Thursday, November 21, 2024
Google search engine
HomeAktifitasBelajar Firman TuhanWAHYU 9: ISLAM DALAM NUBUATAN ALKITAB (5)

WAHYU 9: ISLAM DALAM NUBUATAN ALKITAB (5)

16. Celaka yang pertama sudah lewat. Sekarang akan menyusul dua celaka lagi. — Wahyu 9:12. 

[AkhirZaman.org] Dalam pelajaran yang lalu kita telah melihat bagaimana Islam lewat kerajaan Ottoman Turki berhasil menginvasi kerajaan Romawi Timur. Dan tentunya ini berpengaruh pula pada Roma Kepausan. Namun bila kita berkaca pada ayat 12 di atas bahwa “celaka yang pertama sudah lewat” maka itu merujuk pada yang terjadi selama 150 tahun (1299-1449) tatkala kerajaan Ottoman Turki membuat kerajaan Roma menderita selama kurun waktu itu. Tetapi di kalimat terakhir ayat 12 berkata bahwa “sekarang akan menyusul dua celaka lagi.” Celaka apakah yang dimaksud?

17. Lalu malaikat yang keenam meniup sangkakalanya, dan aku mendengar suatu suara keluar dari keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah. – Wahyu 9:13.

Mari sejenak kita kembali ke lokasi Ka’abah di Surga, di mana terdapat mezbah emas di hadapan Allah. Sesuai Wah 8:3-4, kita tahu bahwa mezbah ini terdapat di bilik pertama dari Ka’abah, yaitu di Bilik yang Suci, di mana Kristus masih mempersembahkan dupa. Setelah berakhirnya celaka yang pertama, maka sangkakala yang keenam pun ditiup. Dan dari keempat tanduk mezbah emas di hadapan Allah, keluar suatu perintah (suara). Apakah itu?

18. Dan berkata kepada malaikat yang keenam yang memegang sangkakala itu: “Lepaskanlah keempat malaikat yang terikat dekat sungai besar Efrat itu.”—Wahyu 9:14.

Ini tidak sama dengan Wah 7:1 di mana ada empat malaikat yang menahan mata angin. Ini adalah empat malaikat yang ditahan di dekat sungai Efrat. Kata “Efrat” berarti memancar keluar dengan kekuatan yang besar, seperti air yang mengalir dengan deras. Bentuk metafora ini dipakai pada zaman dulu untuk menggambarkan suatu kekuasaan (raja/pemerintahan) yang menguasai secara menyeluruh. Pemahaman ini diambil dari kenyataan ketika salju di Gunung Ararat mencair, maka sungai Efrat menjadi sungai yang sangat deras dan seringkali melimpah keluar dari bantalan sungainya.

Sebagai contoh, Raja Asyur dimetaforakan sebagai sungai Efrat, kita baca di Yesaya 8:7-8: “Sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya, serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!” Jadi sungai Efrat di Wahyu 9:14 ini pun melambangkan suatu kekuatan (pemerintahan) yang berhasil menguasai secara menyeluruh. Kita akan melihat siapa ini.

19. Maka dilepaskanlah keempat malaikat yang telah disiapkan bagi jam dan hari, bulan dan tahun untuk membunuh sepertiga dari umat manusia. – Wahyu 9:15.

Kita lihat bahasa Inggrisnya, “And the four angels were loosed, which were prepared for an hour, and a day, and amonth, and a year, for to slay the third part of men.”

Dalam terjemahan bahasa Indonesianya, kurang dicantumkan bilangan 1 pada jam, hari, bulan dan tahun. Jadi, penguasa penghancur yang dilepaskan diberi waktu (nubuatan) 1 jam, 1 hari, 1 bulan dan 1 tahun untuk membunuh sepertiga umat manusia.

Kita tahu bahwa pembahasan pasal 8 dan 9 adalah mengenai kerajaan Roma. Di sini kita bertemu lagi dengan angka sepertiga, yang menandakan bagian yang terakhir dari kerajaan Roma, yaitu Roma Timur. Tetapi sekarang perintahnya adalah untuk “membunuh” bukan hanya “menyiksa” seperti yang ditulis di ayat 5. Berarti dalam celaka yang kedua ini, kerajaan Romawi Timur akan dimusnahkan secara menyeluruh.

Berapa lamakah waktu nubuatan 1 jam, 1 hari, 1 bulan dan 1 tahun ini? Tetap menggunakan prinsip dalam Yehezkiel 9:4 bahwa 1 hari nubuatan = 1 tahun literal

1 jam nubuatan = 1/24 x 1 hari nubuatan = 15 hari literal. 
1 hari nubuatan = 1 tahun literal.
1 bulan nubuatan = 30 hari nubuatan = 30 tahun literal.
1 tahun nubuatan = 360 hari = 360 tahun literal.

Bila kita jumlahkan seluruhnya maka adalah 391 tahun literal + 15 hari literal. Celaka yang pertama adalah 5 bulan (150 tahun) berdasar Wahyu 9:5, 10, yang berawal dari 27 Juli 1299 dan berakhir pada 27 Juli 1449. Sangkakala yang keenam segera mengikutinya. Maka celaka yang kedua ini dihitung dari berakhirnya celaka yang pertama, sehingga kita akan tiba pada 11 Agustus 1840. Apa yang terjadi pada waktu itu?

Mari kita perhatikan salah satu penulis sejarah Kristen yang juga pelajar nubuatan di dalam Kemenangan Akhir, halaman 281: “Pada tahun 1840 kegenapan nubuatan yang luar biasa yang lain menimbulkan perhatian yang luas. Dua tahun sebelumnya Josiah Litch, salah seorang pendeta terkemuka yang mengkhotbahkan kedatangan Kristus yang kedua kali, menerbitkan penjelasan buku Wahyu fatsal 9, yang meramalkan kejatuhan Kekaisaran Ottoman. Menurut perhitungannya, kekuasaan ini akan digulingkan “kira-kira bulan Agustus 1840 TM.”

Apa yang Josiah Litch tuliskan atau ramalkan berdasar pembelajarannya terhadap Wahyu 9? Yang sungguh luar biasa, apa yang dituliskan oleh Josia Litch hanya sepuluh hari sebelum 11 Agustus 1840. Demikian ramalannya: “Setelah melewati periode pertama seratus limapuluh tahun, yang digenapi secara tepat sebelum Deacozes (raja kerajaan Romawi Timur) naik takhta atas izin orang-orang Turki, dan bahwa yang tiga ratus sembilan puluh satu tahun, lima belas hari, yang mulai pada penutupan periode pertama itu, akan berakhir pada tanggal 11 Agustus 1840, ketika Kekaisaran Ottoman di Konstantinopel diharapkan akan hancur. Dan saya percaya bahwa hal ini akan terjadi demikian.” — Litch, Josiah, article in Singns of the Times, and Expositor of Prophecy, 1 August 1840

Apa yang sesungguhnya terjadi? Pada tahun 1838, Mehemet Ali, Pasha Mesir, yang adalah negara jajahan Kesultanan Ottoman, mengadakan pemberontakan kepada Kesultanan atau Kerajaan Ottoman. Dia tidak lagi mau membayar upeti, dan memproklamasikan dirinya penguasa penuh dari Mesir, Arab dan Syria.

sultan-Mehmet-Hakkında-bilinmeyenler CopyPada tahun 1839, pecahlah peperangan antara Kesultanan Ottoman dengan Mehemet. Kesultanan Ottoman menderita kekalahan besar. Pada tahun 1840, Inggris, Russia, Austria dan Prussia (waktu itu Jerman), mencoba menengahi kedua belah pihak. Kesultanan Ottoman pun secara sukarela menyerahkan nasibnya ke tangan keempat penguasa besar ini. Konferensi di London memutuskan bahwa Pasha Mesir akan menerima Mesir sebagai haknya, dan bagian dari Syria mulai dari Teluk Suez hingga danau Tiberias, termasuk propinsi Acre selama seumur hidupnya; sebaliknya dia harus keluar dari semua daerah milik Kesultanan Ottoman yang telah didudukinya dan mengembalikan armada Ottoman yang ditahannya. Jika Mesir menolak pengaturan ini, maka keempat penguasa asing akan mengambil alih masalah itu dan mengambil tindakan apa pun yang mereka anggap pantas untuk menaklukkannya.

Dengan adanya campur tangan negara-negara asing ini, berarti, begitu ultimatum ini sampai ke tangan Mehemet Ali, Pasha Mesir, maka Kesultanan Ottoman tidak lagi berhak menentukan nasibnya sendiri, karena dia telah menyerahkan nasibnya ke tangan keempat penguasa asing.

Sang sultan mengirim Rifat Bey ke Alexandria, untuk menyampaikan ultimatum itu kepada Sang Pasha. Surat itu diterima pada tanggal 11 Agustus 1840 (dibuktikan oleh surat kabar London Morning Chronicle terbitan 18 September 1840, sesuai laporan wartawan koresponden mereka dari Constantinople pada 27 Agustus 1840 dan juga pada 12 Agustus 1840). Pada hari yang sama, Sang Sultan Ottoman menulis kepada ambasador keempat negara asing tersebut, menanyakan tindakan apa yang akan dilakukan apabila Sang Pasha Mesir tidak bersedia tunduk kepada persyaratan ultimatum tersebut. Keempat negara asing menjawab, bahwa Sang Sultan tidak usah pusing karena rencana telah dibuat untuk menghadapi situasi itu seandainya timbul. Maka sejak itu hilanglah kedaulatan Kesultanan Ottoman. (dari Daniel and the Revelation, tulisan Uriah Smith, hal 486-487]. Kesultanan Ottoman kehilangan kedaulatannya pada 11 Agustus 1840, lewat pengambilalihan kekuasaannya secara damai oleh keempat penguasa asing: Inggris, Russia, Prussia dan Austria. Nubuatan ini pun digenapi.

20. Dan jumlah tentara itu ialah dua puluh ribu laksa pasukan berkuda; aku mendengar jumlah mereka. – Wahyu 9:16.

Maka demikianlah aku melihat dalam penglihatan ini kuda-kuda dan orang-orang yang menungganginya; mereka memakai baju zirah, merah api dan biru dan kuning belerang warnanya; kepala kuda-kuda itu sama seperti kepala singa, dan dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang. — ayat 17. Agar tidak terjadi kesalahan mengenali siapa yang dimaksud dalam nubuatan ini, Tuhan menambahkan detail-detailnya supaya mereka yang mempelajari sejarah bisa mengenali dengan tepat. Dikatakan bahwa jumlah tentaranya adalah “20 ribu laksa pasukan berkuda”.

Berapakah 1 laksa itu? Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan: And the number of the army of the horsemen were two hundred thousand thousand: and I heard the number of them. (KJV). The number of cavalry troops was two hundred million. I heard their number.(CEB). In their army were many, many thousands of men on horses. I heard the number of them. (WEB).

Kata yang diterjemahkan “laksa” dalam bahasa Indonesia adalah: μυρίας [murias] artinya jumlah yang sangat banyak, tidak terhitung. Jadi yang dimaksudkan di sini adalah jumlah pasukan berkuda mereka itu amat sangat banyaknya. Apa kata sejarah?

“Jumlah kuda tentara Turki yang tak terhitung banyaknya itu memenuhi bentangan seluas 600 mil dari Taurus ke Arzeroum, dan darah 130 ribu orang Kristen dipersembahkan sebagai kurban syukur kepada nabi Arab itu.” Decline and Fall, tulisan Gibbon, vol. 6, pasal 42, hal 245. Dikatakan bahwa penunggang kuda “memakai baju zirah, merah api dan biru dan kuning belerang warnanya.” Sejarah mencatat bahwa pakaian perang tentara Turki didominasi oleh warna merah, biru dan kuning (Daubuz, dikutip oleh Elliott “Horae Apocalypticae” Pasal 7, hal 508).

Selain itu kepala kuda-kudanya “sama seperti kepala singa.” Singa dianggap raja semua hewan. Nah, kuda-kudanya itu sedemikian perkasa dan tangguhnya sehingga dianggap seperti singa yang tidak ada tandingannya, tidak ada yang lebih hebat dari itu. Kita tahu sendiri bagaimana kuda-kuda Arab itu terkenal sekali keperkasaannya.

“… dan dari mulutnya keluar api, dan asap dan belerang.” Ini sangat menarik, karena untuk pertama kalinya Alkitab memperkenalkan senapan api. Kita mengetahui dari sejarah bahwa pada zaman itu senapan api baru diciptakan. Dan pasukan Turki memakai senapan api dalam pertempuran mereka. Dilihat oleh Yohanes yang tidak pernah mengenal senapan api pada zamannya, maka tampaknya asap dan api dan mesiu yang diletupkan dari senjata yang dibawa oleh pengendara-pengendara kuda itu seolah-olah keluar dari mulut kuda-kuda itu.

21. Oleh ketiga malapetaka ini dibunuh sepertiga dari umat manusia, yaitu oleh api, dan asap dan belerang, yang keluar dari mulutnya. — Wahyu 9:18.

Sebab kuasa kuda-kuda itu terdapat di dalam mulutnya dan di dalam ekornya. Sebab ekornya sama seperti ular; mereka berkepala dan dengan kepala mereka itu mereka mendatangkan kerusakan. — ayat 19. Yohanes melihat bahwa korban-korban mati terkena api, dan asap, dan belerang yang keluar dari mulut kuda-kuda itu. Bagi kita, kita pasti mengerti bahwa korban-korban jatuh karena tembakan-tembakan senapan yang dibawa para pengendara kuda. Selain itu dikatakan bahwa ekor-ekor kuda itu pun seperti kepala ular, yang mendatangkan kerusakan.

Kita juga tahu bahwa di Kitab Wahyu ini ular sering dipakai sebagai lambang Setan. Yang jelas, pasukan ini benar-benar membawa bencana, karena itu sampai digolongkan celaka yang Kedua.

22. Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan. – Wahyu 9:20.

Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian. – ayat 21. Sekarang kita tiba pada bagian yang tersisa. Semua “yang tidak mati oleh malapetaka itu”, siapakah mereka? Ingat, bahwa kata “manusia” yang tertulis di ayat-ayat ini bukanlah menunjuk kepada individu, melainkan kepada negara Roma. Kita sudah melihat Roma Barat jatuh, dan sekarang juga Roma Timur. Lalu bagian mana yang masih tersisa dari kerajaan Roma? Hanya satu: Bagian yang menjadi gereja Katolik, atau Katolikisme atau kepausan. Ingat, bahwa kaisar-kaisar Roma telah meneguhkan Kepausan dan memberikan kuasa dan autoritas kepada mereka. Maka mereka inilah yang tersisa dari kerajaan Roma.

Dan apa kata Tuhan tentang mereka ini?

a). Tidak juga bertobat.

b). Tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan.

c). Tidak bertobat daripada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian.

st-gregorius CopyKita tahu dari sejarah, bagaimana sistem Kepausan telah menggenapi semua kriteria yang disebut Tuhan di sini. Kita melihat segala pembunuhan yang mereka lakukan selama berabad-berabad, segala perbuatan sihir dan mistik menyangkut patung-patung, patung yang katanya bisa menangis, yang bisa mengeluarkan darah, dll. Semua itu bisa terjadi karena Setan yang mengadakan “mujizat” itu. Tidak mungkin mujizat itu berasal dari Tuhan, karena dalam hukum yang ke-2 yang ditulis jari Tuhan sendiri, dengan jelas Tuhan memperingatkan agar manusia tidak membuat patung untuk disembah, karena itu adalah kebencian bagi-Nya. Mari kita baca Keluaran 20:4-5: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.” Juga segala cerita tentang penampakan-penampakan, dan peninggalan-peninggalan “orang-orang suci” mereka yang dikeramatkan, dengan demikian secara tidak langsung semua praktek itu adalah menyembah roh-roh jahat yang berada di belakang mujizat-mujizat itu. Selain itu percabulan yang terjadi di dalam biara-biara mereka, dan pencurian atau perampasan harta yang mereka lakukan semuanya merupakan bukti-bukti bahwa bukan Tuhan yang berdiri di belakang mereka karena semua yang dilakukan sistem Kepausan selama ribuan tahun sama sekali tidak menyerupai sifat dan karakter Tuhan. Perhatikan, bahwa yang ditentang oleh Tuhan di sini adalah sistem Kepausan, bukan umat Katoliknya. Banyak umat Katolik yang hidup baik dan takut kepada Tuhan, dan mereka hanya melakukan apa yang mereka tahu. Yang melanggar hukum-hukum Tuhan adalah sistem Kepausannya, dan lewat nabi dan rasulNya, Tuhan menyatakan hal ini. Dengan peringatan ini, berakhirlah pesan yang dibawa oleh sangkakala yang keenam. Kita sekarang hidup di zaman yang telah melewatinya, sehingga lebih mudah bagi kita untuk melihat penggenapannya.

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?