[AkhirZaman.Org] Konflik dalam rumah tangga tidak terhindarkan. Para suami dan istri melihat bebagai hal secara berbedah, dan pernikahan akan sangat membosankan kalau tidak seperti itu. Tetapi dari perbedaan-perbedaan itu bisa muncul ketidak cocokan, dan dari ketodak cocokan itu timbul konflik yang bisa mengakibatkan rasa frustasi dan amarah yang memuncak.
Apabila pasangan suami-istri memandang konflik engan rasa cemas, seolah-olah itu akan mengancam hubungan mereka. Konsep yang salah ini menyebabkan sebagian orang berusaha menghindari konflik dengan tidak mengakui kalau konflik itu ada, dan melarikan diri dari knflik, atau dengan terpaksa memendam perasaan-perasaan itu. Bahkan, kadang-kadang berkembang jadi serius apabila masalah-masalah yang ada itu disimpan rapat-rapat dan tidak dikeluarkan. Bebebrapa aturan sederhana dapat membawah pemecahan masalah secara konstruktif.
1. Pilihlah waktu dan tempat yang baik
Paling bagus kalau menyelesaikan konflik waktu masih hangat, tetapi jika salah satu dari anda masih marah atau tidak rasional, tunda dulu pembicaraan. Tetapi jangan menunda terlalu lama. Dan kalau pasangan anda tidak mengungkit-mengungkit lagi masalah itu barulah anda mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Bila membicarakan hal-hal yang penting jangan biarkan ada gangguan yang tidak perlu. Mungkin telepon dimatikan atau sepakat untuk tidak menghiraukan kalau ada orang lain yang memencet bel pintu. Kalau masalah ini tidak terkait dengan anak-anak, katakana bahwa anda berdua hendak membahas hal yang penting dan minta mereka agar tidak mengganggu. Jika anda berdua mampu menyelesaikan masalah itu dengan baik, tidak ada salahnya jika anak-anak ikut dengar dan memperhatikan, anggaplah sedang member contoh kepada mereka bagaimana menyelesaikan ketidak cocokan secara sehat.
Usahakan tidak membahas masalah-masalah yang berat setelah larut malam. Keputusan yang dibuat terlalu malam ketika secara jasmani, pikiran dan jiwa sudah kelelahan cenderung menjadi keputusan yang emosional. Lebih baik menyimpan pembahasan sampai besok setelah anda beristirahat dengan cukup dan bangun lebih wal.
Banyak keluarga yang teratur menyisihkan waktu tertentu setiap pekan sebagai “malam pergumulan.” Ini menghilangkan percakapan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dan pada waktu-waktu yang tidak tepat supaya masalah-masalah bisa didiskusikan sebelum masalah berlarut-larut.
2. Katakana secara terus terang
Ungkapkan perasaan anda secara terbuka dan terhormat melalui penggunaan pesan keakuaian secara efektif. Bicarakanlah secara langsung, jelas, tenang dan tanpa amarah. Sebutkan alasan-alasannya mengapa anda membela pendapat anda. Jelaskan bagaimana anda pikir masalah ini dapat dipecahkan dan apa resikonya. Berbicaralah dengan tenang dan sikap yang terkendali, turunkan nada suara, jangan dengan nada yang tinggi.
3. Tetap pada pokok masalah
Pusatkan pada satu masalah sampai tuntas. Semakin banyak masalah yang dimunculkan pada suatu saat, semakin kecil kemungkinannya untuk dituntaskan. Tetapkan bahwa masalah lain tidak boleh dibahas sebelum satu masalah dipecahkan. Kalau perlu tulis pada secari kertas “agenda pembahasan brikut” dan jangan campuraduk dengan masalah lain. Hindari perdebatan untuk masalah-masalah yang sudah lama lewat. Sepakatilah kalau tuduhan sudah lewat 6 bulan tuduhannya tidak bisa lagi diterima.
4. Tunjukkan rasa hormat
Anda bisa saja tidak setuju dengan pendapat pasangan anda. Mungkin juga anda ditentang dengan keras. Tetapi anda tetap dapat menghargai haknya mempertahankan haknya. Berikut adalah hal-hal yang anda tidak boleh lakukan :
- Jangan memanggilnya dengan sesuatu sebutan.
- Jangan mengancam akan menceraikannya.
- Jangan menyinggung soal saudara-saudara atau keluarganya.
- Jangan merendahkannya soal penampilan atau kecerdasannya.
- Jangan melakukan kekerasan fisik.
- Jangan memaki.
- Jangan menyela.
Kata-kata yang terlontar dalam keadaan marah tidak dapat ditarik kembali. Tidak ada yang bisa menghapus akibat dari ancaman atau ucapan-ucapan kasar karena amarah. Berbicara dan mendengarkan dengan rasa hormat.
5. Catat jalan keluar.
Apabila perasaan telah diutarakan secara terbuka dan konstruktif anda akan mengerti masalahnya dan mencari alternative yang rasional. Bahaslah setiap kemungkinan jalan keluar sekalipun kelihatannya seperti mustahil, tetapi jangan mengira-ngira hal itu sekarang.
6. Evaluasi pemecahannya.
Begitu semua informasi telah dikemukakan anda berdua bisa melakukan pilihan yang baik mengenai tindakan apa yang dianggap paling tepat. Cermati lagi catatan anda dan bertukar pandangan mengenai akibat-akibatnya sementara anda mengevaluasi setiap pemecahan.
7. Pilih jalan keluar yang paling bisa diterima.
Bersikap tegas pada diri sendiri untuk memilih jalan keluar yang paling memenuhi kebutuhan anda berdua atau kebutuhan pihak yang saling tersakiti. Pilihan ini mungkin memerlukan langkah negosiasi dan kompromi yang baik. Jangan bertujuan untuk menang, sebab kalau ada yang menang pasti ada yang kalah, dan tidak ada yang mau kalah.
Jalan keluar yang dicapai dengan cara salah satu mengalah, mengenai kompromi, atau salah satu memberikan kesempatan pada yang lain lebih dulu daripada sekedar mengalah. Perhatikan agar jangan sampai satu pihak yang selalu mengalah. Sebagaimana bertengkat perlu dua orang, begitu juga perlu dua orang berdamai. Mengalah ditengah konflik membutuhkan kematangan nyata, oleh sebab hal itu berarti anda mengakui bahwa pendapat anda salah dan sekarang anda mau berubah pikiran
8. Laksanakan keputusan.
Tentukan siapa melakukan apa, dimana, dan kapan. Begitu anda mencapai suatu keputusan ingatlah dua orang seringkali memandang persetujuan itu dengan perasaan berbeda. Bila itu terjadi lebih baik kesepakatan itu ditungkan dalam catatan dan kalau perlu masing-masing menandatanganinya. Teknik ini efektif bagi anak-anak juga, terutama para remaja.
Sebuah kesepakatan yang bersahabat dapat menyelesaikan konflik. Acapkali bila salah satu mengalah yang lain akan merasa kesal dan memperlihatkan sikap yang tidak menyenangkan sepanjang hari—tidak mau bicara, kurang tidur, dan mengulangi pertengkaran keesokan harinya. Salah satu pasangan bisa begitu keras kepala. Masing-masing merasa puas untuk kepentingannya sendiri. Tapi apakah soal siapa yang salah dan siapa yang benar itu penting? Pasangan yang paling peduli harus sanggup menyelesaikan persoalan berdasarkan seberapa penting masing-masing menilai kebutuhannya pada saat itu. Pemecahan dapat dicapai dengan lebih mudah bila masing-masing pihak mau melihat masalah itu dari sudut pandang pihak lain.
Pada intinya libatkan Kristus dalam rumah tangga masing-masing dan saling menghargai.
Kolose 3:18,19 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
I Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
The complet marriage by nancy van pelt.