[AkhirZaman.org] Langkah Presiden Donald Trump menghalangi transisi yang damai dan lancar kepada presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan berimbas buruk pada ekonomi dan keamanan Negeri Paman Sam. Upaya cepat dan tanggap pemerintahan Biden mendatang pun akan terganggu.
Apalagi pemerintahan federal AS merupakan organisasi paling kompleks di bumi dengan anggaran USD5 triliun, beserta empat juta pegawai termasuk tentara. Dua juta pegawai negeri yang mengoperasikan berbagai unit departemen dan 4.000 pejabat yang ditunjuk sebagai politis. Untuk itu, diperluikan operasi besar-besaran agar tim transisi bisa bekerja dan memerlukan waktu yang panjang.
Ketika proses transisi, maka diperlukan upaya pemahaman dan pendalaman terhadap 100 lembaga pemerintahan federal baik besar maupun kecil untuk mengetahui permasalahan dan peranannya. Selanjutnya, adalah upaya penunjukan 4.000 pejabat secara politik dan 1.200 di antaranya harus mendapatkan konfirmasi dari Senat.
“Kerja sama dalam pemerintahan transisi sangat diperlukan, terutama bersifat nonpartisan demi kepentingan rakyat AS,” kata Max Stier, Direktur Partnership for Public Service, lembaga nonpartisan yang mematau Transisi Kepresidenan AS, dilansir CNN. “Tim transisi Biden seharusnya mendapatkan akses berbagai sumber untuk pemerintahan mendatang,” imbuhnya.
General Service Administration (GSA) sebenarnya memiliki tugas untuk membantu proses transisi pemerintahan. Ketua GSA Emily Murphy dikenal sebagai orang yang serius. Namun, GSA juga ditekan Presiden Trump yang menolak transisi bergerak mulus. “Hanya saja, tim Biden perlu menyiapkan diri untuk memimpin negara ini,” kata Stier.
Pada awal pemerintahan transisi, kepemimpinan menjadi kunci penting karena terdapat penunjukan 4.000 pemimpin lembaga secara politis. Kepemimpinan pemerintahan AS memang lebih bersifat politik. Tidak ada negara di dunia yang seperti AS. Hanya saja, mereka memiliki para pekerja pemerintah yang loyal dan siap bekerja secara profesional.
Sementara itu, tim transisi presiden terpilih AS, Joe Biden, berencana menggugat General Service Administration (GSA) karena menunda pengakuan kemenangan Partai Demokrat dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2020. Sikap GSA tersebut dilatarbelakangi gugatan hukum Donald Trump.
GSA biasanya langsung mengakui presiden terpilih sehingga proses transisi dapat mulai disiapkan. Namun, kali ini, hal itu tidak terjadi, sekalipun Biden sudah memperoleh lebih dari 270 electoral vote yang diperlukan. Kemenangan itu bahkan dideklarasikan di jaringan televisi lokal pada akhir pekan lalu.
Di bawah Konstitusi, kapan GSA harus mengamini kemenangan presiden terpilih tidak dipaparkan secara jelas. Namun, saat ini kemenangan Biden masih ditunda. Pasalnya, Trump mengajukan gugatan hukum terkait hasil penghitungan suara. Dia juga menuduh Pilpres 2020 dinodai praktik kecurangan.
Komisi terkait di berbagai kota di AS menyatakan tidak ada bukti kuat yang membuktikan adanya kecurangan selama Pilpres 2020. Para ahli hukum juga menilai upaya hukum yang diambil Trump tidak akan berhasil. Namun, Trump bersama pendukungnya menolak mengakui kemenangan Biden.
Seperti dilansir Reuters, GSA masih belum dapat menentukan siapa pemenang Pilpres 2020 mengingat gugatan Trump dapat saja lolos. “Kami saat ini masih belum dapat memastikan siapa yang memenangi Pilpres 2020,” ujar juru bicara (jubir) GSA, Emily Murphy, yang ditunjuk Trump pada 2017.
Tim transisi Biden mengaku kecewa dengan keputusan GSA mengingat hasil penghitungan suara sudah selesai. Mereka meminta agar GSA segera melakukan tugasnya dan mengakui kemenangan Biden. “Jika tidak, kami akan mengambil jalur hukum atau opsi lainnya,” ungkap tim transisi Biden.
Penundaan ini juga menutup akses tim transisi Biden untuk memperoleh dana transisi senilai jutaan dolar dan bertemu agen intelijen. Tim transisi juga tidak dapat mengakses kementerian terkait untuk memberitahukan kepala negara asing terkait presiden baru AS periode 2021-2025.
Pejabat senior AS mengatakan penundaan pengakuan presiden terpilih bukanlah hal baru. Sebelumnya, GSA juga pernah menolak memulai proses transisi resmi selama lima pekan pada 2000. Saat itu George W Bush dan Al Gore bersaing memperebutkan ribuan suara di Florida.
Ada banyak Perkara-perkara yang kelihatannya sulit atau Samar-samar, yang akan dibuat Allah menjadi terang dan sederhana bagi orang-orang yang mencari satu pengertian dari halnya. Tetapi tanpa bantuan Roh Kudus kita selalu mungkin memutar-balikkan Kitab Suci atau menyalah-tafsirkannya. Banyak pembacaan Alkitab yang tidak mendatangkan faedah dan di dalam banyak hal justru mendatangkan bencana. Apabila firman Allah dibuka tanpa doa dan hormat; dan bila pikiran dan keinginan hati tidak ditetapkan kepada Allah atau belum sesuai dengan kehendak-Nya, maka pikiran itu digelapi kebimbangan; maka di dalam mempelajari Alkitab seperti itu, keragu-raguan pun semakin bertambah kuat. Musuh kebenaran menguasai pikiran serta menyuguhkan Tafsiran-tafsiran yang tidak benar. Apabila orang tidak berusaha mencari hubungan yang harmonis dengan Allah di dalam firman dan perbuatan, betapa pun terpelajarnya mereka, ada kemungkinan mereka akan salah dalam pengertian dari hal Kitab Suci, dan tidak selamat mempercayai penjelasan-penjelasan mereka itu. Orang-orang yang mencari-cari salah di dalam Kitab Suci, tidak mempunyai pandangan rohani. Dengan pandangan yang sudah dikacaukan mereka akan melihat banyak sebab- musabab untuk ragu-ragu dan tidak percaya di dalam perkara-perkara yang sebenarnya jelas dan mudah. (Kebahagiaan Sejati, hal.104, pf.1)
“Orang yang mau menuruti kemauan Allah, akan tahu apakah ajaran-Ku datangnya dari Allah atau dari Aku sendiri.” (Yoh 7:17)