Saturday, November 23, 2024
Google search engine
HomeKeluargaPelajaran KeluargaBUKAN SUAMI YANG BAIK

BUKAN SUAMI YANG BAIK

Suami yang Mengharap Istri Memikul Beban Dua Kali Lipat
[AkhirZaman.org] Dalam kebanyakan keluarga ada anak-anak yang berbeda-beda usianya, sebagian dari mereka memerlukan bukan saja perhatian dan disiplin yang bijaksana dari ibunya tetapi juga pengaruh yang lebih keras, demikian juga kasih sayang dari bapanya. Sedikit saja bapa-bapa yang memandang hal ini penting sebagaimana yang sepatutnya. Mereka menjadi lalai terhadap tugasnya sendiri dan dengan demikian menimbulkan beban yang berat kepada sang ibu, pada waktu yang sama merasa bebas untuk mengritik serta menyalahkan segala perbuatan ibu itu menurut pertimbangan mereka. Di bawah perasaan tanggung jawab yang berat dan celaan ini, istri dan ibu yang malang itu seringkali merasa bersalah dan menyesalkan hal yang dilakukannya dengan tulus ikhlas ataupun tanpa pengetahuan, dan seringkali apabila telah diperkenankan dan hatinya digembirakan, ia pun terpaksa berjalan di bawah awan duka cita dan celaan karena suaminya yang melalaikan kewajibannya sendiri, mengharpakan istrinya melaksanakan kewajiban istri dan kewajibannya sendiri dengan memuaskan hatinya, tanpa mempedulikan keadaan yang mempengaruhinya.

Banyak suami tidak mengerti dengan sepenuhnya tidak menghargai keluh kesah, serta kebingungan yang diderita oleh istri mereka yang pada umumnya terikat kepada tugas rumah tangga yang tidak habis-habisnya sepanjang hari. Mereka sering pulang ke rumahnya dengan muka asam, tidak membawa kegemhiraan kepada lingjungan keluarga. Kalau makanan tidak disajikan pada waktunyam maka istri yang sudah penat, yang seringkali pula sebagai pengurus rumah, perawat, jurumasak, dan babu sekaligus, disambut dengan mencari-cari kesalahan. Bapa yang suka memaksa itu mungkin rela mengambil anak yang menyusahkan ini dari tangan ibunya yang sudah lelah agar usahanya menyediakan makanan keluarga dapat dipercepat; tetapi kalau anak itu gelisah dan cerewet dalam tangan bapanya, jarang sekali bapa itu merasa wajib bertindak sebagai perawat dan berusaha mendiamkan dan meneduhkannya. Dia tidak pernah berpikir sejenak, berapa lama ibu telah menderita karena cengengnya anak itu melainkan berseru dengan tidak sabar, “Ibu, ambillah anakmu ini.” Bukankah anak itu anaknya sendiri sama seperti ibu itu? Bukankah ia juga mempunyai kewajiban yang sewajarnya supaya dengan sabar memikul kewajibannya untuk melaksanakan tugasnya memelihara anak-anaknya?

Kata-kata Nasihat; Seorang Suami Diktator dan Manjajah
Hidupmu akan jauh lebih berbahagia kalau engkau tidak merasa bahwa hak mutlak ada padamu karena kamulah suami dan bapa. Tingkah lakumu menunjukkan bahwa kamu menyalahtafsirkan kedudukanmu, sebagai pengikat rumah tangga. Engkau gelisah dan bersifat diktator dan seringkali menunjukkan kurang pertimbangan, sehingga bagaimanapun engkau memandang tindakanmu pada waktu yang demikian pantas, tindakahn itu tidak dapat dijadikan pantas pada pemandangan istri dan anak-anakmu. Apabila engkau telah mengambil suatu pendirian, jarang sekali engkau mau mundur dari pendirian itu. Engkau talah menenuntut melaksanakan rencanamu, sedang banyak kali engkau pun tidak mengikuti tindakan yang benar dan seharusnya melihat itu pula. Apakah yang lebih engkau perlukan, jauh lehih banyak, ialah cinta kesabaran dan kurang ketetapan hati hendak menuruti kemauanmu sendiri, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Dalam tindakan yang sekarang engkau lakukan, gantinya sebagai seorang pengikat rumah tangga, engkau bagaikan seorang alat penindas dan menusahkan orang-orang lain….

Dalam berusaha hendak memaksa orang-orang lain untuk menjalankan buah pikiranmu dalam segala hal, seringkali engkau mendatangkan bencana yang lebih besar daripada kalau kiranya engkau menyerah dalam masalah tersebut. Ini adalah benar namun apabila segala pikiranmu itu tidaklah benar adanya; semuanya berlebih-lebihan sebagai akibat keanehan organisasimu; sebab itu engkau memaksakan perkara yang salah dalam satu cara yang kuat dan tidak masuk akal.

Engkau mempunyai pendangan yang aneh dalam masalah pengurusan keluargamu. Engkau menjalankan suatu kuasa sendiri dengan sewenang-wenang, yang tidak mengizinkan kebebasan kemauan hati di sekelilingmu. Engkau berpikir bahwa diri sendiri adalah seorang kepala yang cukup berkuasa dalam keluarga dan merasa bahwa kepalamu sanggup untuk menggerakkan setiap anggota seperti mesin yang digerakkan dalam tangan orang-orang yang bekerja. Engkau mendiktekan dan mengambil alih segala kuasa. Tindakan ini tidak menyenangkan hati Allah dan mendukakan malaikat-malaikat yang berbelas kasihan. Engkau telah memperlakukan dirimu di dalam keluargamu seolah-olah hanya engkau sendirilah yang sanggup untuk memegang pemerintahan. Perasaanmu telah tersinggung karena istrimu berani melawan pertimbanganmu atau membantah keputusanmu.

Para Suami yang Cerewet dan Suka Berbantah-bantah
Hai para suami, berikanlah kepada istrimu kesempatan untuk kehidupan kerohaniannya….Oleh banyak suami kecenderungan menjadi cerewet terdorong demikian rupa hingga mereka seperti anak-anak yang sudah dewasa. Mereka tidak meninggalkan hidup kekanak-kanakan itu di belakang. Mereka menghargai perasaan ini sehingga mengekang seluruh hidup oleh persungutan mereka yang bersifat perbantahan. Dan bukan kehidupan mereka saja melainkan kehidupan orang-orang lain juga. Mereka membawa sertanya roh Ismail, yang tangannya adalah melawan semua orang dan tangan semua orang melawan dia.

Suami yang Mementingkan Diri dan Bermuram Durja
Saudara B tidak mempunyai tabiat yang dapat membawa kesukaan kepada keluarganya. Di sinilah suatu tempat yang baik baginya untuk memulai pekerjaan. Ia adalah lebih seperti suatu kabut dari suatu sinar terang. Terlalu kikir dia mengucapkan kata-kata restu kepada anggota-anggota keluarganya, khususnya kepada seorang yang ada di antara sekalian yang seharusnya memperoleh cinta dan penghormatan besikap diktator; perkataannya menusuk dan meninggalkan sebuah luka yang tidak diusahakannya untuk menyembuhkan oleh menghaluskan rohnya, mengaku kesalahannya dan mengaku perbuatannya yang salah itu….

Saudara B haruslah mempunyai perasaan halus; ia harus mempertumbuhkan kehalusan budi bahasa dan sopan santun. Ia harus berlaku sangat lemah lembut terhadap istrinya, yang seperti dia dalam segala hal, ia tidak boleh sama sekali mengucapkan sepatah kata yang akan mendatangkan kemurungan gelap kepada hati istri itu. Ia harus memulai pekerjaan reformasi di rumah; ia harus mempertumbuhkan cinta kasih dan mengalahkan sifat-sifat yang kasar, yang tidak berperasaan, dan sikap tidak dermawan dalam tingkah lakunya.

Suami dan bapa yang bermuram durja, mementingkan diri, dan suka memaksa bukan hanya dirinya yang tidak bahagia, melainkan didatangkannya kemuraman terhadap semua penghuni rumahnya. Ia akan menyabit akibatnya dengan melihat istrinya hilang semangat, sakit-sakit dan anak-anaknya dinodai dengan kelakuannya yang buruk itu.

Seorang Suami yang Congkak dan Tidak Bertoleransi
angry CopyEngkau terlalu banyak mengharap dari istri dan anak-anakmu. Engkau mencela terlalu banyak. Kalau engkau memberi dorongan agar bersukaria, bersuka dalam penahanan diri dan berbicara dengan manis dan lemah lembut kepada mereka itu, engkau akan membawa kegembiraan ke dalam tempat kediamanmu gantinya kemurungan gelap, dukacita, dan keadaan yang tidak berbahagia. Engkau memikirkan terlalu banyak tentang pertimbanganmu sediri ; engkau telah mengambil sikap yang keterlaluan, dan engakau tidak mau kalau pertimbangan istrimu boleh berlaku secara wajar dalam keluargamu. Engkau tidak memberi dorongan penghargaan kepada istrimu ataupun mendidik anak-anakmu supaya menghormati pertimbangannya. Engkau tidak menjadikan dia sederajat dengan engkau, tetapi telah mengambil kendali pemerintahan dan kuasa ke atas tanganmu sendiri serta mengikat mereka itu dengan genggaman yang kokoh. Engkau tidak mempunyai watak yang berbelas kasihan dan simpati. Sifat-sifat tabiat ini perlu engkau pertumbuhkan sekiranya engaku mau menjadi seorang yang menang dan kalau sekiranya engkau menginginkan berkat Allah dalam keluargamu.

Kepada Seorang yang Tiada Mengindahkan Kesopanan Kristen
Engkau memandang suatu kelemahan kalau bermurah hati, lemah lembut, simpati dan engkau menganggap derajat menjadi rendah jika berbicara dengan halus, lemah lembut dan mencintai istrimu. Inilah yang menjadi kesalahanmu sebagai seorang jantan yang mempunyai martabat yang benar. Watak seorang yang tidak melaksanakan perbuatan lemah lembut, kemurahan, adalah suatu kelemahan dan menjadi cacat di dalam tabiatmu. Apa yang engkau pandang suatu kelemahan, dalam pemandangan Allah sebagai kesopanan Kristen yang benar, harus dilaksanakan setiap orang Kristen; karena inilah roh yang dinyatakan oleh Kristus.

Para Suami Pantas Mencintai dan Dicintai
Kalau suami seorang yang suka menindas, menuntut, suka mencela istrinya, ia tidak dapat memelihara penghormatan dan cinta kasih dari istrinya, dan hubungan mereka sebagai suami istri menjadi kebencian kepadanya. Ia tidak akan mengasihi suaminya, karena suami itu tidak berusaha menjadikan dirinya patut dikasihi. Para suami haruslah berhati-hati, suka menaruh perhatian, berpendirian, setiawan dan mempunyai cinta kasih. Mereka harus menyatakan simpati dan kasih sayang….Apabila suami mempunyai tabiat yang mulia, hati yang suci, pikiran yang tinggi, yang seharusnya ada pada tiap-tiap orang Kristen yang benar, hal itu haruslah dinyatakan dalam hubungan suami istri….Ia harus berusaha agar istrinya selalu sehat dan beroleh keberanian hati. Ia harus berusaha sedapat mungkin sehingga ia dapat mengucapkan kata penghiburan, menciptakan suatu suasana perdamaian dalam lingkungan rumah tangga.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?