[AkhirZaman.org] Seorang pria tua dengan kemeja warna biru muda dan celana panjang tengah berdiri di bawah pohon mangga. Pria yang kemudian dikenal dengan nama Atil itu terkadang keluar masuk Posko Crisis Center AirAsia QZ8501 untuk mencari informasi tentang putranya, Oscar Descano, yang adalah pramugara dari pesawat naas yang 28 Desember 2014 lalu dinyatakan hilang kontak, dan diperkirakan jatuh di Perairan Selat Karimata.
Tak tahu kenapa ini harus terjadi, inilah yang mungkin ada di kepala pria ini. Harapan untuk dapat bertemu kembali dengan Oscar masih ada di lubuk hatinya. Ketika seorang kuli tinta mendatangi dan berbincang dengannya, dia hanya bisa berkata bahwa nasib putranya telah diserahkannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketika pihak dari TNI menawarkan kepada keluarga korban dari pesawat asal Malaysia itu, dia menolak dan berkata, “Tunggu titik terang anak saya dululah, baru mau (pergi ke lokasi jatuhnya pesawat).” “Saya belum minat, ikut atau enggak. Proses pencarian anak saya saja belum jelas,” tambahnya.
Atil berharap mendapatkan titik terang soal keberadaan putranya terlebih dahulu. Jika memang ada informasi soal keberadaan Oscar, dalam kondisi apa pun, dia baru bersedia bertolak ke tengah laut.
“Nasib anak saya sekarang terus menghantui pikiran saya. Jadi, saya belum mau bicara dulu,” ujar dia sembari menundukkan kepala. Di tengah proses pencarian korban lainnya oleh tim gabungan, Atil mengatakan, “Saya masih menunggu anak saya….” Kira-kira ini pula yang diucapkan oleh Bapa di sorga selama hampir enam ribu tahun sejak kejatuhan pertama kali manusia dalam dosa di Taman Eden.
Namun di dalam kerinduan-Nya melihat kembali anak-anak manusia yang hilang karena dosa, Dia tidak berdiam diri dan pasrah sebagaimana yang dilakukan manusia yang terbatas seperti Atil dan kita semua.
Tuhan kita bukanlah Allah yang berdiam diri untuk menentukan nasib ciptaan-Nya yang terancam maut oleh karena dosa yang dilakukannya (Roma 6:23).
“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Yohanes 3:17.
Dalam diri Anak-Nya yang tunggal Dia turun ke dunia untuk menebus kita. Yesus, Putra yang begitu dikasihi-Nya itu, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Filipi 2:6-8.
Apa yang digambarkan oleh bapa dalam perumpamaan anak yang hilang ketika anaknya itu terlihat dari kejauhan sedang berjalan kaki dengan pakaian compang-camping menuju rumahnya? “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” Lukas 15:20.
Saudara, Tuhan kita telah melakukan dua hal supaya kita pulang ke rumah. Pertama, dalam diri Anak-Nya telah turun ke dunia untuk menebus kita. Kedua, sekarang Dia menunggu respon kita serta tengah bersiap untuk ‘berlari’ kepada kita dalam kedatangan-Nya kedua kali.
Tangan-Nya saat ini terentang untuk menerima pertobatan kita.
“Dengan lemah lembut Yesus memanggil. Memanggil engkau dan aku. Di pintu hatimu Dia menunggu, menunggu engkau dan aku. Jangan lambat bila Yesus menghimbau, menghimbau engkau dan aku. Mengapa berlambat terima rahmat-Nya bagimu dan bagiku. Renungkan kasih ajaib dijanjikan-Nya, bagi engkau dan aku. Diampuni-Nya semua yang berdosa, dosa engkau dan aku . . . Pulang, pulang, engkau yang lelah pulanglah. Dengan lemah lembut Yesus memanggil, panggil pulang ke rumah.”