Bagaimana perasaan Anda saat berada di makam seseorang yang Anda kasihi?
[AkhirZaman.org] Setiap saya bangun pagi, saya berada satu hari lebih dekat untuk dapat berjumpa dengan saudara laki-laki saya. Inilah yang memberikan pengharapan pada saya. Saat itu, saya berada di makam yang terbuka dan melihat seseorang terbaring di sana, seluruh kehidupan saya tergeletak di sana. Sepanjang acara pemakaman, saya berdiri di bawah langit yang redup bersama dengan keluarga dan saya bertanya pada diri sendiri, bagaimana dengan orang-orang yang tidak percaya pada kedatangan Yesus yang kedua kali sanggup menguburkan seseorang yang mereka kasihi?
Pemikiran masa kanak-kanak
Saya ingat belajar tentang kedatangan Yesus yang kedua saat berumur 10 tahun, ketika keluarga saya menjadi Kristen. Gambar berwarna yang saya lihat membuat saya sangat tertarik. Salah satu yang menjadi favorit saya adalah Yesus turun dari tahtaNya di surga. Tahta itu berada pada awan yang bergelombang dengan cahaya yang memancar darinya. Busur pelangi di atasnya dan pasukan malaikat besertaNya. Di bawah segala kemuliaan itu banyak orang berdiri — orang-orang dengan tangan yang terentang, seperti telah lama hendak bertemu Dia; orang-orang dengan wajah yang tersenyum, seolah menyambut seorang Teman.
Lalu ada gambar lain. Salah satu yang sangat bermakna bagi saya sekarang. Itu melukiskan sebuah pemakaman dan apa yang terjadi terhadap orang benar yang meninggal pada saat Yesus kembali. Makam-makam terbuka! Seorang malaikat menggandeng seorang anak yang dibangkitkan bertemu dengan ibunya; keluarga berkumpul kembali dengan lengkap bersama ayah mereka; pasangan muda bertemu. Pemakaman yang dulunya sebuah tempat yang penuh kesedihan sekarang menjadi tempat penuh sukacita.
Pada masa kanak-kanak, saya menanti kedatangan Yesus yang kedua kali untuk beberapa alasan yang sekarang nampak dangkal. Di surga saya dapat menunggang seekor gajah, berenang dengan ikan paus, dan memiliki kuda saya sendiri! Sekarang alasan-alasan saya lebih mendalam. Saya hanya ingin bertemu dengan Yesus. Saya ingin bertemu dengan Dia sebab saya tahu Dia akan membuat segalanya benar. Semakin saya menikmati hidup ini dan senang tinggal dalam kelimpahan, saya semakin kawatir melihat orang-orang yang tersakiti dan saya sendiri mengalami rasa sakit itu.
Mengharapkan
Kita semua punya alasan masing-masing dalam mengharapkan kedatangan Yesus kembali: beberapa dari kita merindukan orang yang kita kasihi dan rindu memeluk mereka lagi; beberapa kawatir dengan tubuh yang sakit dan usia lanjut, dan tidak sabar mengharapkan kesehatan, kekekalan; beberapa ingin segera mengakhiri depresi atau kecemasan dan mereka menunggu untuk disembuhkan dan merasakan kedamaian; beberapa merasa lelah dengan rasa takut terhadap teroris, peperangan, kemiskinan, dan bencana alam, dan memimpikan dunia baru yang dijanjikan. Bagaimanapun juga alasan-alasan kita, dapat disimpulkan : kita rindu pulang ke rumah.
Bahkan jika semuanya hilang dalam perjalanan hidup saya dan semua mimpi saya menjadi kenyataan, saya yakin saya masih berharap akan surga. Tetapi sekarang saya sangat merindukannya. Kenyataannya, seperti orang yang saya kenal sudah sangat lama menderita adalah juga yang paling mengharapkan surga. Mereka yang mengalami penderitaan fisik atau emosional mengerti apa yang saya maksudkan : orang tua yang melahirkan anak cacat mental; suami yang ditinggalkan istrinya untuk lelaki lain; wanita yang menerima kata-kata “ engkau tidak bisa memberikan keturunan”; remaja yang berjuang dalam depresi; pasien yang divonis,” tidak ada harapan”; seseorang yang menerima telepon yang menakutkan” telah terjadi sebuah kecelakaan”.
Yesus menjanjikan perubahan segera, secara radikal dan permanen suatu hari nanti atas segala sesuatu yang tidak benar. 1 korintus 15 : 51-52 berkata,” Kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir … dan kita semua akan diubah. “ kedatangan kedua kali adalah kemenangan akhir yang mana terlihat seperti dalam peperangan yang tiada akhir dengan Setan. Dan ketika waktu itu tiba, tidak ada yang dapat menahan Yesus untuk mundur. Sama seperti Setan yang tidak dapat menahan Dia di dalam kubur, dia juga tidak dapat menahan terompet dibunyikan atau menyembunyikan semarak kedatangan Yesus.” Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia” Wahyu 1:7
Kata-kata penguatan
Ketika Yesus hidup di dunia, Dia menyaksikan dan mengalami penderitaan dalam dunia. Dia tahu bahwa kita membutuhkan kata-kata penguatan yang mengingatkan kita bahwa suatu hari nanti hidup kita akan lebih baik. Jadi Ia meninggalkan kita dengan kata-kata ini, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yohanes 14:1-3). Janji Yesus sangat jelas. Ia menyediakan tempat bagimu. Dia akan kembali dan membawamu bersamaNya. Hari ini Anda berada satu hari lebih dekat daripada kemarin—dan besok Anda satu hari lebih dekat dibanding hari ini.
Suatu hari, tangisan yang terakhir, orang meninggal yang terakhir, orang berduka yang terakhir. Penderitaan terakhir yang akan dirasakan. Karena Tuhan telah berjanji, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu. Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Wahyu 21:4,5)
Seandainyapun kita ragu, Dia terus menyakinkan kita,” Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.” (ayat 5)
JanjiNya
Kembali pada hari yang suram itu, saat saudara laki-laki saya dimakamkan, saya merasa sulit sekali untuk meninggalkannya. Saya tidak tahu bagaimana canya untuk meninggalkannya. Apa yang harus saya lakukan atau katakan? Lalu saya mengetahuinya. Saya menunduk ke makam itu dan mengatakannya perlahan , belum dengan keyakina yang kuat, kata-kata dalam 1 Tesalonika 4:16,” Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit,” begitulah saya tinggalkan makam saudara saya. Dengan sebuah janji.
Ayat itu berikutnya menjelaskan apa yang akan terjadi pada mereka yang belum meninggal: sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. (ayat 17). Saya senang dengan kata itu — selamanya bersama Tuhan kita. Dan akhir dari pasal itu berkata,” Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. “ (ayat 18)
Jadi saya mengingatkan Anda akan janji itu. Titus 2 :13 menyebutnya “penggenapan pengharapan” tanpa pengaharapan ini, “saya tidak punya sesuatu untuk dituliskan. Dan saya akan meninggalkan makam saudara laki-laki saya dengan perasaan duka bahwa inilah akhir segalanya. Sebaliknya, saya pergi dengan sebuah janji dalam hati. Sebuah janji yang terlalu terang untuk diredupkan oleh kegelapan dunia. Seperti kata suami saya, menasehati saya,” ini adalah lorong gelap. Tetapi jika engkau melihatnya dari dekat, ada cahaya di ujung lorong. Itu adalah Kedatangan kedua kali”
Kata-kata terakhir Yesus
Kata-kata terakhir Yesus dalam Kitab Suci yang tercatat di Wahyu 22:20 adalah kata-kata yang meyakinkan kita dan memberikan pengharapan pada kita: “Ya, Aku datang segera.” Saya percaya itu. Saya mempercayainya dengan sepenuh hati saya.
Saat saya berada di surga, saya akan menunda untuk menunggang gajah dan berenang dengan ikan paus. Saya ingin langsung bertemu dengan Yesus dan berterimakasih padaNya karena sudah menepati janjiNya. Saya ingin berterimakasih karena sudah datang untuk kita dan membawa kita pulang.
Oleh: Nancy Canwell
Ditulis pada majalah “Sign of the Time”, Edisi Maret 2011
Diterjemahkan oleh akhirzaman.org