“Siapakah seperti orang berhikmat? Dan siapakah yang mengetahui keterangan setiap perkara? Hikmat manusia menjadikan wajahnya bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya” (Pengkhotbah 8:1).
[AkhirZaman.org] Saya dibawa dari suatu ruangan orang sakit ke ruangan yang lain di mana Dr. B. adalah tabibnya.
Pada beberapa hal saya dibuat sedih melihat ketidakefisiensian yang besar. Ia tidak memperoleh pengetahuan yang cukup untuk mengerti apa yang kasus itu mintakan dan apa yang esensial untuk dilakukan untuk menghilangkan penyakit. Dia yang berkuasa yang sudah sering memberi petunjuk kepada saya, berkata, “Orang muda, engkau bukanlah seorang pelajar yang cermat. Engkau harus muncul ke permukaan. Engkau harus membuat penelitian yang cermat, menggunakan peluang-peluangmu, belajar lebih banyak; dan pelajaran-pelajaran apa yang engkau pelajari, pelajarilah lebih dalam. Engkau pergi dengan beban yang terlalu ringan. Merupakan suatu perkara yang khidmat menempatkan kehidupan manusia berada di tanganmu, di mana tiap kekeliruan yang mungkin engkau buat, tiap kelalaian akan pengetahuan yang dalam pada bagianmu, bisa memperpendek keberadaan mereka yang seharusnya boleh hidup. Bahaya ini akan berkurang, jika sang tabib memiliki lebih banyak pengetahuan perihal bagaimana merawat orang sakit.”
Saya belum pernah menulis yang seperti ini kepadamu, tetapi saya sudah menyampaikan semua, dalam suatu cara yang umum, tanpa mengaplikasikannya kepada kasusmu. Sekarang saya merasa kamu seharusnya mengetahui perkara-perkara ini, bahwa terang yang sudah diberikan kepada para pekerja di sanatorium, dalam beberapa hal diartikan kepadamu. Saya berkata kepadamu dalam roh kasih bagi jiwamu, dan dengan suatu perhatian terhadap keberhasilanmu sebagai seorang pelaku medis, kamu harus meminum lebih dalam dari mata air pengetahuan, sebelum kamu dipersiapkan menjadi yang pertama atau sendirian dalam suatu institusi bagi orang sakit. -Letter 7, 1887.
Dalam khayal terakhir yang diberikan kepada saya kasus kamu disampaikan kepada saya. . . . Dari apa yang sudah ditunjukkan kepada saya kamu adalah pelanggar perintah ketujuh. Bagaimana selanjutnya pemikiranmu berada dalam keselarasan dengan Firman Allah, kebenaran-kebenaran yang memahatmu pada setiap perbuatan? Jika kamu telah dikhianati ke dalam kebodohan ini dengan tidak sadar, itu akan lebih dapat dimaklumi, tetapi kamu tidak demikian. Kamu sudah diamarkan. Kamu sudah dihardik dan dinasihati. . . Jiwa saya terganggu. . . . Saya tidak akan menutup-nutupi keadaanmu. Kamu berada dalam keadaan yang menakutkan dan kamu perlu diubahkan sepenuhnya.-—
Letter 52, 1876.
(3 SM 52, 53)