Abad Ketigabelas
[AkhirZaman.org] Waldensia. “Mereka katakan bahwa Paus Sylvester yang mulia adalah seorang anti Kristus yang tentang dia disebutkan dalam tulisan Rasul Paulus sebagai anak durhaka. Mereka juga berkata bahwa pemeliharaan hari Sabat harus terjadi. (Ecclesiastical History of the Ancient Churches of Piedmont, hlm. 169. Oleh seorang Katolik yang terkemuka menulis tentang bangsa Waldensia).
Orang-orang Waldensia dari Perancis. “Para penyelidik mengatakan bahwa bukti seorang Vauda’s (Waldensia) dianggap pantas mati, adalah dia yang mengikut Kristus dan berusaha menurut hukum-hukum Allah” (History of the Inquisition of the Middle Ages, H. C. Lea, jld. 1)
Abad Keempatbelas
Orang Waldensia. “Kita menyembah hanya Allah yang sanggup menolong kita dan bukan orang-orang kudus yang sudah mati, kita harus memelihara hari Sabat dengan suci” (Luther’s Fore Runners, hlm. 38)
Inggris, Belanda, Bohemia. “Kami menulis dari hal pemelihara-pemelihara Sabat di Bohemia, Transylvania, Inggris dan Belanda di antara tahun 1260-1600 M.” (Williamson, hlm. 309)
Bohemia, 1310 (Orang Cekoslowakia modern). “Pada tahun 1310, dua ratus tahun sebelum Thesis Martin Luther, saudara-saudara dari Bohemia terdiri dari seperempat penduduk Bohemia dan mereka selalu berhubungan dengan orang Waldensia yang banyak terdapat di Austria, Lombard, Bohemia, Jerman bagian utara, Thuringia , Brandenburg, dan Moravia, Erasmus menyatakan bagaimana patuhnya orang Waldensia dari Bohemia itu memelihara hari Sabat.” (Armitago, A History of the Baptist, hlm 318; Cox, the Literature of the Sabbat Question, jld. 2, hlm. 201-202).
Norwegia. Kemudian, dalam “Katekismus” yang digunakan selama abad XIV, hukum hari Sabat dibaca sebagai berikut: “Janganlah kamu lupa menyucikan hari ketujuh” (Dikutip dari Documents and Studies Concerning the History of the Lutheran Cathecism in the Nordish Churchs, hlm 89, Christania. 1893)
Norwegia. “Juga para imam telah menyebabkan orang memelihara hari Sabat sebagai hari Minggu” (Theological Periodicals for the Evangelism Lutheran Church in Norway, jld. 1, hlm. 184, Oslo)
Abad Kelimabelas
Bohemia. “Erasmus menyaksikan bahwa hingga kira-kira akhir tahun 1500, orang Bohemia bukan hanya memelihara hari ketujuh dengan teliti dan cermat, tetapi juga disebut sebagai pemelihara hari Sabat (Cox, The Literature of The Sabbath Question, jilid 2, hal. 201, 202, Truth Triumphant, hal. 264).
Norwegia. Rapat dewan gereja yang diadakan di Bergen Norwegia, pada tanggal 22 Agustus 1435. “Agenda pertama adalah mengenai pemeliharaan hari Sabat. Telah menarik perhatian Uskup Agung bahwa di berbagai tempat banyak orang yang berani memelihara hari Sabat. Hal itu sangat dilarang dalam undang-undang gereja, yaitu siapa saja yang memelihara atau menerima hari-hari suci di luar hari yang sudah ditentukan Paus, Uskup Agung atau Uskup yang sudah ditentukan. (The History of the Norwegian Church Under Catholicism, R. Keyser, jilid 2, hal. 488. Oslo 1858).
Norwegia, 1435, Rapat Dewan Provinsi Katolik di Bergen. “Kepada kami diberitahukan bahwa beberapa orang di berbagai distrik dalam kerajaan ini telah menerima dan menghormati pemeliharaan hari Sabat. Hal itu sangat dilarang keras, dalam peraturan agama gereja yang suci – seseorang bahkan semua orang harus menghormati hari-hari yang diperintahkan oleh Paus yang suci, Uskup Agung, atau Uskup. Pemeliharaan hari Sabat dalam situasi apapun tidak diperbolehkan. Sebab hari itu, sesudah masa ini dan seterusnya kecuali hari-hari yang ditetapkan dan diperintahkan gereja, kami menasihatkan semua umat Allah di seluruh kerajaan Norwegia supaya menjauhkan pemeliharaan hari Sabat. Dan semua orang lain kami larang untuk memeliharanya dengan ancaman hukuman berat jika mereka menyucikan hari Sabat itu.” (Dip Norvverg, 7, 397).
Norwegia, 1436, Konferensi gereja di Oslo. “Adalah dilarang dengan hukuman yang sama bila menyucikan Sabat dengan berhenti dari pekerjaan.” (History of Norwegia Church, hal. 40).
Orang Waldensia di Prancic. “Louis XII, raja Prancis (1498-1515), telah mendapat keterangan dari musuh-musuh orang Waldensia, bahwa di berbagai tempat di daerah ini, beberapa kejahatan keji dituduhkan kepada mereka, lalu mengutus kepala pengusut dan beberapa doctor dari Sorbanine, untuk menyelidiki perkara itu. Ketika mereka kembali, mereka melaporkan bahwa mereka sudah mengunjungi semua wilayah kekuasaan gereja, tapi tidak dapat menemukan dan membuktikan kejahatan yang dituduhkan kepada mereka. Bahkan sebaliknya, mereka memelihara hari Sabat, dan memelihara upacara baptisan sesuai aturan gereja yang lama, dan memerintahkan anak-anaknya sesuai dengan tulisan Kekristenan dan hukum-hukum Allah. Sesudah raja mendengar laporan dari utusan-utusan tersebut, ia menyatakan dengan sumpah bahwa mereka lebih baik dari dirinya sendiri maupun dari seluruh bangsa itu.” (History of the Christian Church, jilid 2, hal. 71, 72, edisi ke-3, London 1818).