“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11).
[AkhirZaman.org] Pekerjaan ada di hadapan kita; maukah kita terlibat di dalamnya? Kita harus cepat bekerja, kita harus maju dengan tetap. Kita harus bersedia untuk hari besar Tuhan. Kita tidak boleh kehilangan waktu, kehilangan waktu terlibat dalam maksud-maksud mementingkan diri. Dunia harus diberi amaran. Apakah yang sedang kita lakukan secara pribadi untuk membawa terang ke hadapan orang lain? Allah telah memberikan pekerjaan-Nya kepada tiap-tiap orang; setiap orang ada bagian untuk dilakukan, dan kita tidak dapat melalaikan pekerjaan ini kecuali kita hendak membahayakan jiwa kita.
Oh saudara-saudaraku, apakah engkau mau mendukakan Roh Kudus, dan menyebabkan-Nya pergi? Apakah engkau akan menutup pintu bagi Juruselamat yang menyelamatkan itu, oleh sebab engkau tidak bersedia terhadap kehadiran-Nya? Apakah engkau hendak meninggalkan jiwa-jiwa untuk binasa tanpa pengetahuan kebenaran, oleh sebab engkau menyukai kemudahan untuk memikul beban yang Yesus tanggung untukmu? Marilah kita bangun dari tidur. “Sadarlah dan berjaga-jagalah, lawanmu si lblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8).—The Review and Herald, 22 Maret 1887.
Di dalam hati banyak orang tampaknya sudah jarang adanya napas kehidupan rohani. Ini membuat saya sangat sedih. Saya merasa takut karena peperangan melawan dunia secara agresif, melawan daging, dan si Iblis tidak dipertahankan. Apakah kita akan bergembira ria, dengan agama Kristen yang separuh mati, cinta diri, roh dunia yang serakah, sambil membagikan kedegilan dan tersenyum atas kepalsuannya?—Tidak! Dengan kasih karunia Allah marilah kita berdiri teguh pada prinsip-prinsip kebenaran, memegang teguh sampai kesudahan permulaan keyakinan kita. “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendur, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11). Satu-satunya guru kita, yakni Kristus. Kepada-Nyalah kita harus memandang. Dari Dia kita harus menerima hikmat kita. Dengan kasih karunia-Nya kita harus memelihara kejujuran kita, berdiri di hadapan Allah dengan kelemahlembutan dan penyesalan yang dalam serta menyatakan Dia kepada dunia.