“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kolose 3:5).
[AkhirZaman.org] Maukah mereka meletakkan beban dan mengajukan syarat kepada Tuhan dari sudut keuangan? Tidak, tidak.
Sekiranya setiap pelayan waktu meninggalkan pos tugasnya, mereka tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan itu. Mereka akan mengatakan, “Jika Tuhan menempatkan saya di sini, la ingin saya menjadi seorang penatalayan yang setia, belajar dari pada-Nya hari demi hari bagaimana melaksanakan pekerjaan itu sehingga dapat diterima. Saya akan berdiri di pos saya sampai Allah melepaskan saya.
Saya akan mengetahui apa artinya menjadi seorang Kristen praktis yang segenap hati. Saya mengharapkan pahala saya sebéntar lagi.”
Orang-orang percaya yang dalam sejarah permulaan pekerjaan itu berkorban untuk membangun pekerjaan itu disalut dengan roh yang sama. Mereka merasa bahwa Allah menuntut semua yang bersangkutan dengan pekerjaan-Nya suatu penyerahan tanpa syarat dari jiwa, tubuh, dan roh, dari semua jasa dan kesanggupan, untuk menjadikan pekerjaan ltu sukses. Kesaksian-kesaksian datang kepada mereka, meminta semua tenaga mereka untuk Allah bekerja sama dengan makhluk-makhluk llahi, dan semua kesanggupan tambahan yang diperoleh melalui pelatihan setiap kemampuan. Mereka yang dapat memutuskan hubungan dengan pekerjaan Tuhan karena suatu bujukan duniawi, boleh merasa mereka memiliki suatu taraf penting dalam pekerjaan Allah; tetapi sifat mementingkan diri dan keserakahan yang tersembunyi di dalam hati manusia adalah nafsu yang paling berkuasa . . . .
Kecuali jiwa hidup setiap hari dengan daging Kristus dan minum darahNya, maka unsur kesalehan akan dikalahkan oleh kesetanan. Sifat mementingkan diri dan keserakahan akan menjauhkan kemenangan. Keyakinan diri, roh yang bebas tidak pernah akan masuk ke dalam kerajaan Allah. Hanyalah mereka yang ikut mengambil bagian dengan Kristus dalam penyangkalan dan pengorbanan diri-Nya yang akan menjadi para peserta yang ikut mengambil bagian dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Mereka yang menyadari, apa artinya penebusan bagi mereka dan bagi sesama mereka manusia, akan berjalan dengan iman, dan mereka akan mengerti keperluan besar manusia. Hati mereka tergerak dengan belas kasihan ketika mereka melihat kemelaratan yang merajalela di dunia kita—rakyat jelata yang menderita karena tidak ada makanan dan pakaian, dan kerusakan moral beribu-ribu orang, serta ribuan orang yang berada di bawah bayang-bayang nasib mengerikan . . . Yesus Kristus telah mencapai kemenangan ajaib atas sifat mementingkan diri manusia. Penyangkalan diri, pengorbanan diri Kristus senantiasa berada di hadapan mereka yang adalah teman sekerja dengan Dia, dan kemauan manusia ditaklukan di bawah kemauan Allah.
(2 SM 215, 216)