“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
[AkhirZaman.org] Keluarga manusia semuanya telah melanggar hukum Allah, dan sebagai pelanggar-pelanggar hukum, manusia binasa tanpa pengharapan; karena ia adalah musuh Allah, tanpa kekuatan untuk melakukan sesuatu yang baik.
“… Keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena la tidak takluk kepada hukum Allah, hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7). Memandang ke dalam cermin moral—hukum kudus Allah—manusia melihat dirinya sendiri orang berdosa, dan diyakinkan tentang keadaannya yang jahat, nasibnya yang tak ada harapan di bawah hukuman hukum yang adil.
Tetapi ia tidak ditinggalkan dalam keadaan tak ada harapan dan malang di mana dosa telah menjerumuskannya; karena adalah untuk menyelamatkan orang durhaka dari kebinasaan sehingga la yang setara dengan Allah mempersembahkan nyawa-Nya di Golgota. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yesus adalah yang besar di surga, panglima malaikat-malaikat yang kekasih, yang senang melakukan kegemaran-Nya. la satu dengan Allah, di pangkuan Bapa…” (Yohanes 1:18), namun la merasa bukanlah hal yang diinginkan setara dengan Allah padahal manusia hilang dalam dosa dan kemalangan. la turun dari takhta-Nya, la meninggalkan mahkota-Nya sendiri dan tongkat kerajaan, lalu menyelimuti KeilahianNya dengan kemanusiaan. la merendahkan diri-Nya sendiri sampai kepada kematian di salib, supaya manusia dapat ditinggikan kepada singgasana dengan Dia di atas takhtaNya. Di dalam Dia kita mempunyai persembahan lengkap, suatu korban kekal, Juruselamat yang berkuasa, yang sanggup menyelamatkan sepenuhnya semua yang datang kepada Allah melalui Dia. Dengan kasih la datang untuk menyatakan Bapa, untuk merujukkan manusia pada Allah, untuk menjadikannya suatu kejadian baru yang dibarui menurut gambar rupa Dia yang menciptakannya.
Yesus adalah korban pendamaian kita. Kita tidak dapat melakukan pendamaian sendiri; tetapi dengan lman kita dapat menerima pendamaian yang telah dibuat. “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, la yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya la membawa kita kepada Allah…” (1 Petrus 3:18).