“Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-Iuap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.” (Kisah 26:9-11).
[AkhirZaman.org] Melalui kepercayaan dalam kesalahan Setan menyatakan Allah, tabiat dan nasib manusia berubah, tetapi jikalau manusia mau percaya akan firman Allah, mereka akan diubahkan dalam pikiran dan tabiat, dilayakkan untuk hidup yang kekal.
Mempercayai bahwa “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16), akan mengubah hati, dan menghasilkan kembali di dalam manusia citra Allah.
Sama,seperti banyak orang sekarang, begitulah (sebelum pertobatannya) Paulus sangat yakin dalam kesalehan keturunan; tetapi keyakinannya ternyata adalah kepalsuan. ltu adalah iman di luar Kristus, karena ia percaya akan bentuk-bentuk dan upacara-upacara. Keberaniannya terhadap hukum terpisah dari Kristus dan tidak ada nilainya. Kesombongannya adalah bahwa ia tidak bercela dalam pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum; tetapi Kristus yang membuat hukum itu bernilai ditolaknya. la yakin bahwa ia benar. la berkata: “Bagaimana pun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati” (Kisah 26:9,10). Selama suatu waktu Paulus melakukan suatu pekerjaan yang sangat kejam, dengan mengira bahwa ia sedang melakukan pekerjaan Allah, karena ia mengatakan, “….Semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar lman” (1 Timotius 1:13). Tetapi kesungguh-sungguhannya tidak membenarkan perbuatannya, atau menjadikan yang salah itu kebenaran.
lman adalah perantara yang melaluinya kebenaran atau kesalahan mendapat tempat menginap dalam pikiran. Adalah dengan tindakan pikiran yang sama sehingga kebenaran atau kesalahan diterima, tetapi hal itu membuat suatu perbedaan menentukan apakah kita percaya firman Allah atau perkataan manusia. Ketika Kristus menyatakan diri-Nya kepada Paulus, dan ia diyakinkan bahwa ia sedang menganiaya Yesus dalam pribadi umat kesucian-Nya, ia menerima kebenaran sebagaimana itu pada Yesus. Suatu kuasa yang mengubah dinyatakan pada pikiran dan tabiat, dan ia menjadi seorang manusia baru dalam Yesus Kristus. la menerima kebenaran dengan begitu penuh sehingga baik bumi maupun neraka tidak dapat mengguncang lmannya.