Friday, November 22, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupPendidikanAsal Mula keragaman Bahasa di Planet Bumi

Asal Mula keragaman Bahasa di Planet Bumi

Pada awalnya, bumi ini diciptakan dengan Satu bahasa saja, sama sekali tidak terdapat. Tapi ketika peristiwa itu terjadi semuanya berubah…

[AkhirZaman.org] Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.  Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”  Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.

Maka terjadilah air bah menimpa bumi membinasakan semua yang ada didalamnya, membersihkan dunia dan segala isinya, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.  Tetapi nuh beserta keluarganya selamat oleh bahterah sesuai dengan Firman Tuhan.

Untuk mengisi kembali bumi yang sunyi sepi, Allah memelihara satu keluarga saja, yaitu rumah tanggah Nabi Nuh. Kepadanya dia berkata, “Sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” Kejadian 7:1. Tetapi  didalam diri ketigah anak-anak Nuh—Sem, Ham dan Yafet—terbayang karakter keturunan mereka.

Nuh melalui ilham, berkata-kata menubuatkan tiga ras yang besar yang akan muncul dari leluhur umat manusai itu. Menelah keturunan Ham, melalui anak-anaknya, bukan melalui ayah mereka, Nuh berkata, “(Kejadian  9:25) “Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya.”  Kejahatan Ham yang luar bisa menunjukkan adanya kekejian serta kejahatan wataknya. Sifat-sifat yang jahat ini diteruskan kedalam diri kanaan dan keturunannya, yang keatasnya Allah jatuhkan hukuman sebab dosa mereka yang terus-menerus.

Di lain pihak; sikap hormat yang dinyatakan Sem dan Yafet kepada ayah mereka, yang berarti penurutan mereka terhadap hukum Ilahi, menjanjikan suatu masa depan yang gemilang bagi keturunan mereka. Tentang anak-anak mereka dikatakan, “Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya. Allah meluaskan kiranya tempat kediaman Yafet, dan hendaklah ia tinggal dalam kemah-kemah.” Kejadian 9:26,27. Terutama keturunan Yafet mereka turut menerima berkat-berkat injil.

 

Keturunan kanaan merosot dalam suatu bentuk kekafiran yang paling keji. Sekalipun kutuk yang diucapkan nabi itu menetapkan mereka kepada perbudakan, kutuk itu di tunda kegenapannya sampai kejahatan mereka melewati batas sikap panjang sabar Allah. Kemudian mereka menjadi hamba-hamba kepada keturunan Sem dan Yafet.

Nubuatan Nuh bukanlah untuk menetapkan tabiat serta nasib anak-anaknya. Tetapi menunjukkan apa yang akan menjadi akibat jalan hidup mereka yang telah mereka pilih masing-masing, dan tabiat yang mereka kembangkan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa anak-anak mewarisi kecenderungan-kecenderungan orang tua mereka, dan meniru teladan hidup mereka. Dengan demikian kejahatan serta sikap tidak hurmat yang ada pada diri Ham dipantulkan dalam hidup keturunannya, serta mendatangkan kutuk atas diri mereka dalam banyak generasi selanjutnya. Di pihak lain, betapa besarnya pahala yang diberikan atas sikap rasa hormat Sem terhadap ayahnya; dan betapa agungnya garis keturunan orang-orang suci yang terlihat dari  keturunannya!

Dalam kurun waktu tertentu keturunan Nuh itu terus bermukim di antara gunung-gunung yang di mana bahtra itu kandas. Tatkalah jumlah mereka sudah semakin banyak, kemurtadan segera menimbulkan perpecahan. Mereka mau melupakan Khalik mereka dan menyisikan tuntutan hukum-hukumNya, merasakan adanya tempelakan terus menerus dari pengajaran dan teladan hidup dari orang-orang yang takut akan Tuhan. Tidak lama sesudah  itu mereka mengambil keputusan untuk memisahkan diri. Kemudian merekapun brangkat menuju padang Sinear, ditepi sungai Efrata. Mereka tertarik dengan keindahan alam sekitarnya dan kesuburan tanahnya.

Di tempat ini mereka bermaksud mendirikan suatu kota besar dengan sebuah menara, menara Babel, yang sangat tinggi didalamnya, sehingga akan menjadi keajaiban dunia. Allah telah memerintakan mereka untuk pergi menyebar diseluruh permukaan bumi ini, tetapi para pembangun menara Babel ini bertekat untuk membentuk suatu masyarakat yang tergabung dalam satu klompok, dan ia membangun suatu kerajaan yang akhirnya akan mencakup seluruh dunia ini. Dengan demikian kota mereka akan merupakan satu kota metropolitan kerajaan dunia. Kemuliaannya akan membuat dunia mengaguminya dan menghormatinya. Menara yang megah itu, yang punjaknya sampai ke angkasa dimaksudkan sebagai suatu tuguh peringatan akan kekuasaan dan kebijaksanaan para pendirinya.

Penduduk padang sinear tidak mempercayai janji Allah bahwa Ia tidak akan mendatangkan Air bah lagi keatas dunia ini. Satu tujuan yang ada di hadapan mereka membangun menara ini adalah untuk menjaga keselamatan mereka seandainya Air Bah yang lain datang kembali melanda. Dan apabila mereka dapat naik tinggi keawan-awan, mereka berharap akan dapat memastikan apa penyebab Air Bah itu. Segala usaha ini di maksudkan untuk mengangkat lebih tinggi lagi kebanggaan para pembangunnya, dan memalingkan pikiran genarasi menatang dari Allah.

Ketika menara itu sudah selesai separuh, tiba-tiba pekerjaan yang sedang berlangsung itu dengan cepat terhenti. Malaikat di suruh menggagalkan maksud para pembangun menara itu.  Tuhan berfirman: Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing”(kej 11:7).  Menara itu telah berjulang tinggi sekali, sebab itu orang-orang harus ditugaskan di pos yang berbeda-beda, dan masing-masing mereka harus menerima dan kemudian menyampaikan permintaan bahan-bahan yang di perlukan kepada orang yang dibawahnya. Sementara pesan disampaikan dari satu orang kepada orang lain, bahasa mereka tiba-tiba menjadi kacau, sehingga petunjuk-petunjuk yang di sampaikan sering bertentangan dengan apa yang telah  diberikan. Setiap pekerjaan terhenti. Tukang-tukang yang bekerja itu tidak memahami apa yang telah menyebabkan terjadinya salah pengertian yang amat ganjil di antara mereka, dan dengan rasa marah dan kecewa, mereka saling menyalahkan satu dan lainnya.

Kini mereka yang saling mengerti bahasa yang satu dengan lainnya berkumpul bersama-sama. Sebagian pergi ke suatu tempat dan yang lainnya pergi ke tempat yang lain. ”Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi“(kej11:8). Tersebar-luasnya mereka adalah suatu cara memenuhi kembali bumi ini, dan dengan demikian maksud TUHAN telah terlaksana melalui satu cara yang telah digunakan manusia untuk menggagalkannya.

Tetapi betapa satu kerugian besar! Allah bermaksud supaya apabila manusia pergi mendirikan bangsa-bangsa di berbagai tempat di bumi ini mereka akan membawa pengetahuan akan terang kebenaran itu. Nuh, pengkhotba kebenaran yang setia itu, hidup 350 tahun setelah Air Bah, dan Sem hidup 500 tahun lagi; dengan demikian keturunan mereka mempunyai satu kesempatan untuk mengetahui tuntunan-tuntunan Allah, dan sejarah bagaimana Allah telah memperlakukan leluhur mereka.  Tetapi mereka tidak mempunyai kerinduan untuk memelihara pengetahuan tentang Allah; dan dengan kacaunya bahasa manusia pada saat itu berarti hubungan mereka telah putus dengan orang yang sebenarnya dapat memberikan terang kebenaran pada mereka.

Orang-orang Babel telah bertekad untuk mendirikan suatu pemerintahan yang terlepas dari Allah. Namun ada beberapa orang diantara mereka yang takut akan Allah. Demi orang-orang yang setia itu, Tuhan menundah hukuman-Nya dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya. Anak-anak Allah berusaha mencegah mereka dari maksud mereka itu, tetapi orang banyak itu telah bersatu padu untuk menentang surga. Kalau saja mereka dibiarkan, mereka akan langsung merusakkan kembali akhlak dunia ini pada waktu usia permulaannya. Apabila permufakatan itu dibiarkan berlarut-larut, maka suatu kuasa yang hebat akan merajalelah dan menghapuskan kebenaran, sehingga—lenyaplah damai, kebahagiaan dan keamanan—dari bumi ini.

Mereka yang takut akan Tuhan berseruh kepada-Nya agar Ia segerah turun tangan. “Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu“(kej 11:5).  Di dalam rahmat-Nya kepada dunia ini, Ia telah menggagalkan maksud dan tujuan para pembangun menara itu. Di dalam kemurahan-Nya Ia telah mengacaukan bahasa mereka. Tuhan bersikap panjang sabar terhadap kejatuhan manusia, dengan memberikan kepada mereka kesempatan untuk bertobat. Dari waktu ke waktu tangan yang tidak kelihatan itu telah berusaha membendung kejahatan. Bukti yang nyata telah diberikan khalik semesta alam, adalah pemerintahan surga dan dunia. Tidak seorangpun dapat menghina kekuasaan-Nya tanpa mendapat hukuman.

Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.  Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi─ Kejadian 11:8,9.

Oleh: Ellen G. White

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?