“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”(Yakobus 4:4).
[AkhirZaman.org] Di tempat yang sama di mana perhimpunan-perhimpunan ini sudah mengadakan perkumpulan mereka, di sana jemaat-jemaat sudah bertemu untuk menyembah Allah. Selama jam ibadah llahi yang khidmat itu dapatkah kamu melupakan suasana hura-hura dan pesta pora, dan pemanjaan dalam cawan anggur?
Semua ini Allah tuliskan dalam buku-Nya sebagai tidak bertarak. Bagaimana hal itu bisa bercampur dengan kenyataan-kenyataan abadi? Apakah kamu lupa bahwa pada semua perkumpulan-perkumpulan hura-hura ini ada Seorang Saksi yang hadir, sebagaimana pada acara pesta pora Bel-syazar? Kalau saja tirai yang memisahkan kita dari dunia yang tidak terlihat digulung, kamu akan melihat Juruselamat itu yang berduka karena melihat orang-orang yang larut dalam hura-hura di meja itu, dalam gelak tawa dan lelucon, sehingga membuat Kristus, pusat dari pengharapan dunia ini, hilang dari pikiran-pikiran mereka.
Mereka yang tidak bisa melihat antara dia yang melayani Allah dan dia yang tidak melayani Dia, mungkin saja berada seruangan dengan perhimpunan ini yang tidak memilik hubungan dengan Allah, letapi tidak satu pun orang Kristen yang sungguh-sungguh yang bisa berhasil dengan baik dalam atmosfer yang seperti itu. Udara kehidupan surga tidak ada di sana. Jiwanya tidak berbuah, dan ia merasakan kekurangan penyegaran Roh Kudus sebagaimana bukit-bukit Gilboa merindukan embun dan hujan.
Ada waktu-waktu di mana oleh kondisi seorang pengikut Kristus mungkin dipaksa untuk menyaksikan pemandangan-pemandangan akan kesenangan yang tidak kudus, tetapi hal ltu dengan suatu hati yang penuh duka. Bahasa itu bukanlah bahasa Kanaan, dan anak Allah tidak akan pernah memilih persekutuan-persekutuan seperti itu. Bilamana seorang pengikut Kristus merasa perlu untuk dibawa ke dalam perhimpunan yang ia tidak pilih, biarlah ia bersandar pada Allah, dan Tuhan akan memelihara dia. Tetapi la tidak akan mengorbankan prinsip-prinsipnya dalam tiap hal, apa pun godaan itu. Kristus tidak akan pernah memimpin para pengikut-Nya untuk menerapkan bagi diri mereka sendiri sumpah-sumpah yang akan menggabungkan mereka dengan orang-orang yang tidak memillki hubungan dengan Allah, yang tidak berada di bawah pengendalian pengaruh Roh Kudus-Nya. Satu-satunya standar tabiat yang benar adalah hukum Allah yang suci, dan adalah tidak mungkin bagi mereka yang membuat hukum itu mengatur kehidupan, untuk bersatu dalam keyakinan dan persaudaraan yang hangat dengan orang-orang yang membalikkan kebenaran Allah menjadi suatu dusta, dan menganggap otoritas Allah tidak berarti apa-apa.
( 2 SM 126-127)