Melihat Melalui Kacamata Kitab Suci
[AkhirZaman.org] Bagaimana orang harus menguji Injili Baru dari sudut pandang Kitab Suci? Pertama-tama harus dicatat bahwa prinsip akomodatif tidak diajarkan di dalam Perjanjian Baru. Kita tidak boleh memangkas pesan atau mengubah metode Allah agar pesan kita didengar orang. Hamba Allah harus “memilah firman kebenaran itu dengan benar” (rightly dividing the word of truth – KJV). LAI menerjemahkan dengan “berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (II Tim 2: 15). Ada yang menerjemahkannya “memotong dengan lurus” (cutting a straight course) di dalam Firman Kebenaran, dan ada juga yang menerjemahkannya “memperlakukan dengan benar” (correctly handling). Permasalahannya adalah kita tidak boleh menyesuaikan Firman Allah dengan keinginan manusia. Kita tidak boleh “serupa dengan dunia ini” (Rom. 12: 2), atau seperti yang dikatakan orang, “Jangan biarkan dunia membentuk anda menurut cetakannya”.
Sementara semangat ekumenis bagi beberapa kalangan kelihatan sangat bersaudara dan baik, hal ini tidak sesuai dengan instruksi Allah kepada orang percaya. Kerapkali konsep yang ada di balik pendekatan ini adalah mengutamakan kasih daripada doktrin. Kaum ekumenis kadang-kadang merujuk Yoh. 17: 11, dimana Yesus mendoakan “supaya mereka menjadi satu”. Mereka mencela orang Kristen yang menentang gerakan ekumene, menuduh mereka tidak taat kepada perintah ini dan membangkitkan “dosa perpecahan”. Namun kita perlu diingatkan, bahwa permintaan Tuhan kita ini telah terjawab, dan orang-orang percaya adalah satu di dalam tubuh Kristus (I Kor. 12: 13; Ef. 2: 22). Ayat tersebut tidak berbicara tentang kesatuan organisasional, tetapi berbicara tentang kesatuan rohani. Mencapai kesatuan organisasional dengan mengkompromikan doktrin adalah salah. Secara khusus Paulus menulis, “Tetapi aku menasehatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!” (Rom. 16: 17).
Salah satu aspek Injili Baru yang memprihatinkan kaum fundamentalis adalah theologi kharismatik yang sudah merembes ke dalamnya. Para pendiri Injili Baru itu sendiri bukan kharismatik, tetapi mereka memberikan suatu penghargaan baru dengan mendesak bahwa kita harus menerima doktrin kharismatik sebagai sebuah pilihan hidup, bukan mencelanya sebagai sebuah kesalahan yang tidak alkitabiah. Kelihatannya penulis harus mengemukakan dua hal: (1) Pandangan kaum kharismatik mengenai Roh Kudus dan pekerjaanNya adalah salah. (2) Kita harus menolak posisi mereka dan orang Kristen harus diajarkan bahwa theologi dan praktek kharismatik adalah bertentangan dengan pengajaran Alkitab. Namun pendekatan ini tidak populer bagi kaum injili modern. Hal ini terlalu konfrontatif, terlalu memecah-belah, dan tidak ada kasih.
Buku ini tidak akan membahas kelemahan kharismatik.[68]Paulus bicara dengan jelas mengenai kewajiban kita sebagai gembala dan pemimpin-pemimpin Kristen: “… berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasehati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya” (Titus 1: 9). Itu adalah bagian positif dari pelayanan. Bagian yang negatif juga sama pentingnya. Ketika bicara tentang mereka yang mengajarkan doktrin yang salah, Paulus mengatakan, “… Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman” (Titus 1: 13). Membiarkan pengajaran sesat disebarluaskan bukanlah suatu tanda keluwesan atau keramahan.
Injili Baru telah melakukan kerusakan besar. Ia telah merembes di dalam kalangan injili. Ia telah melemahkan fondasi alkitabiah banyak gereja dan organisasi dan menekankan prinsip pragmatis terhadap theologi. Dalam bab berikut, kita akan meneliti satu orang yang mempopulerkan pendekatan ini lebih dari yang lain, yakni Evangelis Billy Graham.
Dari buku: the Tragedy of Compromise: The Origin and Impact of the New Evangelicalism
By: Ernest D. Pickering
sumber: http://lexicalife.blogspot.com/2008/11/tragedy-of-compromise-bagian-2.html