“Jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan” (Markus 3:25)
[AkhirZaman.org] Suatu keluarga yang berdisiplin, yang kasih dan taat kepada Allah, akan menjadi suatu keluarga yang selalu ceria dan gembira. Sang ayah, ketika ia kembali dari pekerjaan hariannya tidak akan membawa kerumitan pekerjaan ke rumahnya. Ia akan merasa bahwa rumah dan keluarga terlalu kudus untuk diganggu dengan kerumitan yang tidak menyenangkan. Ketika ia meninggalkan rumah, ia tidak meninggalkan Juru Selamatnya dan agamanya di belakang. Keduanya adalah temannya. Pengaruh yang manis di rumah, doa dari istrinya, dan kasih anak-anaknya, membuat beban-bebannya ringan, dan ia kembali dengan damai dalam hatinya, dan perkataan-perkataan yang menghibur yang menimbulkan keceriaan bagi istrinya dan anak-anaknya yang menunggu dengan sukacita untuk menyambut kedatangannya. Sementara ia tunduk bersama keluarga, di mezbah doa, ia melayangkan ungkapan syukurnya kepada Allah, karena penjagaan-Nya yang dalam bagi diri dan orang-orang yang dikasihinya sepanjang hari, malaikat Allah hadir dalam ruangan itu, dan membawa doa yang sungguh-sungguh dari orang tua yang takut akan Allah ini ke surga, sebagai suatu bau-bauan yang harum, yang dijawab oleh munculnya berkat-berkat.
Para orangtua harus memberi kesan pada anak-anak mereka bahwa adalah dosa untuk memanjakan selera, yang mencederai perut. Mereka harus memberi pengaruh pada pemikiran anak-anak bahwa oleh melanggar hukum-hukum kesehatan, mereka berdosa terhadap Pencipta mereka. Anak-anak yang dididik dengan cara itu tidak akan sulit untuk dikendalikan. Mereka tidak akan dikuasai oleh sifat lekas marah dan kondisinya akan lebih baik dalam menikmati kehidupan. Anak-anak yang seperti itu akan lebih siap dan mengerti dengan lebih jelas kewajiban moral mereka. Anak-anak yang sudah diajarkan untuk menyerahkan kehendak dan harapan kepada orang tua mereka, akan lebih mudah dan lebih siap menyerahkan kehendak mereka kepada Allah, dan mau dikendalikan oleh Roh Kristus. Mengapa ada begitu banyak yang menyatakan diri sebagai orang Kristen, yang memiliki banyak pencobaan, yang tetap membuat gereja terbebani, adalah karena mereka belum benar-benar dilatih pada masa kanak-kanak dan dibiarkan membentuk tabiat mereka sendiri. Kebiasaan-kebiasaan mereka yang salah belum diperbaiki. Mereka bertumbuh dalam kondisi tidak berdisiplin, dan sekarang, dalam pengalaman keagamaan mereka, adalah sulit untuk menyerah kepada disiplin yang murni yang diajarkan dalam firman Allah. Para orangtua seharusnya, menyadari tanggung jawab mereka untuk mendidik anak-anak menurut pengalaman keagamaan mereka.
(2 SM 439, 440)