[AkhirZaman.org] Dalam artikel nubuatan sebelumnya kita telah melihat bahwa tak ada satu pun ayat dalam Perjanjian Baru yang menyatakan atau memerintahkan bahwa hari Minggu harus disucikan secara khusus sebagai hari ibadah kepada Tuhan.
Meskipun Yesus bangkit pada hari Minggu dari kematian namun Alkitab tidak menyatakan bahwa peristiwa kebangkitan itu menjadi alasan supaya hari Minggu menjadi hari yang harus diperingati dan disucikan setiap pekannya sebagai pengganti hari Sabat (Sabtu) hari ketujuh.
Jika pemeliharaan hari Minggu TIDAK berasal dari Alkitab, maka pasti timbul pertanyaan besar: Dari mana asal pemeliharaan hari Minggu? Satu hal yang pasti, pemeliharaan hari Minggu TIDAK berasal dengan kebangkitan Yesus Kristus.
Hari Minggu dipelihara sebagai hari keagamaan kekafiran jauh sebelum kebangkitan Kristus. Peradaban paling kuno menyembah matahari. Orang-orang Mesir, Babilonia, Persia, dan banyak budaya kuno lainnya menyembah matahari. Ini kebudayaan kuno yang digunakan banyak hal untuk melambangkan matahari.
Dari buku, The Worship of Nature, dituliskan, “Di masa Babel kuno matahari disembah dari zaman dahulu kala.” Pada hari mana menurut Anda yang mereka pilih untuk menyembah matahari? Dalam bahasa inggris disebut SUNDAY (hari Minggu), yang berarti Hari Matahari.
Dalam Ensiklopedi Alkitab John Eadie dikatakan, “Sabat, sebuah kata Ibrani yang artinya istirahat. Minggu adalah nama yang diberikan oleh orang-orang kafir untuk hari pertama dari satu pekan, karena itu adalah hari dimana mereka menyembah matahari.” Ibadah hari minggu berasal dari kekafiran atau penyembahan berhala. Hampir semua gereja mengakui fakta tersebut.
Berikut ini apa yang Gereja Roma Katolik katakan mengenai Minggu: “Matahari adalah dewa terkemuka dalam kekafiran. Oleh karena itu gereja seolah-olah mengatakan, “Ingatlah akan nama kekafiran kuno” [Sunday (Minggu) = day of the sun (hari matahari)]. – THE CATHOLIC WORLD, p. 809.
“Ini [Hari Minggu] akan tetap disucikan, dikuduskan, dan dengan demikian hari Minggu kekafiran, yang didedikasikan untuk Balder [dewa matahari], akan menjadi Hari Minggu Kristen yang sakral bagi Yesus.” – THE CATHOLIC WORLD, p. 809.
Kardinal James Gibbons dalam bukunya Faith of Our Fathers, p. 561 mengatakan: “Anda dapat membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda tidak akan menemukan satupun ayat tentang pengesahan akan pengudusan hari Minggu. Anda dapat membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda tidak akan menemukan satu baris wewenang pengudusan hari Minggu. Alkitab menjunjung tinggi ketaatan religius dari Hari Sabtu (Sabat).” Jadi Gereja Katolik mengakui bahwa pemeliharaan hari Minggu tidak didasarkan pada ajaran Alkitab.
Dan berikutnya adalah apa yang di katakan kaum Protestan: “Hari Sabat diikrarkan di Eden, dan mulai berlaku sejak saat itu. Hukum keempat ini diawali dengan kata ‘ingat’, menunjukkan bahwa hari Sabat sudah ada sebelumnya ketika Tuhan menulis hukumnya di permukaan loh batu di Sinai. Bagaimana bisa orang mengklaim bahwa hukum yang satu ini tidak berlaku lagi, sementara sembilan yang lainnya masih berlaku?” – D. L. Moody, Weighted and Wanting, p. 47.
Mike Hayes, seorang pendeta dengan anggotanya berjumlah 10 ribu di Dallas, Texas, menyatakan: “Alasan kita memiliki gereja pada hari Minggu bukan karena hari Minggu adalah hari Sabat. Bahkan, hari Minggu bukanlah hari Sabat. Sabtu akan selalu menjadi hari Sabat. Tidak ada hukum yang mengubah hari Sabat menjadi Minggu.”
Lebih jauh dalam bukunya ia memberikan alasan-alasan yang “indah” secara manusia mengapa kita tetap perlu memelihara hari Minggu. Tetapi pada dasarnya ia mengakui bahwa pemeliharaan hari Minggu tidak Alkitabiah. Katolik dan Protestan keduanya jujur mengakui bahwa pemeliharaan hari Minggu adalah tidak Alkitabiah.
Anda lihat masalah ini bukan hanya sekedar hari mana yang Anda pilih untuk di jaga kekudusannya. Lebih dari itu, ini adalah masalah kepada siapa kita akan menurut: Perintah Tuhan atau Tradisi Manusia? Apa yang dikatakan Petrus dalam Kisah 5:29? “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” Kita harus mengamini ayat ini, bahwa kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Bagaimana dengan Anda?
Pernahkan Anda memperhatikan rel kereta api? Biasanya di satu negara semua sama ukurannya. Tahukah Anda berapa jarak antar relnya? Di Amerika jaraknya adalah 56,5” atau sekitar 143,5 cm. Kenapa jaraknya harus seperti itu? Kenapa tidak digenapkan saja jadi 150 cm.
Di Amerika jarak antar rel sebesar itu karena pada waktu itu yang membuat adalah orang-orang Inggris yang pindah ke Amerika. Dan orang-orang Inggris sudah terbiasa menggunakan ukuran tesebut. Tapi kenapa orang Inggris menggunakan ukuran tersebut?
Nah, jalur rel pertama dibangun menggunakan trem yang ditarik kuda, dan mereka menggunakan pengukur yang sama. Dan mereka menggunakan pengukur itu karena orang yang membangun trem menggunakan jig dan peralatan yang sama untuk membuat gerobak yang menggunakan ukuran jarak roda itu. Dan kenapa angka itu menjadi jarak antara kedua roda kereta kuda? Karena jarak itu adalah lebar jalan-jalan yang dilalui kereta-kereta kuda. Dan siapa yang memutuskan bahwa jalan-jalan harus selebar itu? Nah, sekarang kita terlontar balik ke zaman dulu. Adalah orang-orang Romawi, pembangun jalan raya pertama dalam sejarah, yang memutuskan membuat jalan-jalan raya mereka selebar itu. Kenapa? Karena kereta-kereta perang mereka ditarik oleh kedua ekor kuda dan kalau diberdirikan berdampingan, lebar kedua kuda itu 143,5 cm. Jadi, jarak antara rel kereta api canggih berkecepatan tinggi pun, ditentukan oleh orang zaman Romawi. Waktu orang pergi ke Amerika dan mulai membuat jalan kereta api, tidak terpikir sama sekali oleh mereka untuk mengubahnya, jadi lebar jaraknya tetap sama. Itu bahkan berpengaruh pada pembuatan pesawat ulang-aling luar angkasa. Para insinyur Amerika berpendapat tangki bahan bakarnya harus lebih lebar, tapi tangki itu dibuat di Utah dan harus diangkut dengan kereta api ke Pusat Luar Angkasa di Florida dan terowongan kereta api tidak memungkinkan kereta mengangkut barang yang lebih lebar. Jadi, mereka mau tidak mau harus menerima ukuran yang oleh orang Romawi dianggap ideal.
Sering kali kita seperti ukuran rel kereta yang tinggal mengikuti ketentuan yang ada sebelumnya. Namun pilihan hidup kita sebenarnya bukan seperti ukuran rel kereta. Sangat jelas bahwa tidak ada gereja yang memiliki otoritas untuk mengubah hukum Allah dan memerintahkan kita untuk tidak taat kepada-Nya.
Kita memiliki 2 pilihan: Memilih antara Alkitab atau Tradisi; Yesus atau Pemimpin Agama; Hukum Tuhan atau Kepercayaan Manusia; Perintah Tuhan atau Ajaran Manusia; Jalan Tuhan atau Jalan Manusia. Apa pilihan Anda?
Kristus mengatakan dalam Yoh 14:15, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”
Apakah Anda sudah mengasihi Yesus dengan melakukan apa yang Dia minta Anda lakukan? Apakah Anda sudah sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan menuruti perintah-Nya?
Yosua 24:15 mengatakan, “Jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah . . . . Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” Saudara-saudara, pilihlah kepada hari ini kepada siapa kita akan menyembah. Jika kita memutuskan menyembah kepada Tuhan, maka pilihlah juga untuk menuruti yang Dia katakan.
Bagi Tuhan yang terpenting adalah hubungan antara kita denganNya. Demi menjaga hubunganNya dengan kita selalu baik, Tuhan memberikan perintah-perintah kepada kita supaya kita tidak terpisah jauh dari Dia. Ingat, Adam dan Hawa terpisah dari Tuhan karena tidak menuruti perintah Tuhan di taman Eden.
Hari Sabat salah satu perintah yang diberikan Tuhan untuk mengatur suatu hubungan yang erat antara kita dengan Tuhan. Dengan memelihara hari Sabat dan menguduskannya, kita selalu diingatkan bahwa Dia-lah Allah Pencipta dan Penebus kita. Sedangkan hari Minggu adalah alat Setan untuk menjauhkan kita dari Tuhan karena itu adalah hari yang mana di masa lalu merupakan hari penyembahan kepada dewa Matahari.
Kita mungkin tidak menyadari betapa bahayanya jebakan Setan itu dan berpikir bahwa semuanya sama saja, namun Tuhan mengingatkan sebelum kita terpisah lebih jauh lagi dengan-Nya karena Dia rindu untuk selalu dekat dengan kita.
“Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Ibrani 8:10). Tuhan rindu menjadi Tuhan kita. Apakah Anda rindu menjadi umatNya yang setia?
Jika itu keinginan Anda nyatakanlah kerinduan itu sekarang juga dalam doa pribadi Anda kepada Tuhan dengan mengatakan: ”Tuhan, aku rindu Engkau menjadi Allahku dan aku menjadi umat-Mu yang setia menuruti perintah-Mu supaya aku tidak terpisah lebih jauh denganMu, melainkan supaya aku selalu dekat denganMu.”
Tuhan Memberkati kita.