Friday, November 22, 2024
Google search engine
HomeUncategorized"Revolusi Feminis", Kaum Perempuan Mesir Yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual Mulai Melawan...

“Revolusi Feminis”, Kaum Perempuan Mesir Yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual Mulai Melawan Balik.

[AkhirZaman.org] Bagi perempuan di Mesir, kekerasan seksual telah lama menjadi masalah endemik — tetapi para korban sekarang mulai melawan balik, tulis Salma El-Wardany.

Setiap perempuan yang saya kenal di Mesir punya cerita tentang pelecehan seksual, penyerangan, atau pemerkosaan. Ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negara tempat bagi perempuan memilih pakaian bukan soal gaya, tapi lebih soal perlindungan.

Selama bertahun-tahun, budaya patriarki, agama, dan konservatisme membuat perempuan seringkali diam ketika pelecehan seksual terjadi karena sikap menyalahkan korban terlalu biasa.

Tetapi sekarang, para perempuan akhirnya memecah kebisuan selama puluhan tahun. Mereka turun ke media sosial untuk berbagi kisah tentang pelecehan mereka, saling memberdayakan, dan menyerukan keadilan.

Titik Balik

Itu dimulai pada Juli ketika sejumlah klaim terhadap siswa Ahmed Bassam Zaki dibagikan di dunia maya. Nadeen Ashraf, seorang siswa berusia 22 tahun, membuat akun Instagram Assault Police untuk membagikan tuduhan ini dan menerima curahan pesan dari para perempuan yang mengklaim bahwa Ahmed Bassam Zaki telah memeras, menyerang, melecehkan, dan memperkosa mereka.

Dalam beberapa hari laki-laki itu ditangkap dan diadili dengan tuduhan “melakukan pelecehan seksual terhadap tiga perempuan di bawah usia 18 tahun dan mengancam mereka, serta pemerasan terhadap perempuan keempat”. Ia membantah semua tuduhan itu.

Akun tersebut sekarang memiliki 200.000 pengikut.

Nadeen kewalahan dengan reaksi dan pesatnya perkembangan. Ia berkata “dalam beberapa minggu ada undang-undang baru yang diberlakukan di parlemen untuk melindungi identitas perempuan ketika mereka [menjadi korban] dalam kejahatan yang bersifat seksual”.

Pelecehan seksual terhadap salah seorang aktivis, Sabah Khodir, begitu mengerikan hingga mendorongnya meninggalkan negara itu dan pindah ke AS tahun lalu.

Namun, Sabah telah berperan penting dalam membantu para perempuan untuk maju, menghubungkan mereka dengan pengacara dan terapis, dan sekarang melihat buah dari usahanya.

Awal tahun ini otoritas agama tertinggi di negeri itu, Masjid Al-Azhar, mengeluarkan pernyataan untuk mendukung perempuan, menyatakan bahwa pakaian perempuan tidak pernah menjadi pembenaran untuk penyerangan.

“Dan dalam salat Jumat pertama setelah gerakan [Assault Police], sebagian besar masjid diminta untuk berbicara tentang anti pelecehan seksual,” kata Sabah.

Ini memicu percakapan yang sangat dibutuhkan seputar agama dan sikap menyalahkan korban.

Para pesohor, selebritas, dan influencer semuanya keluar untuk mendukung gerakan ini dan para laki-laki bergabung dalam debat.

Petualang Mesir terkenal Omar Samra termasuk di antara mereka yang berbicara di media sosial.

“Saya menjadi sangat marah dan frustrasi dengan apa yang sedang terjadi, ini telah mencapai tingkat yang menggelikan, saya tidak berpikir itu akan pernah dilakukan dengan benar sampai para laki-laki bertanggung jawab atas tindakan mereka dan meminta pertanggungjawaban orang lain.”

Taruhan Besar

Namun, di bawah permukaan kekhawatiran tetap ada.

Pembela hak perempuan di negara ini telah mendorong sistem hukum yang lebih baik untuk kejahatan seksual selama bertahun-tahun, dengan sedikit keberhasilan.

Hanya sedikit kasus pemerkosaan yang dituntut di pengadilan, dan pelecehan seksual baru dibuat ilegal pada tahun 2014 berkat lobi dari kelompok feminis seperti juru kampanye hak-hak perempuan terkemuka Mozn Hassan.

Rothna Begum, peneliti hak-hak perempuan di Human Rights Watch, mengatakan bahwa meskipun pemerintah tampaknya berpihak pada perempuan, terdapat penolakan terhadap perempuan di ruang publik, termasuk di dunia maya.

“Pihak berwenang telah berusaha keras untuk menangkap para perempuan yang menjadi influencer di media sosial, mengepos di TikTok … menuding mereka mendorong kebejatan.”

Selain itu, ada kekhawatiran seputar kasus di sebuah hotel mewah Kairo pada tahun 2014, yang mengemuka akibat dari pergerakan ini.

Insiden tersebut melibatkan sembilan pria dari keluarga berpengaruh di masyarakat Mesir yang diduga memperkosa seorang perempuan muda, merekam penyerangan tersebut, kemudian mengedarkan video tersebut di antara teman-temannya.

Sementara Jaksa Penuntut Umum memerintahkan penangkapan para tersangka, mereka juga menangkap para saksi dan orang-orang yang terkait dengan kasus tersebut, melakukan pemeriksaan medis dan menyita ponsel dan laptop mereka untuk mendapatkan informasi pribadi.

Menurut Rothna Begum, pemerintah “meninggalkan perempuan dengan pesan bahwa jika Anda maju untuk melaporkan pemerkosaan atau bertindak sebagai saksi, Anda bisa menghadapi risiko ditangkap”.

Taruhannya tinggi bagi perempuan di Mesir, yang hanya membuat gerakan saat ini semakin luar biasa.

Terlepas dari sistem hukum yang tidak sepenuhnya melindungi mereka, rasa malu yang mungkin mereka terima dari keluarga, dan fakta bahwa hal yang disebut “pembunuhan demi kehormatan” masih terjadi, para perempuan dan gadis Mesir berbicara lebih lantang dari sebelumnya.

Feminis Mesir-Amerika Mona Eltahawy mengatakan ia “sangat optimis … bahwa revolusi feminis akan dimulai”, meskipun ada bukti bahwa pihak berwenang berusaha untuk membungkam dan menindas perempuan di seluruh negeri dengan menangkap para saksi dan influencer TikTok.

“Sekarang saya melihat para remaja putri dan gadis serta orang-orang queer ini menerabas rasa malu, dan saya sangat senang,” katanya.

https://bbc.in/2HDpvqm

Wanita harus menduduki tempat yang dimaksudkan Allah baginya sejak semula, sederajat dengan suaminya.  Dunia memerlukan ibu-ibu yang benar-benar ibu, bukan hanya nama saja melainkan dalam arti yang sebenarnya dari perkataan itu. Tidak salah kalau kita berkata bahwa tugas-tugas yang menandai wanita adalah lebih suci, lebih kudus, daripada tugastugas pria. Biarlah wanita menyadari tentang kesucian pekerjaannya dan di dalam kekuatan dan takut akan Tuhan melakukan tugas seumur hidupnya. Biarlah dia mendidik anak-anaknya supaya berguna di dalam dunia ini dan mewarisi rumah di dalam dunia yang lebih baik. (Membina Keluarga Bahagia, Hal.219, pf.1)

Suami dan ayah adalah kepala keluarga. Istri mengharapkan dari padanya kasih sayang dan rasa simpati, dan bantuan dalam mendidik anak-anak; dan ini hal yang benar. Anak-anak itu sama-sama milik mereka berdua, dan dia sama-sama menaruh perhatian atas kesejahteraan mereka. Anak-anak mengharapkan dari ayah mereka dukungan dan bimbingan; dia perlu memiliki konsep yang benar tentang kehidupan dan pengaruh serta pergaulan yang harus mengitari keluarganya; dia atas segalanya, dia seharusnya dikendalikan oleh kasih dan takut akan Allah dan dengan pengajaran firman-Nya, agar dia bisa menuntun kaki anakanaknya di jalan yang benar. (Membina Keluarga Sehat, hal.353, pf.3)

“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:16,17)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?