“Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Lukas 24:25-27.
[AkhirZaman.org] Cap pikiran berbeda-beda. Tidak semua orang sama pengertiannya terhadap pernyataan-pernyataan dan ungkapan-ungkapan. Ada yang mengerti pernyataan-pernyataan Kitab Suci sesuai dengan pikiran dan keadaan khusus mereka. Praduga, prasangka, dan nafsu mempunyai pengaruh yang kuat untuk menggelapkan pengertian dan mengacaukan pikiran bahkan dalam membaca kata-kata tulisan kudus.
Murid-murid yang berjalan ke Emaus perlu dibebaskan dalam penafsiran mereka terhadap Kitab Suci. Yesus berjalan dengan mereka tanpa dikenal, dan sebagai seorang manusia Ia bercakap-cakap dengan mereka. Mulai dari Musa sampai kepada para nabi Ia mengajar mereka dalam segala perkara mengenai diri-Nya sendiri, bahwa kehiduan-Nya, tugas-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya adalah sama seperti yang firman Allah telah katakan lebih dulu. Ia membuka pengertian mereka supaya mereka dapat mengerti akan Kitab Suci. Betapa cepatnya Ia meluruskan ujung-ujung yang bengkok dan menunjukkan kesatuan dan kesungguh-sungguhan Ilahi terhadap Kitab Suci. Berapa banyak manusia dalam zaman ini memerlukan pengertian mereka dibukakan.
Alkitab ditulis oleh orang-orang yang diIlhami, tetapi itu bukanlah gaya pikiran dan ungkapan Allah. Itu adalah ekspresi manusia. Allah, sebagai penulis, tidak diwakili. Manusia akan sering mengatakan ungkapan sedemikian rupa tidak seperti Allah. Tetapi Allah tidak menaruh diri-Nya sendiri dalam kata-kata, dalam hal yang logis, dalah kata-kata yang indah, pada kesukaran dalam Alkitab. Para penulis Alkitab adalah manusia pena Allah, bukan pena-Nya. Lihat para penulis itu beda-beda.
Bukanlah kata-kata Alkitab yang diilhami, tetapi manusialah yang diilhami. Perbuatan ilham bukan pada kata-kata manusia atas ungkapannya melainkan pada manusia itu sendiri, yang dibawah pengaruh Roh Kudus, diresapi dengan pemikiran-pemikiran. Tetapi kata-kata menerima kesan pikiran pribadi. Pikiran Ilahi dibeberkan. Pikiran dan kehendak Ilahi digabung dengan pikiran dan kehendak manusia; jadi ungkapan-ungkapan manusia itu adalah perkataan Allah.
Manuscript 24, 1886 (ditulis di Eropa tahun 1886)