[AkhirZaman.org] Perintah untuk mengadakan perayaan Natal tidak terdapat di manapun dalam Alkitab. Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun berpesan pada murid-Nya untuk merayakan 25 Desember sebagai peringatan kelahiran-Nya.
Terdapat lebih dari sepuluh mitos kekafiran yang bertemakan 25 Desember dalam sejarah. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
- Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
- Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
- Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
- Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
- Attis, dari Pirigia (1200 tahun sebelum Masehi), lahir dari perawan Nana pada 25 Desember; disalibkan, ditempatkan dalam sebuah makam dan setelah 3 hari, bangkit dari kematian.
- Krishna, dari India (900 tahun sebelum Masehi), lahir dari perawan Devaki; kelahirannya ditandai dengan munculnya sebuah bintang di sebelah Timur; ia melakukan banyak mukjizat dengan para muridnya; dan bangkit setelah kematiannya.
- Dionysus, dari Yunani (500 tahun sebelum Masehi), lahir dari perawan pada 25 Desember; seorang guru yang melakukan perjalanan keliling, yang melakukan banyak mukjizat, seperti mengubah air menjadi anggur; dia dikenal sebagai ‘Raja segala raja”, “Anak Tuhan satu-satunya”, “Alfa dan Omega”, dan masih banyak lagi; dan setelah kematiannya ia kemudian bangkit kembali.
- Horus dengan ciri-ciri mitos sebagai berikut:
Horus dilahirkan pada tanggal 25 Desember dari seorang perawan Isis-Meri
Kelahirannya ditandai dengan munculnya sebuah bintang di sebelah Timur.
Yang kemudian digunakan oleh 3 orang raja untuk menemukan dan memberkati juru selamat yang baru lahir.
Pada umur 12 tahun, ia telah menjadi seorang guru yang hebat.
Horus mempunyai 12 orang murid yang menyertai perjalanannya.
Demikian juga Serapsis, Isis, Adonis, Bacchus, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain.
Beberapa ciri dari tokoh-tokoh mitos di atas benar-benar mirip dengan ciri-ciri Yesus yang dipalsukan, yaitu:
- lahir dari perawan pada tanggal 25 Desember,
- kelahirannya ditandai dengan munculnya sebuah bintang di sebelah Timur; yang kemudian diikuti oleh 3 orang raja (orang Majus) untuk memberkati,
- menjadi guru sejak berumur 12 tahun,
- dibabtis pada umur 30 dan lain sebagainya.
Kita mengenal ini dengan istilah kebohongan sinkretisme setan. Benar Yesus lahir dari perawan, ditandai dengan sebuah bintang, dihadiahkan tiga jenis hadiah yang mahal oleh orang-orang majus dari timur (Lukas 2 dan Matius 1), tetapi tidak benar Yesus lahir “25 Desember” dan tidak terdapat di manapun dalam Alkitab yang menuliskan bahwa ada “tiga” orang Majus yang datang membawa hadiah. Namun tidak akan kita jumpai dikartu natal dengan gambar empat atau dua orang Majus.
Kita sedang ditipu!
Yesus Tidak Lahir Pada Tanggal 25 Desember
Bandingkan dengan kisah sesungguhnya dalam Alkitab, sebagaimana yang dituliskan dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
Lukas 2:1-8: “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing dikotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud – supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.”
Menurut Matius 2:1, 10, 11
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.
Jadi berdasarkan kedua kitab tersebut (kitab yang mencatat peristiwa kelahiran Yesus), Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes untuk wilayah Yudea, Yusuf, tunangannya Maryam yang mengandung Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem. Maria membungkus Yesus dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu) karena pada waktu Yesus lahir penginapan di daerah itu penuh. Peristiwa itu terjadi pada malam hari di mana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput, dengan bintang di langit, yang terlihat oleh orang-orang Majus dari Timur (bukan tiga orang) yang kemudian datang berkunjung membawa hadiah ketika Yesus sudah berada di rumah (tidak dikandang binatang lagi), mungkin sekitar 1 tahun setelah kelahiran Yesus.
Peristiwa kelahiran Yesus oleh kedua kitab digambarkan dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari diwaktu siang.
Jelaslah fakta Alkitab tersebut menolak kelahiran Yesus pada 25 Desember karena 25 Desember adalah musim dingin. Suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sampai mungkin untuk bersalju.
Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible – seperti dikutip buku Alkitab dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus – September.
Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity – seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut:
“There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual bithday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Berhlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so low in the hill country ofjudea that snow is not uncommon. After much argument our Christmas day seems to have been accepted abaut A.D.300.”
Terjemahannya: “Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Bethlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi”.
Selanjutnya, Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut :
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka : ”Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa : Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, di kota Daud” .
Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya, mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. ( The Plain Truth About Christmas oleh Herbert W. Armstrong (1892 – 1986 – Worldwide Church of God, California USA 1984.) Alkitab sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2; dan Ezra 10:9,13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin para gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
Adam Clarke mengatakan :
”It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain”[Adam Clarke Commentary, Vol. 5, Page 370, New York].
Artinya : “Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama” .
Adam Clarke melanjutkan :
“During the time they were out, the shepherds watch them night and day. As….the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometimes in October), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these shepherd had not yet brought home their flocks, it is presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact… See the quotations from the Talmudists in the Lightfoot”.
Terjemahannya : “Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila…hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan Nopember, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba yang berkeliaran di padang terbuka. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan September inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti yang ada, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malan hari di padang gembalaan adalah fakta sejarah….lihat penjelasannya dari Talmud dalam bab Jejak Sinar” .
Dalam ensiklopedi manapun atau juga dari Alkitab sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dibandingkan kepada fakta Alkitab, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan September atau sebelumnya— sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.”
Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, sebagaimana yang Dia lakukan perihal kematian-Nya, niscaya hari kelahiran-Nya, tidak akan samar-samar.
Proses Natal Masuk ke Gereja
Perhatikan penjelasan dari enziklopedia umum berikut ini.
“How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec. 25) following the Saturnalia (Dec. 17-24), and celebrating the shortest day of the year and ‘the new sun’…can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence… The pagan festival with its riot and marrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival”. (NewSchaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, “Christmas”)
Terjemahannya : “Sunguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan/penyembah berhala Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17 – 24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta perayaan menyambut kelahiran matahari baru….tidak dapat ditentukan secara pasti (jumlahnya). Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia sudah berurat berakar dan populer dalam adat istiadat tersebut diambil oleh Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan terhadap dewa Matahari” . (NewSchaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, artikel tentang “Christmas”)
Menjelang abad pertama sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Mulanya kekristenan diburu dan disiksa bahkan dibunuh oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin yang naik tahta pada abad keempat Masehi memeluk agama Kristen, terjadilah perubahan; sebuah upaya mengangkat kekristenan dengan meleburnya dengan kekafiran.
Encyclopedia of Brittanica menuliskannya sebagai berikut :
“Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December 25, which was then a Mithraic feast….. or birthday of the unconquered Sun… The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of suns worship and idolatry, contending…that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus…”.
Terjemahannya : “Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tidak terkalahkan.…Orang-orang Kristen Syiria dan Armenia yang sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi, dimana penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, mulanya dilakukan oleh murid-murid Cerinthus” .
Menggenapi Nubuatan—Mewariskan Kekafiran
Perayaan Natal sebagai sebuah ajaran baru masuk kedalam kekristenan pada abad ke-4 Masehi. Ketika Konstantin Kaisar Roma masuk Kristen, terjadi sinkretisme (perpaduan agama-budaya / penyembahan berhala) di dalam kekristenan supaya bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi. Hal itu dimulai dengan menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) tanggal 25 Desember dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus) yang diperingati pada hari Minggu—Sunday (sun = matahari; day=hari), sekaligus merupakan awal dari penderitaan panjang dari umat-umat Tuhan yang sejati.
Selanjutnya, melalui Konsili tahun 325, Konstantin kemudian memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan: Pertama, hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sikap sinkretisme Kaisar Konstantin ini dilanjutkan oleh kepemimpinan kepausan, sebuah sistem kepemimpinan yang dengan tepat menggenapi nubuatan Alkitab dalam Daniel 7 dan Wahyu 13 tentang kekuasaan yang membawa kegelapan rohani atas nama agama. Kekuasaan ini dinubuatkan akan mulai naik tahkta pada tahun 538 TM dan berkuasa selama 1260 tahun yang berakhir pada tahun 1798.
Alkitab sendiri memberikan lebih dari 7 ciri-ciri kekuasaan itu di Daniel 7 supaya kita bisa yakin identitasnya. Dan walau beberapa dari Anda mungkin mendapati kebenaran ini menyakitkan, kita perlu untuk bersikap jujur menerima kebenaran ini sebagai kehendak Tuhan yang dinyatakan.
Sekarang mari kita membahas sedikit dari keseluruhan ciri-cirinya yang menunjuk kepada kepausan (lebih lengkap dibahas di artikel lain).
A. “Berbeda” dari 10 kerajaan lainnya (Daniel 7:24).
B. Ia akan “berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka” atau “menganiaya orang-orang kudus” (Daniel 7:21, 25).
C. Muncul dari Kekaisaran Roma – kerajaan yang keempat (Daniel 7:7, 8).
D. “Orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi” (umat Tuhan) akan “diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa” (Daniel 7:25).
E. Dia akan “mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi” atau dengan kata lain menghujat Tuhan (Daniel 7:25). Di Wahyu 13:5, Alkitab mengatakan bahwa kekuasaan ini akan mengucapkan “kesombongan dan hujat.”
F. Dia akan “berusaha untuk mengubah waktu dan hukum.” Daniel 7:25.
Jangan lupa – semua ciri-ciri ini berasal langsung dari Alkitab. Bukan pendapat manusia atau spekulasi. Para ahli sejarah bisa segera memberitahukan pada Anda siapa kekuasaan yang digambarkan di sini. Semua ciri-ciri itu hanya cocok untuk satu kekuasaan – kepausan di Vatikan. Tapi supaya yakin, mari kita periksa dengan teliti ciri-ciri tersebut, satu demi satu.
Tidaklah sulit untuk melihat bahwa kepausan cocok dengan ciri-ciri ini.
“Berbeda” dari kerajaan lainnya.
Kepausan sesuai dengan gambaran ini juga. Tampil sebagai kekuasaan agama-politik, betul-betul berbeda dari 10 kerajaan (yang berkuasa sebelumnya) lainnya yang cuma berupa kekuasaan politik.
“Berperang melawan” dan “menganiaya orang-orang kudus”.
Kepausan menganiaya (menyiksa dan membunuh) banyak pengikut Yesus yang alkitabiah (dalam periode 1260 tahun) adalah fakta yang terkenal. Vatikan sendiri sekarang ini dengan terang-terangan mengaku pernah melakukannya. Banyak bukti-bukti yang mendukung. Bahkan para ahli sejarah mengaku bahwa Vatikan sudah membunuh minimal 50 juta orang hanya karena masalah perbedaan agama. Berikut ada kutipan dari dua sumber:
1. “Bahwa Gereja Roma telah menumpahkan lebih banyak darah orang tak bersalah dibanding organisasi mana pun yang pernah ada di bumi, tak akan dipertanyakan oleh orang Protestan yang memiliki pengetahuan sejarah yang cukup.” 1
2. Dalam buku The History of the Inquisition of Spain, D. Ivan Antonio Llorente menyediakan angka-angka ini dari Spanish Inquisition (Penyiksaan yang dilakukan organisasi Kepausan di negara Spanyol untuk menganiaya orang-orang Spanyol yang bukan Katolik) saja:
· 31.912 orang dihukum mati dengan cara dibakar.
· 241.450 orang dihukum dengan siksaan-siksaan kejam.
Muncul dari kerajaan Kekaisaran Roma.
Berikut dua kutipan sehubungan dengan hal ini:
1. “Gereja Katolik (kepausan) yang perkasa sebetulnya cuma Kekaisaran Roma yang dibaptis… Ibukota Kekaisaran Roma kuno menjadi ibukota kekaisaran Kristen. Kantor Pontifex Maximus diteruskan menjadi kantor paus.” 2
2. “Apa pun unsur-unsur Roma yang ditinggalkan bangsa barbar dan Arian … menjadi berada di bawah perlindungan Uskup Roma, yang adalah orang tertinggi di sana sesudah pindahnya kaisar. Gereja Roma dengan cara ini menjejalkan diri ke kursi Kekaisaran Roma, di mana Gereja sebetulnya merupakan kelanjutan dari Kekaisaran.” 3
Sekali lagi, ciri-ciri ini sesuai dengan kepausan.
“Orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi” (umat Tuhan) akan “diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.” Daniel 7:25.
Beberapa hal harus dijelaskan mengenai ciri ini:
1. “Masa” artinya “tahun”, dua masa adalah dua tahun, setengah masa artinya setengah tahun. The Amplified Bible menterjemahkannya menjadi : “Tiga setengah tahun”. 4
2. Periode waktu yang sama ini disebut tujuh kali (Daniel 7:25; 12:7; Wahyu 11:2, 3; 12:6, 14; 13:5) di kitab Daniel dan Wahyu: tiga kali ditulis sebagai satu masa dan dua masa dan setengah masa; dua kali sebagai 42 bulan; dan dua kali sebagai 1260 hari. Berdasarkan kalender Yahudi 30-hari sebulan, periode-periode ini semuanya sama panjangnya: 3 1/2 tahun = 42 bulan = 1260 hari.
3. Satu hari dalam nubuatan sama dengan satu tahun sesungguhnya (Yehezkiel 4:6; Bilangan 14:34).
4. Kekuasaan kepausan dimulai tahun 538, pada saat yang terakhir dari ketiga kerajaan Arian tercabut. Kekuasaannya berlangsung hingga tahun 1798 ketika jenderal Berthier, atas perintah Napoleon, menahan Paus dengan harapan bisa mengakhiri Paus Pius VI dan kekuasaan politik kepausan. Periode waktu ini merupakan penggenapan tepat dari nubuatan 1260 tahun Zaman Kegelapan.
5. Masa penganiayaan ini disebut di Matius 24:21 sebagai masa siksaan yang paling parah yang dialami umat Tuhan. Ayat 22 mengatakan bahwa masa itu sangat berat sehingga tidak akan ada yang selamat seandainya Tuhan tidak mempersingkatnya. Tapi ternyata Tuhan memperpendeknya. Masa penganiayaan itu berakhir jauh sebelum Paus ditangkap di tahun 1798. Begitu jelas bahwa ciri-ciri ini juga sesuai dengan kepausan.
“Mengucapkan perkataan” hujat “yang menentang Yang Mahatinggi” [Tuhan].
Hujat memiliki dua definisi di Alkitab:
1. Mengaku bisa mengampuni dosa (Lukas 5:21)
2. Mengaku sebagai Tuhan (Yohanes 10:33)
Apakah ciri ini sesuai dengan kepausan? Ya. Mari kita lihat bukti bahwa paus mengaku bisa mengampuni dosa: “Apakah Imam [Katolik] betul-betul mengampuni dosa, atau apakah dia hanya mengaku bahwa dosa-dosa itu terhapus? Imam betul-betul mengampuni dosa atas wewenang yang diberikan padanya oleh Kristus.” 5 Kepausan lebih jauh lagi merendahkan kuasa Juruselamat dengan mendirikan sistem bilik pengakuan dosa di mana dosa diakui kepada imam yang merupakan manusia berdosa; dengan cara itu melangkahi Juruselamat, Imam Besar kita (Ibrani 3:1, 8:1, 2) dan satu-satunya Pengantara (Mediator) kita (1 Timotius 2:5).
Berikutnya simak bukti bahwa paus mengaku sebagai Tuhan: “Kami [paus] memegang jabatan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini.” 6 Ini satu lagi: “Paus bukan hanya perwakilan Yesus Kristus, tapi dia adalah Yesus Kristus Sendiri, berselubung kemanusiaan.” 7
Akan “berusaha untuk mengubah waktu dan hukum.”
Alkitab mengatakan kekuasaan itu akan berusaha mengubah Hukum Tuhan berkaitan juga dengan waktu.
Di dalam katekismus, kepausan telah membuang hukum kedua yang melarang manusia berdoa di depan patung, memperpendek hukum keempat dari 77 kata jadi beberapa kata saja, dan membagi hukum kesepuluh jadi dua, yaitu nomor 9 dan 10. (Silakan cek sendiri. Bandingkan sepuluh hukum dalam katekismus Katolik dengan Sepuluh Hukum Tuhan yang benar di Keluaran 20:3-17). Tak ada keraguan bahwa kuasa tanduk kecil di Daniel 7 (anti-Kristus) adalah kepausan.
Dia mengubah Sabat menjadi Hari Minggu (hari pertama) dan bahwa hampir semua gereja menerima hari suci yang baru. Dengan ini, kepausan mengklaim bahwa “Hari Minggu sebagai hari suci” adalah tanda atau lambang kekuasaan dan wewenangnya..(sejarahnya sudah dibahas diatas)
Kepausan mencoba mengubah waktu dalam dua cara: (1) Dia mengubah waktu untuk ber-Sabat dari hari ketujuh Sabtu menjadi hari pertama hari Minggu (2) Dia juga mengubah perhitungan waktu Tuhan bagi pembukaan dan penutupan Sabat. Gantinya menghitung hari Sabat dari matahari terbenam Jumat sore hingga matahari terbenam Sabtu petang sebagaimana yang diperintahkan Tuhan (Imamat 23:32), Kepausan mengadopsi kebiasaan Roma kafir yang menghitung hari dari tengah malam hingga tengah malam. Perhatikan yang berikut dari katekismus Katolik:
“Pertanyaan: Hari apa hari Sabat itu?
Jawab: Sabtu adalah hari Sabat.
Pertanyaan: Kenapa kita kuduskan hari Minggu dan bukan Sabtu?
Jawab: Kita menguduskan Hari Minggu gantinya Sabtu karena Gereja Katolik memindahkan kekudusan dari Sabtu ke Minggu.”8
Berikut pernyataan dari Vatikan lagi: “Gereja ada di atas Alkitab, dan pemindahan pengudusan Sabat dari Sabtu ke hari Minggu adalah bukti positif dari fakta itu.”9
Dalam kutipan-kutipan di atas, Kepausan menyatakan bahwa tindakannya dalam mengubah perbaktian Sabat ke ibadah hari Minggu adalah bukti bahwa wewenangnya lebih besar, atau “di atas”, Alkitab.
Kesimpulan
Jika perayaan Natal 25 Desember tidak mendapat dukungan yang mendasar dari dari kepausan dalam perjalan sejarahnya, maka hal tersebut tidak akan bertahan hingga saat ini. Namun bersama-sama dengan beberapa praktek kekafiran lainnya, hal itu telah dipertahankan oleh “gereja”. Kita sedang menghadapi bahaya pemutarbalikan terhadap kebenaran yang begitu hebat diakhir zaman ini. Satu-satunya jaminan bagi kita adalah beriman kepada Tuhan tepat seperti yang difirmankan-Nya.
Kejadian sebagai kitab pertama dari Alkitab menuliskan cerita tentang kejatuhan yang dimulai dengan menambahi firman Tuhan (Kejadian 3: 1-3), dan kitab wahyu sebagai kitab terakhir dari Alkitab menutup dengan mengingatkan dengan tegas untuk tidak menambahi atau mengurangi bagian terkecil sekalipun dari Alkitab (Wahyu 22:18,19).
Perayaan 25 desember sebagaimana juga dengan perbaktian “sabat” pada hari Minggu—hari Matahari (Sun-day), adalah warisan dari zaman kegelapan rohani dalam dunia kekristenan pada masa kekuasaan Roma Katolik dahulu. Sungguh tidaklah aman untuk tetap melestarikannya.
Akhirzaman.org
___________
1 W. E. H. Lecky, History of the Rise and Influence of the Spirit of Rationalism in Europe, Volume 2, hal. 40.
2 Alexander Clarence Flick, The Rise of the Medieval Church, hal. 148, 149.
3 Adolf Harnack, What is Christianity? (New York: Putnam, edisi 2, direvisi, 1901), hal. 269, 270.
4 The Amplified Bible, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, Michigan 1962.
5 Joseph Deharbe, S.J., A Complete Catechism of the Catholic Religion (New York: Schwartz, Kirwin & Fauss, 1924), hal. 279.
6 Pope Leo XIII, Encyclical Letter “The Reunion of Christendom” (tertanggal 20 Juni 1894) diterjemahkan ke dalam Great Encyclical Letters of Pope Leo XIII (New York: Benziger, 1903), hal. 304.
7 Catholic National, Juli 1895.
8 Peter Geiermann, The Convert’s Catechism of Catholic Doctrine (St. Louis, B. Herder Book Co., edisi tahun 1957), hal. 50.
9 The Catholic Record (London, Ontario, Canada, 1 Sep 1923).