[AkhirZaman.org] Dalam pelajaran yang pertama kita telah melihat bahwa segala ciptaan menyatakan karakter Allah, termasuk tentunya kita manusia. Namun yang membuat manusia special adalah bahwa kita diciptakan tidak hanya untuk menyatakan karakter Allah, namun kita diciptakan sesuai karakter Allah. Sehingga dalam menciptakan Adam pun Allah melakukan dengan cara yang sangat istimewa.
Ketika diciptakan tentunya Adam sangat sempurna sebagai manusia. Dia pastinya begitu tinggi, tanpa cacat, dan sempurna baik fisik maupun karakter. Mukanya penuh dengan kebahagiaan. Namun mengapa kita sekarang ini sangat berbeda dengan gambaran Adam-Hawa?
Sebelum mendapat jawabannya mari kita lihat beberapa ayat berikut. Kejadiaan 2:25, “Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” Ayat ini menyatakan bahwa kondisi Adam-Hawa adalah telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu.
Kejadian 3:7, “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Namun ada yang berbeda mengenai yang dikatakan ayat ini. Mereka tetap dalam keadaan telanjang, namun ada yang berubah, yaitu mereka malu oleh karena mereka mencoba membuat cawat dari daun pohon ara untuk menutupi ketelanjangan mereka.
Dalam dua ayat di atas mereka sama-sama dinyatakan dalam keadaan telanjang. Namun yang membedakan adalah yang pertama mereka tidak malu, sedangkan yang kedua mereka malu. Apa yang terjadi di antara dua ayat ini sehingga terjadi perbedaan itu? Kejatuhan manusia dalam dosa karena memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kejadian 3:6). Perintah Tuhan sangat jelas (Kejadian 2:16, 17) tapi Adam dan Hawa memakan buah itu, dan dengan begitu mereka menjadi berdosa.
Pertanyaannya adalah apa yang hilang dari mereka sehingga mereka malu? Kita bisa mengasumsikan bahwa sebelum berdosa ada yang menutupi tubuh mereka karena mereka tidak malu. Apakah yang hilang itu sehingga mereka malu? Apakah kemuliaan? Apakah kitab Kejadian membicarakan bahwa kemuliaan menutupi tubuh Adam-Hawa sebelum berdosa?
Kejadian 1:26a, “”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita . . . ” Ketika Tuhan menciptakan manusia, kita diciptakan berdasar gambar dan rupa Allah, sehingga apa yang dikenakan Allah itu pula yang manusia kenakan pada mulanya.
Lalu apa yang dikenakan Allah? Mazmur 104:1, 2 (Terjemahan Lama)…” Pujilah akan Tuhan, hai jiwaku! Ya Tuhan, Allahku! Engkaulah amat besar; Engkaulah berpakaikan kehormatan dan kemuliaan. Maka diselubungkan-Nya diri-Nya dengan terang seperti dengan selimut dan dibentangkan-Nya langit pun seperti kelambu.”
Mazmur mengatakan bahwa Allah sangat besar. Dia berpakaian kehormatan dan kemuliaan. Dan terang menyelubungi-Nya seperti halnya kain menutupi tubuh.
Jika Allah menciptakan kita berdasar gambar dan rupa-Nya, maka saat Allah menciptakan manusia maka kita diciptakan dengan berselimutkan pakaian yang dikenakan Allah, yaitu pakaian kemuliaan dan berselimutkan terang.
Apakah terang yang menyelimuti Allah? Mikha 7:9, “Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya (KJV: kebenaran-Nya).” Dalam terjemahan King James Version (KJV), kata “keadilan-Nya” adalah diterjemahkan lebih tepat sebagai “kebenaran-Nya.” Jadi dalam ayat ini, apa persamaan dari terang? Kebenaran.
Lalu apa itu kemuliaan yang menjadi pakaian Allah? Mazmur 97:6, ”Langit memberitakan keadilan-Nya (KJV: kebenaran-Nya), dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.“ Kebenaran berhubungan atau sama dengan kemuliaan.
Sudara, kita dapat melihat bahwa kemuliaan yang menjadi pakaian Allah dan terang yang menyelimuti Dia adalah kebenaran. Dalam Kejadian 2:25 disebutkan bahwa manusia telanjang tapi tidak malu karena ada kebenaran Allah yang menutupi ketelanjangan mereka. Namun ketika berdosa mereka malu karena kebenaran Allah itu hilang dari tubuh mereka. Rasul Paulus mengatakan dalam Roma 3:23, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan (kebenaran) Allah.” Sangat jelas bahwa dosalah yang membuat manusia kehilangan kebenaran Allah.
Kemudian apa yang Adam-Hawa lakukan untuk menutupi ketelanjangan mereka saat jatuh ke dalam dosa? Kejadian 3:7, “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Mereka menyemat daun ara dan membuat cawat. Apakah cawat cukup untuk menutupi seluruh tubuh? Tidak, tetap ada bagian yang telanjang.
Dalam keadaan seperti inilah Tuhan tetap menunjukkan simpati-Nya kepada mereka. Kejadian 3:21 mengatakan: ”Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.”
Allah melalukan sesuatu yang spesial, yaitu mengambil kulit binatang untuk menjadi pakaian Adam-Hawa. Untuk menutupi ketelanjangan mereka dengan kulit binatang berarti harus ada binatang yang dikorbankan dan mati agar Adam-Hawa dapat ditutupi ketelanjangannya. Tidak hanya itu, Tuhan mengenakan pakaian dari kulit binatang itu ke tubuh Adam-Hawa. Jauh sebelum orang tua kita mengenakan pakaian pada tubuh kita ketika kita masih bayi, Allah lebih dahulu menjadi orang tua yang pertama kali memakaikan Adam-Hawa pakaian dan mengajari mereka cara berpakaian untuk menutupi ketelanjangan rohani mereka. Saudara, Tuhan kita adalah Allah yang romantis.
Kebenaran kita sudah kotor seperti kain lara. Kita sangat berdosa, miskin, malang, buta, dan telanjang (Wahyu 3:17). Namun Allah melakukan sesuatu yang special dengan mengirim Yesus untuk mati bagi kita sehingga Allah dapat mengembalikan kemuliaan-Nya dalam kehidupan kita. Saudara, Allah telah bertindak begitu rupa ketika Yesus akan dikorbankan dan mengorbankan diri-Nya sendiri demi untuk memulihkan kemuliaan manusia yang hilang karena dosa.
Saat Allah menguliti binatang yang dikorbankan itu untuk membuatnya menjadi pakaian untuk Adam-Hawa, tindakan itu menggambarkan bahwa Allah sendiri menjadi telanjang. Itu semua menunjuk dan tergenapi pada saat pengorbanan Kristus di kayu salib. Apa yang terjadi dengan Yesus di salib? Dia mati dalam keadaan sungguh-sungguh telanjang.
Ingatlah, bahwa hanya Yesus satu-satunya yang dapat mengenakan pakaian kemuliaan untuk menutupi ketelanjangan kita. Ini melambangkan sesuatu yang sangat special. Kebenaran dan keselamatan tidak dapat kita usahakan tapi itu adalah pemberian Tuhan.
Pekabaran sekarang sangat sederhana. Tujuan manusia untuk merefleksikan karakter Allah. Untuk memantulkan karakter Allah maka Seseorang harus mati. Dengan kematian Yesus kita dapat kembali dipakaikan jubah kemuliaan atau kebenaran Allah kembali.
Pertanyaannya adalah seberapa besar kita menyadari tujuan hidup kita untuk mencerminkan karakter Allah dalam hidup? Apakah kita mau dan bersedia utk memantulkan karakter Allah dalam kehidupan kita?
Kita semua berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Jika ada dosa yang kita pergumulkan, apakah itu nafsu, kecurangan, kebohongan, dan lain sebagainya; panggilan Tuhan adalah tinggalkan semuanya itu dan berhenti menutupi dosa dengan “daun ara”. Berpalinglah kepada Yesus. Kita tidak perlu sembunyi lagi. Dengan menerima kematian Yesus maka kita disanggupkan untuk mencerminkan kembali karakter Allah dalam hidup kita.
Yesus menyatakan dalam salah satu perumpamaan-Nya, tanpa pakaian pesta tidak mungkin bagi kita berada di sorga (Matius 22:11-13). Pakaian pesta itu tidak lain adalah kemuliaan atau kebenaran Allah. Dan kemuliaan atau kebenaran itu tidak lain adalah karakter Allah karena kebenaran Allah selalu mempresentasikan karakter Allah.
Ini bukan sekadar tentang masuk sorga atau neraka, tetapi tentang bagaimana kita menyenangkan Allah. Ada 2 golongan manusia. Pertama adalah yang mencerminkan karakter Allah, dan yang kedua mencerminkan tabiat setan. Pilihan ini ada di tangan kita.