Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Matius 25:21.
[AkhirZaman.org] Ketika pikiranmu bergemar dalam keindahan yang memukau dari dunia ini, pikirkanlah dunia yang akan datang, yang tidak akan pernah mengetahui kesuraman dosa dan kematian; di mana wajah alam ini tidak akan lagi mengenakan bayangan kutukan. Biarlah imajinasimu melukiskan rumah Orang-orang yang diselamatkan, dan ingatlah bahwa ia itu akan lebih mulia daripada yang bisa dilukiskan oleh imajinasimu yang paling cemerlang. Dalam berbagai karunia Allah di alam ini kita melihat hanya kilauan yang paling samar dari kemuliaan-Nya. Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” 1 Korintus 2:9.
Suatu saat nanti Pintu-pintu gerbang Surga akan dibuka untuk dilewati Anak-anak Allah, dan dari bibir Sang Raja kemuliaan itu dan berkah akan sampai ke telinga mereka bagaikan musik yang sangat merdu, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Matius 25:34.
Kemudian Orang-orang tebusan itu akan disambut ke rumah yang Yesus sedang persiapkan bagi mereka.
Lalu aku tampak Yesus menuntun rombongan Orang-orang tebusan itu ke pintu gerbang kota itu. Dia memegang pintu gerbang itu dan mengayunnya ke belakang pada Engsel-engselnya yang berkilauan dan memerintahkan Bangsa-bangsa yang telah memelihara kebenaran untuk masuk ke dalam. Di dalam kota itu ada setiap perkara untuk memukau mata. Kemuliaan yang kaya mereka saksikan di mana-mana. Kemudian Yesus menyaksikan Orang-orang kudus tebusan-Nya; wajah mereka berkilauan dengan kemuliaan; dan pada saat Dia telah mengarahkan kedua mata-Nya yang penuh cinta pada mereka. Dia berkata, dengan suara-Nya yang megah dan merdu, “Aku menyaksikan penderitaan jiwaKu, dan merasa puas. Kemuliaan yang kaya ini adalah milik kamu sekalian untuk dinikmati selama-lamanya. Kesedihan-kesedihanmu sudah berakhir. Tidak akan ada lagi kematian, maupun kesedihan serta tangisan, juga takkan ada lagi penderitaan.”
Bahasa sama sekali sangat lemah untuk melukiskan sebuah gambaran surga. Ketika pemandangan itu muncul di hadapanku, aku hilang dalam ketakjuban. Terbawa oleh kemuliaan cemerlang dan luar biasa yang melintas, aku meletakkan pena, dan berseru, “Oh, alangkah indahnya! Betapa keindahan yang ajaib!” Bahasa yang paling tinggi sekalipun gagal untuk menggambarkan kemuliaan surga atau Kedalaman-kedalaman yang tiada tara dari cinta Sang Juruselamat.
-Maranatha