“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya (Keluaran 19:10).
[AkhirZaman.org] Tetapi ada suatu golongan yang terus-menerus berblcara berulang-ulang mengenai kesombongan, dan pakaian, yang lalai terhadap pakaian mereka sendiri, dan yang merasa adalah suatu kebaikan menjadi kotor, dan berpakaian tanpa aturan dan keserasian. Pakaian mereka kotor, namun orang-orang tersebut akan selalu berbicara melawan kesombongan. Sekiranya mereka berada di antara jumlah orang-orang yang berkumpul sekeliling gunung untuk mendengar hukum yang diucapkan di Sinai, mereka telah diusir dari jemaat Israel, oleh sebab mereka tidak menurut perintah Allah—“Dan menyuruh mereka mencuci pakaian mereka,”persiapan untuk mendengarkan hukum-Nya yang diberikan dalam kebesaran yang menakutkan. Sepuluh perintah yang diucapkan oleh TUHAN dari Sinai lidak dapat hidup di dalam hati orang-orang yang tidak karuan, dengan kebiasaan-kebiasaan yang kotor. Jika Israel purba tidak dapat begitu banyak mendengarkan proklamasi hukum yang kudus itu, kecuali mereka menaati perintah Yahwe, dan membersihkan pakaian mereka, bagaimanakah hukum yang kudus itu dapat ditulis di hati orang-orang yang tidak bersih dalam pribadi, dalam berpakaian, atau dalam rumah mereka? ltu adalah mustahil. Pengakuan mereka mungkin setinggi surga, namun tidak berharga seperti jerami. Pengaruh mereka menjijikkan orang-orang yang tidak percaya.
Lebih baik jika mereka tetap berada di luar jajaran umat Allah yang setia. Rumah Allah tidak dihormati oleh para pengaku seperti itu. Semua yang bertemu pada hari Sabat untuk berbakti pada Allah, sekiranya mungkin, harus memiliki busana yang rapi, pantas, dan menarik untuk dipakai di rumah perbaktian. Adalah suatu kehinaan pada hari Sabat, dan pada Allah serta rumah-Nya, jika mereka yang mengaku bahwa hari Sabat adalah hari kudus Tuhan, dan terhormat, memakai pakaian yang sama pada hari Sabat yang mereka telah pakai sepanjang minggu ketika bekerja di ladang mereka, padahal mereka dapat memperoleh yang lain. Jika ada orang-orang yang layak yang dengan segenap hati mereka mau menghormati Tuhan atas hari Sabat, dan perbaktian pada Allah, dan yang tidak dapat memperoleh pakaian ganti, biarlah mereka yang mampu, menyumbangkan pakaian untuk hari Sabat seperti itu, supaya mereka dapat muncul di rumah Allah dengan pakaian bersih dan pantas. Suatu keseragaman yang lebih besar dalam berpakaian akan menyenangkan Allah. Mereka yang membelanjakan uang untuk pakaian mahal dan bahan-bahan tambahan, dengan sedikit penyangkalan diri dapat mencontohkan agama yang suci, dengan kesederhanaan pakaian, dan kemudian menggunakan uang yang biasanya mereka belanjakan dengan tidak perlu dalam membantu beberapa saudara atau saudari yang miskin, yang dikasihi Allah, untuk memperoleh pakaian yang rapi dan sederhana.
(2SM 474, 475)