaum gay dan mereka yang mendukung pernikahan sesama jenis, padahal kita sendiri adalah orang-orang berdosa yang memerlukan pengampunan Tuhan?
Homoseksualitas tetaplah dosa, dan pernikahan sesama jenis tetaplah kesalahan besar meskipun gereja gagal menghidupi kebenaran Alkitabiah sebagai komunitas orang percaya. Orang Kristen seringkali dicela karena tingkat perceraian yang terjadi di antara pasangan heteroseksual
Namun demikian, tingkat perceraian tidak membatalkan rencana Allah atau menyebabkan pernikahan heteroseksual tidak berlaku…hanya saja menjadi kurang dihargai. Memang benar bahwa banyak orang Kristen yang telah berdosa karena melupakan sumpah dan janji yang diucapkan di altar di hadapan banyak saksi. Tapi bukan berarti homoseksualitas, pernikahan sesama jenis atau dosa lainnya menjadi benar karena hal tersebut—dan bukan berarti ini menjadi alasan untuk mengesahkan kesetaraan yang dituntut kaum LGBT.
Ketika hukum yang ditetapkan manusia, menyatakan bahwa pernikahan sesama jenis setara dengan pernikahan heteroseksual, dosa homoseksualitas ini pun memiliki kekuatan untuk mendefinisikan ulang arti pernikahan dan keluarga sehingga menjauh dari Cetak Biru Sang Pencipta, yang sedianya membawa kehidupan dan damai sejahtera. Legalisasi pernikahan sesama jenis memiliki daya untuk memicu moralitas alternatif dan relative. Relativisme tersebut membawa rasa bingung di mana tadinya sangat jelas kebenarannya.
“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3,4)
“Yang mengatakan kepada para tukang tilik: “Jangan menilik,” dan kepada para pelihat: “Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.” (Yesaya 30:10,11)