“Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ‘Jangan mengingini!”’ (Roma 7:6, 7).
[AkhirZaman.org] Banyak orang yang berseru, “percaya, percaya saja.” Tanyakan pada mereka apakah yang engkau percayai. Adakah engkau mempercayai dusta yang dirancang Setan melawan hukum Allah yang kudus, benar dan baik?
Allah tidak menggunakan kasih karunia-Nya yang besar dan indah untuk membuat hukum-Nya tidak berlaku, tetapi untuk menegakkan hukum-Nya. Apakah keputusan Paulus? la mengatakan:
“Jika demikian apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak. Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa…. Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, (hukum itu berakhir?-Tidak) sebaliknya aku (Paulus) mati…. Jadi hukum Taurat adalah kudus, (berdiri langsung di jalan kebebasan dan damai sejahteraku?-Tidak) dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik” (Roma 7:7-12).
Paulus mengetahui bahwa tidak ada kuasa dalam hukum untuk mengampuni orang yang melanggar hukum. “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat (Roma 3:20). “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai oleh dosa karena dosa, la telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Roma 8:3, ‘4).
Tuhan melihat keadaan kita yang jatuh; la melihat keperluan kita terhadap kasih karunia, dan oleh sebab la mengasihi jiwa kita, la telah memberi kita kasih karunia dan damai sejahtera. Kasih karunia artinya kebaikan kepada orang yang tidak layak, kepada orang yang hilang. Kenyataan bahwa kita adalah orang-orang berdosa, gantinya menutup kita jauh dari rahmat dan kasih Allah, membuat penggunaan kasih-Nya pada kita suatu keperluan positif supaya kita dapat diselamatkan. Kristus mengatakan, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu juga pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap…” (Yohanes 15:16).